NovelToon NovelToon
K.U.N

K.U.N

Status: tamat
Genre:Horor / Komedi / Misteri / Sudah Terbit / Eksplorasi-detektif / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Hantu / Tamat
Popularitas:12.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Gerimis Senja

WARNING!!
Segala bentuk penjiplakan bisa di laporkan yaaa, bijaklah dalam berkarya..

Berawal dari Agam, seorang murid baru yang mendapat tantangan dari Maxim untuk masuk ke dalam gudang angker di sebuah sekolah, menyebabkannya bertemu dengan hantu Kuntilanak Laki-laki dengan segala praharanya.

Hingga pada akhirnya masalah pelik mengikutinya, membuat Agam mau tak mau harus membantu Kuntilanak tersebut dalam mengungkap siapa dalang pembunuhannya.

Kasus 16 tahun lalu yang begitu kelam pun terbuka, dengan seorang tersangka yang harus di kuak oleh Agam dan teman-teman.

Namun sekali lagi, kepolisian, detektif, jurnalis dan keluarga dari pawang sekolah, harus mati karena berusaha ikut campur. Korban siswi sesuai dengan inisial nama de

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menangis?

Kun lantas segera mencari wajahku, menatap ekspresi apa yang sedang ku tunjukkan pada dua orang dewasa di depan sana. Ia menunggu, mungkin menunggu apa yang akan ku lakukan selanjutnya.

"Apa yang akan kamu lakukan? Jelas perkataan saya itu benar kan." Ucapnya bak sedang meminta pendapat. Aku terdiam lagi membisu. Ku lekatkan pandanganku pada sosok ayahku.

Tentu aku harus menilik situasi dan kondisi dulu. Aku tak mau terlihat sebagai pelajar gila yang memiliki emosi yang meledak-ledak tak karuan. Menghampiri mereka lalu memarahi, bahkan sampai memukul ayah. Lalu wanita di dekatnya akan melerai sambil berteriak. Tolong, itu cara paling kekanak-kanakan, dan memikirkannya saja sudah membuatku malu bukan main.

Aku harus tau, untuk apa mereka bertemu? Meskipun pikiran buruk terus menghasutku, yang berbunyi bersautan memenuhi kepalaku seperti, untuk apa dua orang dewasa bertemu di toko bunga? Kalau mereka rekan bisnis, tentu tempat yang paling pas adalah cafe kan? Namun pikiran baik masih membela nuraniku dengan berkata, setidaknya ini bukan hotel.

"Ayo katakan sesuatu! Saya penasaran dengan apa yang ada di dalam hatimu?" Desak Kun lagi padaku yang masih membisu.

"Kita lihat dulu." Singkatku. Bermaksud membuat hantu ini tenang dan berhenti mengomporiku.

Dari balik dinding kaca yang bagian bawahnya di tutupi baground dari kertas bermotif yang tertempel, aku melangkah mendekat ke arah sana. Menyembunyikan tubuhku yang tinggi di balik baground dan bonsai yang di tanam mengelilingi toko bunga bagian luar.

Kun mengikutiku sambil mengendap-endap. Terkadang jika ia bosan, ia akan menegakkan tubuhnya, dan melayang sembarang. Aku tak mempermasalahkannya melakukan semua itu, ia kan tak kasat mata.

Aku masih mengernyit menatap ayah. Mereka masih berdiri tegap meskipun ada kursi di dekatnya. Raut wajah mereka tegang, entah kenapa.. Seolah mendebati sesuatu, dan aku yakin ayah sedang menyerang wanita itu dengan penolakannya. Ya, ayahku akan melakukan itu. Ia tak akan mengkhianati ibu. Aku tahu itu.

Namun setelah perdebatan panjang yang mereka lakukan dengan sengit tapi tanpa berteriak, bahkan aku tak mampu mendengar isi percakapan mereka itu apa. Ku lihat, wanita itu mulai menangis..

Tapi... tunggu dulu!

Aku terlalu fokus dengan ayah sejak tadi, hingga mengabaikan wajah wanita yang ada di sampingnya itu. Bukankah itu...

Wanita yang mengikutiku saat weekend bersama Kun?

Tubuhku terkesiap dan kedua mataku terbelalak ketika menyadarinya. Telat sekali! Pantas saja sejak tadi Kun mendesak meminta pendapatku, ternyata karena dia sudah tahu dan menyadari, kalau wanita itu.. adalah wanita di bioskop kemarin.

"Gam!! Saya cium bau Dara !!" Pekik Kun sambil terbang mendekatiku. Aku mengernyit ketika melihatnya mengunyah.

"Lu nyolong bunga?" Kun menatap polos ke arahku, namun ia enggan menjawab.

"Ada Dara!" Ucapnya lagi, dan aku yakin ia sedang mengalihkan pembicaraan kami.

"Bodo amat sama Dara!! Ngapain lu maling?! Gak boleh!! Kesian kan pemilik toko ini, jualan pakai modal!!!" bisikku dengan kesal.

"Saya cuma pungut bunga yang jatuh di bawah, saya tahu kamu tidak suka saya maling. Tapi maling di kebun ibu boleh kan?" Aku mendecak sambil mengernyit kasar membuang wajahku darinya, dan kembali menatap ayah.

"Yang namanya maling, mau di mana aja.. tetep gak boleh! Kalau lu maling lagi, gue bakal balikin..."

"Oke oke.. Jangan balikin saya!!" Kun pun menciut sambil ikut bersembunyi bersamaku. Padahal aku belum selesai dengan ancamanku.

Kami bersama memata-matai ayah. Wanita tadi menangis sambil menyeka air matanya. Namun tiba-tiba aku tersentak..

Betapa tidak, ayahku langsung memeluk dan menyapu air matanya. Kedua mataku terbelalak, tak terima melihatnya. Bagiku, wanita yang boleh berada di dalam pelukan ayah, hanya ibu seorang.

Kun langsung menoleh ke arah wajahku yang mulai memerah, karena aku merasakan panas sudah menyembur bak api yang keluar dari dalam telinga.

Aku mengepalkan kedua tanganku dengan erat. Bahkan aku bisa merasakan kuku-kuku jariku menancap di antara genggamanku. Mulutku tertutup rapat, dan pandanganku yang sering di sebut orang-orang teduh bak bulan, kini lebih tampak seperti bulan sabit. Yaa, sabit yang akan ku gunakan untuk menyabet siapa pun.

Kun terbelalak menatap ke arah mereka. Namun ekspresinya tak selaras dengaku. Ia terlihat kaget, dan entah kenapa.. aku melihat matanya berkaca-kaca..

Apa...

Aku salah lihat?

Tapi bukan itu masalah yang perlu ku pikirkan. Aku tak tahan melihat dua orang itu berpelukan di dalam sana.

Aku beranjak dari tempat persembunyianku. Dan entah kenapa, Kun yang awalnya mengomporiku untuk melabrak mereka, kini malah menahanku.

"Kamu mau kemana?" Tanyanya sambil panik menatapku.

"Gak perlu di jawab kan?" Balasku seraya melangkah, dan Kun langsung terbang menghalau ke hadapanku.

"Kamu mau ke sana?" Aku terdiam. Kenapa lagi dia ini?

"Minggir." Singkatku dengan suara yang berat.

"Tidak!!! Kamu mau labrak mereka? Tidak boleh!!" Halangnya lagi padaku.

"MINGGIR!" Balasku sambil menatap tajam ke arah Kun. Ku lihat ia perlahan menciut. Apa aku begitu menyeramkannya sekarang, hingga hantu pun takut kepada wajahku? Aku berlalu dari hadapan Kun, dan ia membiarkanku masuk.

"Kenapa juga saya tidak bisa baca isi hatinya.. Kalau bisa, saya tak akan sepanik ini, dan menunggu aksi dia selanjutnya kan?" Keluh Kun dalam hati sambil terbang menyusulku.

Klang!!!

Aku membuka pintu kaca dari toko bunga. Masuk ke sana dengan wajah datar, namun sesungguhnya hatiku meradang. Ingin sekali aku bersikap kasar dan berwajah sangar, tapi aku lebih baik menyimpan sikap burukku itu. Karena cukup aku yang tau bagaimana buruk dan jeleknya diriku.

"Selamat pagi.." Sambut kak Radiana. Penjaga toko yang sudah lumayan ku kenal karena terlalu sering ke sini untuk membelikan Kun bunga.

Dua orang yang sedang berpelukan tak mengenal tempat ini pun langsung terkesiap dan menoleh ke arahku. Tentu saja mereka terbelalak, terlebih lagi ayahku. Mereka melepaskan pelukannya masing-masing. Dan menunjukkan gestur tubuh yang kaku.

"Mati deh ini!!" Sambung Kun dari belakangku. Aku tak menatap wajahnya, namun aku yakin ia sedang panik sekarang.

"Melati, ya kan?" Terka kak Radi padaku. Tentu ia sudah tahu, karena aku hampir setiap hari membeli bunga itu.

Aku mengangguk. Berjalan datar menghampirinya. Tak menghiraukan dua orang yang sedang menatapku dengan penuh kekhawatiran. Jika ia ingin berselingkuh, silahkan saja.. Tapi tolong, untuk sekarang jangan anggap aku anakmu dulu. Aku malu kalau kak Radi sampai tahu kalau aku punya ayah yang tukang selingkuh. Bermaksiat di tempatnya mencari rezeki halal lagi.

Jadi tolong, untuk sekarang. Jangan panggil aku dulu.

"Tumben udah pulang, Gam? Ini kan masih jam sekolah.. Jangan bilang ya kalau kamu bolos." Tegur kak Radi, yang selalu perhatian padaku.

"Gak kak. Tadi ada masalah di sekolah. Mengharuskan kami untuk di pulangkan lebih awal." Kak Radi mengernyit.

"Masalah apa Gam?" Tanyanya sambil memberikan aku bunga, dan aku memberikan uangnya.

"Gak penting untuk orang luar kok." Balasku sambil berbalik dan sedikit tersenyum.

"Hati-hati ganteng!!! Langsung pulang ke rumah yaa!!" Pekik kak Radi sambil menatap punggungku.

Aku berjalan gontai melewati ayah dan wanita itu. Demi apa pun, rasanya aku ingin menghajar batang hidung ayahku, dan berkata kasar pada wanita di sampingnya.

Tapi, itu bukanlah sikap lelaki yang seharusnya sudah menginjak usia remaja dewasa sepertiku.

Aku berhenti sejajar dengan mereka. Yang sejak tadi memandang wajahku lekat-lekat. Aku menoleh, memberikan wajahku ke hadapan mereka, sambil menatap malas ke arah ayahku.

"Agam?" Ucap ayahku. Dan sialnya ia malah memanggilku. Kenapa tak melupakan aku sejenak saja, kenali aku lagi kalau sudah berada di dalam rumah.

Bukankah orang yang selingkuh itu hanya mengingat keluarganya ketika di rumah, dan melupakan mereka ketika di luar rumah?

"Ya?" Sahutku sambil menatap datar ke arahnya.

"Kamu... jangan salah paham, nak." Dalihnya. Membuatku mendengus senyum. Aku merasa muak mendengarnya.

"Ada yang menunggu anda di rumah pak.. Anak dan istri anda!" Singkat ku hingga membuat ayah tercekat. Mungkin saja ia kaget karena aku memanggilnya bapak, bukan ayah seperti biasanya. Kun hanya terdiam. Ia tak melawak sedikit pun dalam situasi seperti ini.

"Gam... Agam!!" Sentak ayah ketika aku berlalu dan meninggalkannya. Wanita tadi nampak menahan ayah. Ia menatap dalam ke wajah ayahku. Seolah melarangnya untuk menyusulku.

Sudah tahu aku akan merasa kesal kalau melihatnya, tapi masih saja aku melihat mereka lagi ketika telah berada di luar toko sambil menutupi pintu kaca.

Namun di depan toko, tanpa sengaja aku menginjak sesuatu. Aku lantas menunduk melihatnya.

Sebuah boneka?? Sejak kapan ada di sini? Perasaan tadi tidak ada atau aku memang tak melihatnya?? Boneka monyet berwarna putih, seukuran telapak tangan orang dewasa. Aku menatapnya lekat-lekat.

Ah sudahlah, kenapa aku perduli?

Aku berjalan cepat menjauh dari toko dan berjalan ke tempat yang lebih jauh, menggenggam bunga melati ditanganku dengan erat. Hatiku hancur! Bukan berkeping lagi, bahkan sudah halus bak bubuk pasir.

Sekujur tubuhku memanas, dan jantungku berdebar kuat. Hatiku berdenyit-denyit, dan kepalaku sedikit pusing. Dasar perutku sakit seperti mulas yang menjalar-jalar. Telapak tangan dan kakiku mendingin, dan tubuhku bergetar hebat.

Aku lemas, hingga tanpa sadar terduduk di atas aspal. Aku tercekat, menangis di dalam hati. Bagaimana bisa ayah mengkhianati aku dan ibu? Aku tak menyangka semua ini.

Dadaku yang memanas perlahan terasa sesak. Aku kesulitan bernapas bahkan dalam udara sebanyak ini. Sakit... apa ini yang namanya sakit hati?? Kenapa begitu perih?

Bahkan aku tak melihat luka dan darahnya, tapi menanggung ini membuatku merasa hatiku kian tercabik dengan darah yang terciprat ke sana kemari.

Apa perlu aku kembali, dan membunuh salah satu dari mereka? Tapi tentu itu mustahil meskipun aku ingin. Pikiranku jadi kacau dan aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri.

"Gam.." Sapa Kun pelan.

"Agam!!" Sapa seseorang yang lainnya hingga membuatku menengadah. Ku lihat seseorang menghampiriku, dan itu bukan ayah. Aku mengernyit bingung, mau apa wanita itu menghampiriku? Apa ia ingin merobek luka dalam di hatiku dengan kehadirannya?

"Agam.." Sapanya lagi. Melembut. Aku terdiam. Menatapnya penuh heran. Berani sekali dia datang padaku? Apa tak takut aku bunuh? Pikiranku sedang benar-benar kalap sekarang.

"Berdirilah.." Pintanya. Dan aku pun berdiri bukan karena menuruti kemauannya, tapi lebih pada berusaha mendekat dan mengintimidasinya.

"Mau apa?" Tanyaku dalam dan kian mendekat, seolah tak ingin memberikan jarak. Ia terlihat gelagapan dan salah tingkah atas sikapku. Memundurkan langkah ragu, meski aku terus mendesak maju.

"Kita ngomong bentar?"Ajaknya sambil membalas tatapan penuh kebencianku.

Gila ya!! Apa dia benar-benar sudah gila? Dia merebut ayahku, sekarang minta waktu untuk bisa berbicara denganku. Apa dia ini tidak punya malu? Apa dia minta di hajar olehku?

"Boleh?" Tanyanya lagi hingga membuatku melipat kedua tangan di dadaku. Aku menyimpan rapat getaran pada kedua tanganku, aku takut lepas kendali. Membuat tangan ini melayang ke salah satu bagian tubuhnya.

"Lima menit!" Balasku.

Semarah apa pun aku, pikiranku harus tetap jernih. Aku harus mendengarkan alasannya dulu sebelum menghakimi. Aku memang naif, masih berharap kalau ia akan menjelaskan mengenai tidak ada hubungannya dia dengan ayahku.

Sambil menatapnya, tubuhku bergetar hebat. Menahan amarah yang ku redam dengan sekuat tenaga.

"Apa pun yang ada di pikiran kamu sekarang, bukan itu kebenarannya. Tante ini seorang ibu, dan gak akan ngebiarin seorang anak menderita dengan merebut kebahagiaannya. Tante punya anak, punya keluarga, dan tante cukup tahu itu." Hati batuku sedikit luluh, hanya sedikit. Tak mengurangi rasa benciku padanya. Tapi bagaimana bisa aku membatu, terlebih ia bicara dengan tatapan hangat seorang ibu. Ku lihat Kun terdiam. Ia menatap dalam.

"Tante tahu kamu meski kamu tak pernah tahu siapa tante. Pandangan dan pemikiran kamu dewasa, bahkan melebihi umur kamu sekarang." Aku mengernyit, kenapa ia bisa berpikiran seperti itu?

"Mana ada anak SMA yang masih mau berbicara tenang di depan orang yang membuat hatinya luluh lantak? Kecuali kamu." Aku kembali mengerjap bingung.

"Dan tante mohon, kamu jangan pernah marah sama ayah kamu. Dia tidak salah! Dan sebagai anak, kamu tidak berhak marah!" Belanya pada ayahku.

Aku langsung gelagapan tak menentu. Bahasa tubuhku tak setenang biasanya. Aku mengalihkan pandanganku darinya, merasa kedua mataku telah memerah, dan harusnya aku sudah bisa menebak, inti dari pembicaraannya adalah pembelaan kepada ayahku, dan pembenaran dari kesalahan yang mereka berdua lakukan.

"Anda diam ya!" Sentakku sambil mengangkat telapak tanganku ke arahnya. Ia nampak tercekat melihat amarahku. Tapi sepertinya ia siap kalau aku akan memukulnya kapan pun.

Namun sialnya, yang kini terlintas di pikiranku adalah pesan dari ibu. Bahwa aku, harus memperlakukan semua wanita dengan baik, sekalipun aku tak pernah menyukainya.

Ku lihat rambut lembut terurainya mengendurkan jepitan yang ia selipkan di belakang telinganya.

Tidak! Aku tak akan memukul perempuan! Tidak akan pernah! Semarah dan sekalap apa pun aku padanya, aku tak akan melakukan perbuatan itu meskipun aku punya kesempatan untuk melakukannya.

Aku mengarahkan tanganku yang begitu tegang dan bergetar hebat karena meredam amarah. Ia memejamkan matanya, mungkin ia memang berpikir aku akan menampar wajahnya.

"Maaf," Ucapku sambil membenarkan jepitan yang ada di rambutnya. Aku menatap penuh kepedihan padanya dan ku alihkan tatapanku pada rambutnya. Ia membuka matanya, terkejut nampaknya. Apa sebenarnya ia memang sudah siap kalau aku memang akan menamparnya?

"Jepitan rambut tante, hampir lepas." Ucapku dengan nada rendah yang bergetar menahan amarah.

Ia terkesima. Menatap wajahku dari dekat. Dan aku tak menyangka, ia malah mengusap lembut wajahku dengan kedua tangannya. Ia tersenyum dengan air mata yang mengalir dan senyum yang ia gabungkan.

Aku tercekat melihatnya. Apa aku telah membuat seorang wanita menangis??

"Aku merindukanmu.." Gumamnya lirih tak lebih dari sebuah bisikkan yang nyaris tak terdengar. Ia menatap kedua mataku dengan dalam.

Apa maksudnya? Kenapa hatiku tenang ketika mendengar suaranya? Ketika ia mengelus wajahku, dan ketika ia menatap kedua bola mataku.

Ia lantas tersentak karena ulahnya sendiri. Buru-buru ia melepaskan kedua tangannya dari wajahku.

Ia memundurkan langkahnya menjauhiku, dan ku lihat itu adalah raut wajah panik dan takut.

kenapa? Aku bingung.

Ia segera berbalik dan berlari dari hadapanku. Ia berlari kencang dan sekuat tenaga, seolah tak berani untuk berbalik dan menatap wajahku.

Tubuhku masih saja gemetaran. Menahan rasa amarah yang hampir ku luapkan. Atau ada rasa lain yang tak bisa ku jelaskan dan ku artikan?

Aku mengedarkan pandanganku. Memeriksa apakah ada orang lain yang bersamaku saat itu terjadi?

Tapi..

Aku malah kehilangan sesuatu.

"Di mana Kun?" Sentakku panik sambil kembali menyapu seluruh tempat dengan mataku.

"Kun?" Sapaku.

"Lu dimana?" Panggilku seraya berjalan dan menatap sekeliling.

"Kun.."

"Ini makanan lu!!" Ucapku lagi, tapi rasanya pupus. Aku tak merasakan kehadirannya di sisiku.

Kenapa aku sepanik ini? Bukankah ia memang suka pergi tanpa memberitahuku? Tapi, aku benar-benar resah. Aku merasa gelisah.

Aku menoleh cepat bak kecurian sesuatu. Berlari ke sana kemari dengan tubuh yang masih kejar tak menentu.

Hingga akhirnya langkahku terhenti. Ya, aku berhasil menemukan kuntilanak pirangku. Ia berdiri di dekat tiang listrik sambil meletakkan kedua tangan di matanya.

"Hiks.. Hiks.."

Ku dengar suara tangis sesegukkannya.

"Kun.." Sapaku pelan sambil mendekatinya.

"Kenapa, lu nangis?"

.

.

.

.

Bersambung...

1
sidak karya
suka.
bagus.
Junita Azriyani
udah dari tahun lalu baca novel ini..dari masih bab awal2 lagi,sampai bab akhir ngikutin ceritanya..suka dgn ceritanya..dan baru2 ini adek dgn anak2 ku suka ngomongin tentang BTS,,kayak pernah dgar tapi dimana ya... ternyata setelah aku baca ulang lagi novel ni selama 3 hari ini, akhirnya ku temukan kata BTS ni novel ini ☺️..semangat untuk author
Salim Aksara123
suka sama si Kun Adam, kocak banget 🙂
Salim Aksara123
Syukur Alhamdulillah mamang Edo ada niat membantu
Al-za Nur Rasyid
2023-2025
Salim Aksara123
berhasil y Thor🙏
Riz Rizki
pliss aku minta tolong yang tau versi bukunya di jual dimana 😭😭
Herni Wati
Rara GK pernah nonton Naruto nih
Herni Wati
berasa cebol juga karna TB ku sama kaya dara 🤣
Lutfi Maulana
Lumayan
Herni Wati
3 bab yg kubaca dan 😭😭😭😭lagi
Herni Wati
akhirnya bisa ketemu kun lagi🤩
Herni Wati
hari ini,ngulang baca lagi dr awal.setelah bbrp taun lalu namatin
walo GK benar" tamat😭
karna klimaks ny di buku dan blm punya😭
Lisani Qouli Dini
kayaknya yang janji sama nyai itu kun deh
ai
comeback lagi untuk ketiga kalinya 😁😁😁😁
kepo😐
kakak....boleh gakk kakak jual sambungan novel kun nya di shoppe......saya mau beli tapi saya dari malay🙏....pliss yahh kakakkk
geora elysian vale
aaaa sooo sweettt/Whimper/
Anna Jannah
akhirnya nemu juga and baca ulang lagi lahhh soalnya menantang bgt
Anna Jannah
kucari2 tapi gak nemu karena nyarinya dengan judul kun tanpa titik, kgn bgt ama cerita ini walau q digantung 🤣
Indi Endah
/Drool/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!