Masalah ekonomi membuat sepasang suami istri terpaksa harus tinggal di salah satu rumah orang tua mereka setelah menikah. Dan mereka memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua sang istri, Namira.
Namira memiliki adik perempuan yang masih remaja dan tengah mabuk asmara. Suatu hari, Dava suami Namira merasa tertarik dengan pesona adik iparnya.
Bagaimana kisah mereka?
Jangan lupa follow ig @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Tidak terasa, sudah satu bulan Namira kerja dan dia beruntung sekali mendapat majikan yang baik dan juga sayang padanya.
Majikannya sudah berusia lima tahun ke atas dan sayangnya tidak punya anak, sehingga begitu ia kerja di sana, ia sudah di anggap layaknya anak sendiri.
Bahkan, waktu Namira meminta izin agar dirinya bisa libur di hari minggu, majikannya sama sekali tidak keberatan. Dengan lapang dada Namira di beri izin libur setiap hari minggu namun gajinya sama sekali tidak di potong. Kebaikan majikannya membuatnya merasa berhutang budi. Meskipun gaji pokoknya tidak sebesar asisten rumah tangga yang lain, tapi ia tetap mensyukurinya. Sebab majikannya selalu memberi ia uang tambahan setiap minggunya.
Awalnya Namira hanya bekerja cuci gosok saja, sebab ia hanya bisa bekerja dari tengah hari sampai menjelang magrib. Akan tetapi sekarang ia masak juga sebelum pulang, karena majikannya cocok dengan masakannya.
Sementara Dava masih terus berhubungan dengan adik iparnya, Sera. Akan tetapi beberapa hari ini Dava merasa cemburu, lantaran Sera sedang dekat dengan laki-laki yang seusia gadis itu.
Dava berusaha membujuk Sera agar tidak merespon laki-laki yang sedang dekat dengannya, dengan terus mengompori Sera jika laki-laki itu bisa saja seperti Riki.
"Aku mau kamu gak usah deket lagi sama laki-laki itu, sayang," pinta Dava untuk kesekian kalinya.
"Aku cuma deket biasa kok, kak. Lagian kak Dava kenapa sih? Kan kak Dava juga sama aku di saat posisi kak Dava suami kak Namira, masa aku gak boleh deket juga sama dia."
Dava sudah hampir kehabisan cara untuk membujuk Sera. Karena gadis itu lumayan keras kepala juga.
Ponsel Sera berdering dan mengeluarkan nama laki-laki yang saat ini tengah dekat dengannya. Dava merasa kian panas, entah kenapa ia tidak rela jika Sera dekat dengan seseorang selain dirinya.
"Sebentar ya, kak. Aku angkat telepon dulu."
Sera bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke kamarnya. Meninggalkan Dava di sofa ruang tamu.
Dava memejamkan matanya dan mengusap wajah sedikit kasar. Sialnya ia malah terjebak nyaman dalam pelukan Sera hingga tidak ingin kehilangan pelukan gadis itu.
Lantaran penasaran, Dava bangun dari duduknya dan berjalan ke arah kamar Sera. Langkahnya terhenti di depan pintu kamar gadis itu yang sedikit terbuka. Menguping apa saja yang gadis itu bicarakan di telepon bersama laki-laki yang coba mendekatinya.
"Aku cuma bisa keluar hari minggu," ujar Sera pada si penelepon.
"Aku malu, ah. Jelek," ujar gadis itu lagi.
"Iya, nanti aku coba aku kirim. Tapi janji ya kamu jangan ketawa, aku jelek ihh .."
"Ok, nanti aku aku kirim. Tapi kamu janji ya gak bakal lihatin ke siapa-siapa."
"Iya, bye .."
Dava jadi penasaran, sebenarnya apa yang mereka sedang bicarakan. Mendengar Sera sudah mengakhiri teleponnya, ia bergegas masuk ke kamar itu dan mendapati Sera tengah selfi dengan pakaian terbuka.
Dava langsung merampas HP Sera hingga pemiliknya sedikit kesal.
"Apa sih, kak?" seru gadis itu seraya berusaha mengambil ponselnya.
Dava menjauhkan hp Sera ke belakang tubuhnya. "Kamu mau ngapain?"
"Balikin, kak!" pinta Sera.
"Gak, ngapain coba ngirimin foto-foto gitu sama dia?"
"Emang kenapa sih?"
"Gak boleh!"
"Kenapa?"
"Ya gak boleh."
"Balikin, kak." Sera berusaha menjangkau hp nya dari tangan Dava, akan tetapi pria itu malah mengacungkan ke udara sehingga ia sulit untuk menjangkaunya.
Sera berpikir untuk naik ke atas tempat tidur, akan tetapi sebelum itu terjadi, Dava sudah lebih dulu menjatuhkannya ke atas tempat tidur tersebut untuk menerkam nya.
Sera sedang tidak ingin melakukannya, akan tetapi Dava terus memainkannya. Sehingga ia hanya bisa pasrah di bawah kendali kakak iparnya yang tak berhenti menerkam nya.
_Bersambung_