K.U.N

K.U.N

Tantangan VS Pantangan

“Oh, murid baru ya?? Mari ibu antar.”

Aku menganggukkan kepala. Sudah cukup lama aku menunggu di lobby sekolah sambil sesekali membaca Visi dan Misi sekolah, Motto serta yang lain sebagainya. Tidak lupa juga aku melihat piala yang terpampang di dalam etalase sebesar dinding ruangan lobby.

Kini aku berjalan mengikuti ibu guru dengan rambut yang ia kuncir satu. Rambutnya wangi sekali, ibu ini juga terlihat masih muda. Sepertinya ia baru saja menikah atau baru memiliki anak satu tampaknya.

“Nama ibu Yuyun. Ibu mengajar matematika di sekolah ini. Kamu murid bajakan kan? Karena pintar dan menang olimpiade matematika bulan lalu? Kamu ngalahin anak murid ibu loh kemarin.” Ucapnya ramah sambil tertawa renyah.

“Oh, nama saya Agam bu.”

“Ibu sudah tahu. Siapa sih yang gak tahu, pas kamu menang olimpiade dengan nilai sempurna, kamu jadi perbincangan guru-guru di sini.”

“Perbincangan?”

“Iya!” Singkat ibu Yuyun sambil mengangguk dan berjalan cepat menuju salah satu ruang kelas.

“Murid di sekolah ini sudah langganan juara olimpiade, apalagi matematika. Ibu sempat kaget dan stres ketika murid ibu kalah. Ibu bersikeras untuk meminta kepala sekolah membajakmu kesini. Kami juga sempat datang ke rumahmu agar kamu bisa pindah ke sekolah ini. Ternyata rayuan ibu berhasil..”

“Pantas aja ibuku tiba-tiba menyuruhku pindah sekolah. Ternyata mereka yang udah meracuni ibu dengan embel-embel sekolah terbaik dan beasiswa.” Gumamku dalam hati.

Ku lihat ibu Yuyun berhenti pada sebuah kelas. Ia menoleh dan tersenyum ke arahku sesaat sebelum mendorong pintu kelas tersebut.

“Kamu tunggu di sini dulu ya, ibu mau kasih kejutan ke temen-temen kamu.” Perintahnya sambil menunjuk ke arah lantai. Aku pun mengangguk dan menunggu di depan kelas sesuai perintahnya.

“Ibu guru ini manis banget. Jiwanya masih muda dan kayaknya asik.” Gumamku lagi sambil menunggunya. Ku dengar suara lantangnya di dalam kelas setelah ia meninggalkanku di luar.

“Selamat pagi murid-murid ibu..”

“Pagi bu..” Sahut siswanya serentak.

“Hari ini, kita kedatangan murid baru.”

“Cewek apa cowok buk?”

“Hmm, tebak dong.” Ucap bu Yuyun hingga membuatku tersenyum sendiri.

“Pasti cewek cantik.. kayak bu Yuyun.”

“Masa’?”

“Iya dong ibu cantik. Guru paling cantik di sekolah ini.”

“Nanti ibu Deska marah loh kalau kalian bilang gitu.”

“Kenyataan bu, bu Deska si guru kesenian itukan cuma cantik karena make up-nya doang.” Timpal muridnya hingga membuat bu Yuyun tertawa.

“Masih lama? Apa aku masuk aja.” Gumamku yang memang tidak sabaran ini.

“Udah ya.. kita lanjutin perkenalan murid barunya.” Mendengar perkataan bu Yuyun, aku segera bersiap dengan meletakkan tanganku di gagang pintu.

“Masuk.” Pinta bu Yuyun dan langsung membuatku mendorong pintu kelas tersebut.

Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam kelas, dan melemparkan pandanganku

pada murid-murid yang sepertinya sedari tadi penasaran dengan kehadiranku. Ku lihat mata mereka membulat besar, terlebih lagi mata para siswinya. Dan para siswa hanya memasang wajah datar mereka. Mungkin saja mereka kecewa karena menginginkan murid baru perempuan yang cantik.

“Ayo.. silahkan berkenalan.” Ucap bu Yuyun ketika aku telah berdiri di depan kelas.

“Hai semua.. namaku Agam Suganda, aku pindahan dari SMA N 1.”

“Hai Agam...” Sahut mereka serentak.

“Sudah?” Tanya bu Yuyun. Aku pun menganggukkan kepalaku.

“Bu.. kami gak boleh nanya-nanya gitu?” Ucap seorang perempuan sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

“Boleh kok, silahkan.” Jawab Bu Yuyun.

“Agam.. udah punya pacar belom... Kyaaa!!!” Tanya salah satu teman kelasku yang perempuan. Membuatku sedikit tersipu karena mendapatkan pertanyaan seperti itu secara tiba-tiba. Murid yang lain menyorakinya ketika mendengar pertanyaan yang seperti itu.

“Mm.. belum.” Singkatku tanpa berpikir.

“Punya mantan berapa?” pertanyaan aneh yang lainnya pun muncul. Aku hanya meringis.

“Pertanyaan macam apa tuh?” Keluhku.

“Dasar, cewek kelas ini keganjenan semua. Gabisa liat cowok cakep.” Keluh siswa laki-laki hingga membuat perempuan kelas mereka kembali menyoraki.

“Gue aja deh yang nanya..”

“Bro.. hobi lu apa?”

“Melukis.” Singkatku.

“Wah kita sama!!”

“Beda kali!! Lu kan ****.” Singgung salah satu temannya.

“Iya beda..” Sambung Bu Yuyun. “Agam ini rank satu umum di sekolahnya. Ini juga yang kemarin ngalahin Maxim di olimpiade matematika.” Sambungnya lagi. Ku lihat raut kagum dari teman-teman yang berada di depanku. Kecuali seraut wajah yang nampak muram setelah bu Yuyun mengatakan hal tersebut. Apakah itu lelaki yang bernama Maxim?

“Yaah, Ibu Yuyun mah jahat! Masa’ bilang bedanya kenceng banget.” Keluh lelaki yang baru

saja bertanya tentang hobi kepadaku, teman-teman baruku yang berada di dalam kelas langsung tertawa serentak.

“Kalo eskul yang kamu minati apa Gam? Melukis juga kah? Apa jangan-jangan kamu ketua eskul itu?” Aku berpikir sejenak.

“Di sekolahku kemarin, aku ikut eskul melukis juga. Tapi aku bukan ketua eskulnya.”

“Kenapa? Kayaknya kamu cocok kalau jadi pemimpin.. kayak calon imamku gitu..”

“Huuuuu” Sorak teman-teman kelasku lagi.

“Yah.. Aku gak bisa merangkap jadi ketua kan. Harus milih salah satunya.”

“Emangnya kamu jadi ketua apa?”

“Aku ketua osis di sekolah ku yang dulu.” Sahutku.

“Wuuuuuuuu.. keren..” Ucap mereka serentak sambil menatap ke arah lelaki yang masih berwajah masam tersebut.

“Wah, Agam hebat ya..” Sambung bu Yuyun. “Jadi kamu emang jadi saingan baru deh buat Maxim. Maxim kan ketua osis juga, dia juga memegang juara umum satu di sekolah ini.” Aku terdiam mendengarnya. Firasatku mengatakan kalau kami memang akan jadi saingan nantinya. Bahasa kasarnya adalah

musuh.

Secara aku sudah mengalahkannya dalam olimpiade matematika yang biasa ia menangkan. Meskipun aku pintar, tapi aku sangat malas untuk ikut perlombaan seperti itu. Tapi karena desakan dari kepala sekolah yang lama, akhirnya aku menuruti kemauan mereka untuk menjadi wakil sekolah di olimpiade matematika. Tak di sangka, olimpiade pertamaku malah langsung menjuarainya. Di tambah lagi, di sekolahku yang lama, kami memiliki jabatan yang sama, yaitu ketua osis. Sepertinya ini akan jadi buruk.

“Perkenalannya masih lama bu? Ini sudah hampir tiga puluh menit untuk perkenalan. Membuang-buang waktu belajar aja.” Keluh Maxim sambil bertekan dagu dan dengan angkuhnya menoleh ke arah jendela kelas.

“Oh, maaf.. Maxim sudah semangat untuk belajar ya?”

“Agam, kamu duduk di bangku kosong ya.” Ucap bu Yuyun sambil menatapku. Aku pun mengangguk dan berjalan ke arah bangku kosong paling ujung.

“Baik.. pelajaran pertamanya langsung kita mulai ya..” Sambung bu Yuyun ramah sambil tersenyum.

“Yaaaah....” Keluh teman-temanku.

.

.

.

.

*Author POV

Bel istirahat telah berbunyi, para siswa dan siswi keluar dari dalam kelas menuju kantin. Ada yang pergi ke toilet, sekedar bercengkrama di dalam kelas, dan juga nongkrong di taman sekolah. Sementara itu di depan kelas X5, siswi perempuan berkumpul sambil membahas tentang murid pindahan.

“Iya.. katanya ada siswa baru di kelas X3. Ganteng banget loh..”

“Yang bener?”

“Beneran.. tadi gue gak sengaja liat dia pas jalan bareng bu Yuyun pagi tadi. Ganteng banget dong..”

“Katanya juga ketua osis di sekolahnya yang lama.”

“Wah, keren!”

“Terus dia juga yang kemarin ngalahin Maxim di olimpiade. Makanya dia di bajak ke sekolah kita.. Belum ada sejarahnya sekolah kita kalah di olimpiade, apalagi matematika. Maxim pasti stress banget deh. Mana sekelas lagi.”

“Yang bener? Dia yang ngalahin Maxim?”

“Jadi penasaran deh.. tapi kata kelas sebelah sih emang ganteng. Mereka udah liat.”

“Dia kelas X3 kan? Kita tunggu aja di sini, kalo dia ke kantin, pasti harus lewat kelas kita kan.”

“Bener.. bener.. tunggu aja di sini, sampai dia keluar.”

Tak lama berselang, seseorang yang nampak asing dan tak pernah mereka lihat keluar dari dalam kelas X3. Ia di kerubuti perempuan di kelasnya. Dia adalah sosok lelaki yang tinggi dan putih. Rambut hitamnya dibiarkan

tergerai menjuntai menutupi dahinya. Tatapan matanya terlihat lembut namun tajam. Hidungnya mancung bak perosotan. Bibirnya melengkung tipis saat ia menutupnya. Ia berjalan dengan penuh karismatik dan terlihat begitu manly.

Sekejap penampilannya langsung saja membungkam diam mulut-mulut siswi kelas X5 yang sudah menantikannya sejak tadi. Mereka membiarkan anak baru itu lewat sambil tak henti-henti memandanginya.

Setelah lelaki itu melewati mereka, barulah mereka tersentak dan sadar, kalau anak baru itu benar-benar tampan. Dia benar-benar sosok sempurna yang ada di dunia. Pintar, populer dan juga tampan.

“Gilasih.. itu dia?”

“Ganteng banget dong, mau pingsan guee..”

“Jangan pingsan disini!! Kalo lu pingsan di sini, badan lu kita gelindingin!”

“Ih jahat!! Aku minta tolong anak baru itu aja.”

“Ih ngarep.. pasti dia itu punya pacar.”

“Lu jangan bikin patah hati dong, gimanasih..”

*Author POV end

.

.

.

.

Sudah beberapa hari aku bersekolah di Sma yang baru ini. Setiap hari aku selalu mendengar perempuan-perempuan di kelasku dan perempuan dari kelas lain datang ke kelas ku untuk menyuruhku menyalonkan diri menjadi ketua osis yang baru. Tentu aku menolaknya dengan berbagai alasan.

Sampai pada saat, semua guru ikut campur urusan para siswa dengan ikut menyalonkan diriku menjadi ketua osis yang baru. Tentu saja status mereka sebagai guru memberikan dampak yang besar, terutama pada anggota osis. Hal ini pun mereka bicarakan saat rapat osis sore tadi.

*Author POV

“Gimana ini.. Ketua osis itu di pilih oleh semua siswa, tapi sekarang banyak orang yang gak mau lagi liat lu jadi ketua osis Max.” Maxim hanya terdiam dengan wajah yang tertekuk.

“Iya.. guru-guru juga malah ikutan buat nyalonin murid baru itu. Emang sih dia perfect, dan kayaknya cocok banget jadi ketua osis. Tapi kan disini udah ada Maxim, emang bisa apa main serobot gitu aja?”

“Iya, dari awal dia dateng juga kayaknya tuh anak songong! Gue gak suka banget!”

“Eh, lu diem deh!! Lu bilang gitu karena iri kan, muka dia ganteng, terus dia pinter, bertanggung jawab, pemimpin yang baik, dan sosialnya tinggi. Lu iri kan sama Agam?!”

“Lu yang diem!! Ini semua karena cewek sekolah kita yang kecentilan! Emang kalian milih ketua osis itu bukan

dari kepemimpinannya atau apa, tapi dari gantengnya kan?!”

“Sembarangan!! Jadi lu ngatain gue gatel gitu?”

“Emang!!”

“Udah udah.. kok kalian malah adu urat gitu! Emang sih gak bisa asal lengser ketua osis gitu aja, terlebih dalam kepemimpinannya, Maxim oke juga. Tapi yang jadi masalah disini, guru-guru juga ikut nyalonin Agam.. apa harus pemilihannya di ulang? Kandidatnya Agam sama Maxim?” Maxim

terdiam.

“Kalau seandainya gue ikut pemilihan ulang, dan ternyata kalah dari Agam, tentu aja reputasi gue jadi ancur dong.. tapi, apa ada cara lain biar gak perlu adanya pemilihan ulang?” Gumam Maxim dalam

hati.

“Kayaknya gue punya ide bagus..” ucap Maxim yang pada akhirnya memecahkan kesunyian yang ada.

“Apa Max?”

“Besok, sepulang sekolah, kita kumpulin semua siswa atau perwakilan dari siswa aja. Gue punya tantangan buat Agam.. kalau emang dia mau jadi ketua osis dan ngegantiin gue, kita gak perlu pakai cara pemilihan ulang. Itu pakai budget, dan budget itu lumayan gede, untuk tinta, dan kertas kandidatnya, jadi gue punya cara yang gratis buat dia.”

“Oke.. besok gue atur jadwal buat anak-anak yang lain..”

*Author POV End

.

.

.

.

.

Besok harinya, semua siswa sudah berkumpul di ruang aula sekolah setelah jam pelajaran selesai. Maxim mulai berpidato panjang lebar untuk mengutarakan maksudnya. Ia pun memintaku untuk memberikan visi misi nya untuk siswa, jika kelak aku akan menggantikan Maxim menjadi ketua osis. Tentu saja aku menolaknya. Aku tidak pernah ingin untuk menggantikan siapa pun dari jabatannya.

“Lu gabisa nolak Gam.. ini menyangkut reputasi gue di mata guru-guru. Mereka entar nganggepnya gue lagi yang gila jabatan! Lagian kalo lu jadi ketua osis, otomatis gue langsung jadi wakilnya. Jadi sama aja kan.”

“Iya Gam. Kenapa lu harus nolak gitu sih.. gapapa lagi, kita percaya kok, lu itu bagus jadi pemimpin.” Aku kembali terdiam.

“Apa langsung pemungutan suara aja? Jadi gak usah pakai pemilu gitu..”

“Iya bener, no budget juga kan? Yang pilih Agam angkat tangan!!!” Seru salah seorang perempuan hingga membuat hampir sebagian siswa dan siswi di ruangan tersebut mengangkat tangannya.

“No no no!! Kalau itu tentu aja dia yang menang.” Potong Ciko, salah satu anggota osis.

“Dari banyaknya suara kalian itu lah yang bikin gue mempertimbangkan keinginan kalian untuk melengser gue dari jabatan ketua osis. Jadi cara itu gabisa kalian pakai untuk keadilan. Karena gue baru dua bulan

menjabat jadi ketua osis. Apa kalian gak punya martabat dan etika serta keadilan buat gue? Kalian melengser gue sementara gue gak pernah melakukan kesalahan apa pun selama gue menjabat?” Seisi ruangan terdiam.

Tentu saja perkataan Maxim sangat benar. Ia menjabati ketua osis dengan baik dan tidak melakukan kesalahan apa pun, tapi sejak aku datang, semua berubah, dan dengan seenaknya siswa dan siswi serta guru menyalonkan aku begitu saja.

“Untuk menjadi pemimpin, di perlukan sebuah keberanian..” Ucap Maxim sambil menatapku tajam.

“Kalo lu mau ambil jabatan gue, lu harus nerima tantangan dari gue.. kecuali kalo lu nolak. Artinya lu banci dan gak pantes jadi pemimpin.” Ucapnya hingga membuat dadaku memanas mendengarnya.

Ini bukan lagi perihal jadi ketua osis atau tidak. Tapi ia sedang merendahkan martabatku sebagai seorang lelaki. Kalau aku menolak, bearti aku adalah banci baginya.

“Apa tantangannya?” Tanyaku datar, menahan segenap emosi yang memenuhi dada hingga kerongkonganku.

“Di sekolah ini, ada suatu tempat yang terkenal angker.. Gudang di lantai tiga sekolah.” Aku mengangkat sebelah alisku.

“Terus?”

“Di sana ada sebuah lukisan yang terkenal angker, karena di lukis oleh pemiliknya sebelum ia menghilang selamanya dari dunia ini. Ada rumor yang beredar kalau dia adalah murid sekolah ini dan udah mati di bunuh,

dan bangkainya gak di temukan sampai saat ini, dan yang perlu lu lakuin adalah.. masuk ke sana jam dua belas malam tepat, terus mau lu apain kek lukisan itu.. Terserah elu, yang penting, elu harus meninggalkan jejak di sana, sebagai bukti kalau elu emang udah masuk ke dalem gudang tersebut.. Berani?” tanya Maxim padaku.

“Bera..”

“Gak boleh!! Apa-apaan lu Max!!” Keluh Ciko yang sepertinya keberatan dengan tantangan yang di berikan Max padaku. Bahkan ia memotong perkataanku sebelum aku selesai berbicara.

“Iya!! Lu tau kan pantangan di sekolah ini apa? Gila lu ya?!”

“Iya, gue juga gak setuju!! Itu bahaya kan?”

“Lu jangan cari masalah besar deh Max..”

“Lu mau ngorbanin anak baru itu ya? Keterlaluan lu Max..”

“Apa yang salah? Ini kan cuma tantangan doang. Dia bisa nolak kok kalau dia takut.” Ucap Max kembali meremehkanku.

“Sial*n! Barusan dia ngatain gue penakut?” Keluhku kesal dalam hati.

“Gimana? Berani gak?” Tantangnya lagi padaku.

“Kapan lu mau gue masuk ke gudang itu?” Tanya ku balik, hingga membuat seraut wajah panik muncul di wajah teman-temanku, terutama anggota osis.

“Malam ini juga!” Jawabnya dengan memberikan penekanan pada kata terakhirnya.

“Stay jam sepuluh.” Ucapku sebelum berlalu. Maxim nampak tersenyum puas ketika aku meninggalkan ruang aula.

“Gimana?” Tanya Teya yang merupakan anggota osis sambil menatap Ciko. Ciko hanya mengendikan pundaknya.

“Anak baru itu gak tau pantangan di sekolah ini, kalau misalnya terjadi sesuatu dan dia..”

“Ssstt, gue juga bingung Te.. lu gak usah bikin tambah panik deh. Lagian kayaknya tuh anak baru gak mau nolak tantangan itu kan?”

“Tapi kan...” Teya terdiam dengan raut pucatnya.

“Kita semua disini tahu pantangan sekolah kita, tapi dia enggak. Apa kalian semua, lagi mempertaruhkan Agam?”

.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

guest1053764442

guest1053764442

di baca lagi deeeh ,tpi syg cuma smpe ending nya ga selesai 😭😭😭

2024-04-01

0

Fasya Aulia

Fasya Aulia

Baca ulang meskipun tetep kecewa di akhir wkwkwk

2024-03-23

1

Lux Fos~

Lux Fos~

Novel terbaik sepanjang sejarah❤️ Recommended banget sih ini🤙🏻

2024-02-22

1

lihat semua
Episodes
1 Tantangan VS Pantangan
2 Berhenti atau Teruskan?
3 Note Author
4 Lukisan seorang lelaki Misterius
5 Bukan Lukisan Itu?!
6 Bencana di Mulai
7 Kesurupan?
8 Diikuti
9 K.U.N
10 Pertukaran Ludah
11 Cemburu
12 Senjataku Berfungsi
13 Ayo Bertukar
14 Kun OTW Weekend
15 Kun WeekEnd
16 Besok Senin
17 Badai Datang!
18 Kesurupan Massal
19 Agam di Rasuki
20 Agam di Incar
21 Maxim Beraksi
22 Adam or Agam?
23 Jailangkung
24 Penyelesaian
25 Menangis?
26 Sudah Ingat
27 Mau Kabur???
28 Danau Kaolin / Kulong Biru
29 Rumah Nenek-Kakek
30 Sudah Sampai?
31 Menghilang di Benteng Toboali
32 Hampir Mati
33 Mimpi atau Nyata?
34 Rukiah
35 Fakta Baru Masa Lalu
36 Siswi yang Menghilang
37 Misi Milikmu
38 Klakson Tiga Kali
39 Kuburan tak Berpenduduk
40 Mulai Curiga
41 Membalik Keadaan
42 Visual Karakter
43 Di Ganggu?
44 Persiapan
45 Pencarian
46 Buku Tahunan
47 Pencarian Informasi
48 Keterkaitan?
49 Ra?
50 Dia?
51 Sia-sia
52 Gaib atau Manusia?
53 "Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54 Kiai
55 Ayah dan Agam
56 Malet dan Kepunen
57 Insiden Gladi Resik
58 Akibat Buruk
59 Bertemu Lagi
60 Reuni Akbar
61 Kekacauan!
62 Pak Wanto
63 Aku Melihatnya?
64 Kuntilanak Laki
65 Budak Gabek
66 Sebab Kecelakaan
67 Penyebab Luka
68 Kendalikan Diri
69 Ketahuan?
70 Indigo
71 Pengakuan
72 Hubungannya adalah...
73 Cerita Hidup Kun
74 Kun dan tante Arsya
75 Penyelesaian Kesalahpahaman
76 Murid Baru
77 Pertanda Buruk
78 Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79 Gino
80 Berikan Jawabannya
81 Jadi Gila?
82 Beruang Kaya Raya Lagi
83 Ketahuan Ayah
84 Jejak Ayah
85 Kembalikan Saja
86 Lagu Syukur
87 Agam is protected
88 Taruhan
89 Niat buruk
90 Rencana Terselubung
91 Bunuh Agam
92 Pesan Untukmu
93 Abah tahu, siapa kamu..
94 Ketakutan Kun
95 Foto Para Korban
96 Sebut Nama Pak Wanto
97 Rencana Akhir Pekan
98 Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99 Menumbing Muntok
100 K.O
101 Keceplosan
102 Takdir
103 Persiapan LKS
104 LKS H-1
105 LKS Pertama Sukses
106 Perempuan Berkebaya Hitam
107 Menuju LKS H-2
108 LKS H-2
109 Misi LKS H-2 Dimulai
110 Asas Kebersamaan
111 Selamat Tinggal Agam
112 Kehilangan
113 Beliau Kiai?
114 Beberapa Analisis
115 Darah
116 LKS H-3
117 Kesurupan Massal Lagi?
118 Kun di Sisiku
119 Don't Touch Agam!
120 Merelakan Pergi
121 About Maxim
122 Pengukuhan Pelantikan OSIS
123 Terkuak!
124 Makna Tersirat
125 Sudah mati
126 Reinkarnasi?
127 K.U.N is Back
128 Together
129 Kun Muslim?
130 Salah Masuk Kamar
131 Kamar Barend Otte
132 Terbalik
133 Tugas
134 Di Larang??
135 Kayu Utas Bangka
136 Perjalanan ke Tujuan
137 Rara Menghilang
138 Berpencar
139 Berpencar Pt. II
140 Selamat
141 Pantangan Bukit Sakral
142 Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143 Juru Kunci Bukit Maras
144 Paku
145 Rara di Temukan!
146 Kepulangan Rara
147 Terpanggil dan Terpilih
148 Seharian di Alam Gaib
149 Memutuskan dan Kembali
150 Undangan
151 Rumah Maxim
152 Maukah Kamu Ikut?
153 Ironi
154 Garis Polisi
155 Kasus Telah di Buka
156 Darah Beruang Kaya Raya
157 Alibi Licik Barend Otte
158 Nirwana Team
159 Keanehan Korban
160 Peraturan
161 Peraturan dari Agam
162 Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163 Lindungi Tim Nirwana
164 Caraku Melindungimu
165 Suatu Hal
166 Barend Otte Mulai Bergerak
167 Jangan Khawatir, Agam..
168 Murid Baru
169 Menghidupkan Kun
170 Menyesuaikan Diri
171 Berpisah Lagi
172 Ini Adikmu
173 Selalu Agam
174 Rumahmu, Agam
175 Anak kedua ibu Dinda
176 Penjelasan Kun
177 Kekhawatiran
178 Back to School
179 Pembelaan
180 Dara Selanjutnya?
181 Pernyataan Cinta
182 Mantan ART
183 Pesan dalam Games
184 Darah or Dara?
185 Ibu Maxim
186 Natasha
187 Maksud Terselubung Agam
188 Korban Berikutnya
189 Poor Zaki
190 Jangan Ikut Campur
191 Apa Maksud Natasha?
192 Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193 Paras yang Mengejutkan
194 Mengundurkan Diri
195 Bukan Papi Maxim
196 Suganda
197 Darah Keturunan
198 Pertemuan Kedua
199 Masa Lalu Natasha
200 Bela Tertangkap
201 Kejar-kejaran
202 Ujian Nirwana
203 Dimensi Berbeda
204 Penjelasan
205 Kerja Sama
206 Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207 Hadiah dari Tuan
208 Kami di Jemput
209 Buku Aneh
210 Ludira
211 Bunker
212 Deskripsi Bunker
213 Lorong dari Perapian
214 Gudang Lantai Tiga
215 Max Tak Terima
216 Apa Tujuan Ludira?
217 Who's Next?
218 Youre Loser !
219 Perlawanan di Mulai
220 Lingkaran Permainan
221 Jatuhnya Korban Lagi
222 Terdesak
223 Nirwana Mulai Bergerak
224 Maxim dalam Bahaya
225 Bertemu Barend Otte
226 KUN POV
227 ABU
228 Flashback
229 Cerita Kematian Kun
230 Sebab-sebab
231 Catatan Alexander di Temukan
232 Bertemu Kembali
233 Pada Zaman Dahulu
234 Perlawanan
235 Rencana
236 Persiapan Kesekian Kalinya
237 Misi Terakhir di Dalam Bunker
238 Misi Terakhir Selesai
239 Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240 Bercanda atau Jujur?
241 OTW Malam Jum'at Kliwon
242 Kemarahan Ludira
243 Telah Tiba
244 Agam Beraksi
245 Kekacauan Parah
246 Terbongkarnya S2
247 Kehancuran Team Nirwana
248 Pengkhianatan KUN
249 Agam Pulih
250 Perjanjian Sesungguhnya
251 Wake Up!!!
252 Kebangkitan Adgam Soeganda
253 Berhadapan dengan Ludira
254 Memanfaatkan Situasi
255 Saran Kun
256 Kami Semua Bersamamu
257 Last and Begin
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Tantangan VS Pantangan
2
Berhenti atau Teruskan?
3
Note Author
4
Lukisan seorang lelaki Misterius
5
Bukan Lukisan Itu?!
6
Bencana di Mulai
7
Kesurupan?
8
Diikuti
9
K.U.N
10
Pertukaran Ludah
11
Cemburu
12
Senjataku Berfungsi
13
Ayo Bertukar
14
Kun OTW Weekend
15
Kun WeekEnd
16
Besok Senin
17
Badai Datang!
18
Kesurupan Massal
19
Agam di Rasuki
20
Agam di Incar
21
Maxim Beraksi
22
Adam or Agam?
23
Jailangkung
24
Penyelesaian
25
Menangis?
26
Sudah Ingat
27
Mau Kabur???
28
Danau Kaolin / Kulong Biru
29
Rumah Nenek-Kakek
30
Sudah Sampai?
31
Menghilang di Benteng Toboali
32
Hampir Mati
33
Mimpi atau Nyata?
34
Rukiah
35
Fakta Baru Masa Lalu
36
Siswi yang Menghilang
37
Misi Milikmu
38
Klakson Tiga Kali
39
Kuburan tak Berpenduduk
40
Mulai Curiga
41
Membalik Keadaan
42
Visual Karakter
43
Di Ganggu?
44
Persiapan
45
Pencarian
46
Buku Tahunan
47
Pencarian Informasi
48
Keterkaitan?
49
Ra?
50
Dia?
51
Sia-sia
52
Gaib atau Manusia?
53
"Kun Rubbuno Nuril Jukim"
54
Kiai
55
Ayah dan Agam
56
Malet dan Kepunen
57
Insiden Gladi Resik
58
Akibat Buruk
59
Bertemu Lagi
60
Reuni Akbar
61
Kekacauan!
62
Pak Wanto
63
Aku Melihatnya?
64
Kuntilanak Laki
65
Budak Gabek
66
Sebab Kecelakaan
67
Penyebab Luka
68
Kendalikan Diri
69
Ketahuan?
70
Indigo
71
Pengakuan
72
Hubungannya adalah...
73
Cerita Hidup Kun
74
Kun dan tante Arsya
75
Penyelesaian Kesalahpahaman
76
Murid Baru
77
Pertanda Buruk
78
Tragedi di Bukit Fathin Sungailiat
79
Gino
80
Berikan Jawabannya
81
Jadi Gila?
82
Beruang Kaya Raya Lagi
83
Ketahuan Ayah
84
Jejak Ayah
85
Kembalikan Saja
86
Lagu Syukur
87
Agam is protected
88
Taruhan
89
Niat buruk
90
Rencana Terselubung
91
Bunuh Agam
92
Pesan Untukmu
93
Abah tahu, siapa kamu..
94
Ketakutan Kun
95
Foto Para Korban
96
Sebut Nama Pak Wanto
97
Rencana Akhir Pekan
98
Menuju Tempat Bersejarah Muntok
99
Menumbing Muntok
100
K.O
101
Keceplosan
102
Takdir
103
Persiapan LKS
104
LKS H-1
105
LKS Pertama Sukses
106
Perempuan Berkebaya Hitam
107
Menuju LKS H-2
108
LKS H-2
109
Misi LKS H-2 Dimulai
110
Asas Kebersamaan
111
Selamat Tinggal Agam
112
Kehilangan
113
Beliau Kiai?
114
Beberapa Analisis
115
Darah
116
LKS H-3
117
Kesurupan Massal Lagi?
118
Kun di Sisiku
119
Don't Touch Agam!
120
Merelakan Pergi
121
About Maxim
122
Pengukuhan Pelantikan OSIS
123
Terkuak!
124
Makna Tersirat
125
Sudah mati
126
Reinkarnasi?
127
K.U.N is Back
128
Together
129
Kun Muslim?
130
Salah Masuk Kamar
131
Kamar Barend Otte
132
Terbalik
133
Tugas
134
Di Larang??
135
Kayu Utas Bangka
136
Perjalanan ke Tujuan
137
Rara Menghilang
138
Berpencar
139
Berpencar Pt. II
140
Selamat
141
Pantangan Bukit Sakral
142
Legenda Bukit Maras dan Sitambun Tulang Bangka
143
Juru Kunci Bukit Maras
144
Paku
145
Rara di Temukan!
146
Kepulangan Rara
147
Terpanggil dan Terpilih
148
Seharian di Alam Gaib
149
Memutuskan dan Kembali
150
Undangan
151
Rumah Maxim
152
Maukah Kamu Ikut?
153
Ironi
154
Garis Polisi
155
Kasus Telah di Buka
156
Darah Beruang Kaya Raya
157
Alibi Licik Barend Otte
158
Nirwana Team
159
Keanehan Korban
160
Peraturan
161
Peraturan dari Agam
162
Pembuktian dari Realisasi Peraturan Baru
163
Lindungi Tim Nirwana
164
Caraku Melindungimu
165
Suatu Hal
166
Barend Otte Mulai Bergerak
167
Jangan Khawatir, Agam..
168
Murid Baru
169
Menghidupkan Kun
170
Menyesuaikan Diri
171
Berpisah Lagi
172
Ini Adikmu
173
Selalu Agam
174
Rumahmu, Agam
175
Anak kedua ibu Dinda
176
Penjelasan Kun
177
Kekhawatiran
178
Back to School
179
Pembelaan
180
Dara Selanjutnya?
181
Pernyataan Cinta
182
Mantan ART
183
Pesan dalam Games
184
Darah or Dara?
185
Ibu Maxim
186
Natasha
187
Maksud Terselubung Agam
188
Korban Berikutnya
189
Poor Zaki
190
Jangan Ikut Campur
191
Apa Maksud Natasha?
192
Kengerian Peristiwa Enam Belas tahun Lalu
193
Paras yang Mengejutkan
194
Mengundurkan Diri
195
Bukan Papi Maxim
196
Suganda
197
Darah Keturunan
198
Pertemuan Kedua
199
Masa Lalu Natasha
200
Bela Tertangkap
201
Kejar-kejaran
202
Ujian Nirwana
203
Dimensi Berbeda
204
Penjelasan
205
Kerja Sama
206
Pemberian Buku dan Kode Perpisahan
207
Hadiah dari Tuan
208
Kami di Jemput
209
Buku Aneh
210
Ludira
211
Bunker
212
Deskripsi Bunker
213
Lorong dari Perapian
214
Gudang Lantai Tiga
215
Max Tak Terima
216
Apa Tujuan Ludira?
217
Who's Next?
218
Youre Loser !
219
Perlawanan di Mulai
220
Lingkaran Permainan
221
Jatuhnya Korban Lagi
222
Terdesak
223
Nirwana Mulai Bergerak
224
Maxim dalam Bahaya
225
Bertemu Barend Otte
226
KUN POV
227
ABU
228
Flashback
229
Cerita Kematian Kun
230
Sebab-sebab
231
Catatan Alexander di Temukan
232
Bertemu Kembali
233
Pada Zaman Dahulu
234
Perlawanan
235
Rencana
236
Persiapan Kesekian Kalinya
237
Misi Terakhir di Dalam Bunker
238
Misi Terakhir Selesai
239
Misi sukses, dengan Beberapa Korban
240
Bercanda atau Jujur?
241
OTW Malam Jum'at Kliwon
242
Kemarahan Ludira
243
Telah Tiba
244
Agam Beraksi
245
Kekacauan Parah
246
Terbongkarnya S2
247
Kehancuran Team Nirwana
248
Pengkhianatan KUN
249
Agam Pulih
250
Perjanjian Sesungguhnya
251
Wake Up!!!
252
Kebangkitan Adgam Soeganda
253
Berhadapan dengan Ludira
254
Memanfaatkan Situasi
255
Saran Kun
256
Kami Semua Bersamamu
257
Last and Begin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!