Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab25
Semakin hari hubungan Abizar dengan Avica semakin dekat saja. Meskipun belum ada yang menyatakan cinta, tetapi mereka menjalaninya layaknya suami istri.
"Mas, tadi mama telepon. Aku sama Alula disuruh main kerumah mama. Katanya kangen sama Alula." Ucap Avica setelah menyelesaikan sarapannya.
"Ya udah kesana aja, nanti berangkat nya bareng. Biar aku antar kalian kerumah mama dulu, baru setelah itu aku lanjut kekantor." Kata Abizar.
"Kalau gitu aku siap-siap dulu, mas." Ucap Avica. "Alula makan nya dihabisin ya, setelah ini kita ke rumah oma." Ucapnya lagi.
"Baik, ma."
Avica pun beranjak dan pergi menuju kamar nya untuk berganti pakaian. Tak butuh waktu lama Avica pun telah selesai berganti pakaian. Dirinya menggunakan dress sebatas bawah lutut yang begitu pas ditubuhnya. Ini untuk pertama kalinya Avica memakai dress, sebab biasanya dirinya itu hanya memakai pakain santai seperti celana jeans panjang dan kaos yang longgar. Hal itu membuat Abizar terpesona, sebab kecantikan Avica semakin terpancar.
"Alula sudah selesai makan nya?" Tanya Avica pada putri sambungnya.
"Sudah, ma."
"Kalau gitu yuk kita berangkat." Kata Avica.
Abizar yang tidak berkedip pun tidak sadar jika istrinya sudah siap untuk pergi.
"Mas.."
Abizar mengerjapkan matanya ketika kesadarannya kembali. "Iyaa. Sudah siap ya?" Tanyanya.
"Sudah, mas. Yuk kita berangkat sekarang. Nanti mas telat berangkat ke kantornya."
"Tidak apa-apa, kan aku bosnya. Tidak masalah jika aku telat." Kata Abizar.
"Masak bos memberikan contoh yang tidak baik?"
Abizar tidak menjawabnya, dirinya hanya tersenyum saja. "Ya udah kita berangkat sekarang."
"Sebentar mas, aku pamit bi Imah dulu." Kata Avica.
Sebelum pergi Avica pun mencari bi Imah untuk berpamitan terlebih dahulu.
"Bi, saya mau pamit ke rumah mama dulu ya." Ucap Avica ketika dirinya telah menemukan bi Imah didapur.
"Eh, non Ica. Baik non. Nanti pulang nggak non?" Tanya bi Imah.
"Belum tahu, bi. Nanti kalau kami tidak pulang saya akan kabari bibi."
"Baik, non."
"Kalau begitu saya pergi dulu, bi. Sudah ditunggu mas Abi didepan soalnya." Kata Avica.
"Iya, non."
Abizar pun melajukan mobilnya menuju kediman orang tuannya. Untuk mengantarkan Avica serta putrinya terlebih dahulu sebelum dirinya pergi ke kantor.
"Nanti kamu masak dirumah mama ya. Terus makanannya di antar ke kantor untuk aku makan siang." Kata Abizar mengawali percakapan mereka didalam mobil.
"Mas Abi mau dimasakin apa?" Tanya Avica.
"Terserah kamu aja. Asal kamu yang masak, bakal aku makan kok. Soalnya lidahku itu sudah terbiasa dengan masakan kamu." Ucap Abizar entah dirinya sadar atau tidak jika dirinya itu sudah tergantung dengan istri kecilnya.
"Mas bisa aja. Kalau cuma aku masakin telor ceplok gimana?" Kata Avica sedikit bercanda dengan suaminya.
"Tidak apa-apa. Pasti juga aku makan." Jawab Abizar.
"Baiklah. Tapi aku tidak tahu kantor mas Abi." Ucap Avica jujur.
"Nanti biar diantar supir mama. Atau biar mama ikut nganter ke kantor." Kata Abizar.
"Baiklah."
"Mama nanti mau ke kantor papa ya?" Tanya Alula disaat pembicaraan mereka selesai.
"Iya sayang. Kenapa?" Kata Avica.
"Alula ikut ya."
"Iya. Alula ikut kok."
"Horee."
Tanpa mereka sadari mobil yang dikemudikan Abizar pun telah sampai didepan pintu gerbang rumah pak Adi dan bu Sarah.
Tinn..tiinnn...
Abizar membunyikan klaksonnya untuk memanggil satpam penjaga gerbang dimension orang tuanya. Pria paruh baya pun muncul dan berjalan kearah gerbang, lalu membukanya.
"Selamat pagi, tuan Abizar." Sapa satpam tersebut saat Abizar membuka kaca mobilnya.
"Pagi, pak." Jawab Abizar lalu melajukan mobilnya kembali untuk memasuki halaman mension tersebut.
"Tunggu disini sebentar." Pinta Abizar.
Avica yang bingung pun hanya menurut saja.
Abizar pun turun dari mobil lalu memutar langkah nya untuk membukakan pintu untuk Avica dan putrinya. Sebelum Avica turun, Abizar pun menurunkan Alula terlebih dahulu. Didepan pintu sudah terlihat bu Sarah yang sedang menunggu kedatangan mereka. Mereka bertiga melangkah menghampiri bu Sarah.
"Assalamu'alaikum, ma." Ucap Avica memberi salam pada ibu mertuanya.
"Waalaikumsalam.."
Lalu Avica mencium punggung tangan yang masih tetap halus meski umurnya sudah tak muda lagi. Dan disusul oleh Abizar serta Alula.
"Papa sudah berangkat, ma?" Tanya Abizar pada bu Sarah.
"Sudah, baru saja." Jawab Bu Sarah.
"Yaudah kalau gitu, Abi juga akan langsung berangkat." Ujar Abizar.
"Berangkat lah. Dan hati-hati dijalan."
"Sebelum itu Abi mau bilang, nanti kalau mama nggak sibuk temani Avica pergi ke kantor Abi ya ma." Pinta Abizar.
"Mau apa memangnya?" Tanya bu Sarah penasaran.
"Buat nganter makan siang buat Abi, ma. Abi sengaja meminta Ica untuk memasak dan mengirim makanan buat Abi." Katanya jujur.
"Ohh, gitu. Yaudah nanti akan mama temani."
"Kalau gitu Abi berangkat dulu, ma." Abizar kembali mencium punggung tangan bu Sarah.
Lalu dirinya beralih berpamitan dengan istri dan anaknya. "Aku berangkat ke kantor dulu ya. Nanti jangan lupa."
"Iyaa, mas." Jawab Avica lalu mencium punggung tangan Abizar. "Ayo Alula salim sama papa dulu."
Alula pun menurut dengan perkataan Avica. Anak itu menyalami tangan papanya dan menciumnya.
Abizar pun memasuki mobilnya kembali lalu menyalakan mesin mobilnya. Kemudian ia mengemudikan mobilnya untuk menuju ke tempat dimana ia mencari rezeki. Yaitu kantor Adinata Grup.
Sedangkan dikediaman pak Adi, bu Sarah mempersilahkan menantunya itu untuk masuk terlebih dahulu. Lalu mengajaknya untuk duduk diruang keluarga.
"Kalian tunggu disini dulu!" Pinta bu Sarah. Bu Sarah pergi kebelakang untuk mencari pembantunya.
"Bi, tolong siapkan minuman dan cemilan buat menantu dan cucu saya ya." Ucap bu Sarah pada bi Hikmah.
"Baik, nyonya."
Kemudian bu Sarah pun kembali kedepan menghampiri menantu dan cucunya di ruang keluarga.
"Alula sayang, sini duduk sama oma. Oma kangen banget sama cucu oma yang paling cantik ini." Ujar bu Sarah. Sang cucu pun menghampiri omanya.
"Ca, gimana hubungan kamu dengan Abi?" Tanya bu Sarah pada menantunya.
"Seperti yang mama lihat. Sedikit ada perkembangan." Kata Avica.
"Semoga saja Abi bisa cepat membuka hatinya untuk kamu. Mama berharap rumah tangga kalian bisa utuh meskipun nanti banyak cobaan dan ujian yang harus kalian hadapi." Kata Bu Sarah. "Jika suatu saat nanti kalian ada masalah harus diselesaikan secara baik-baik dan dengan kepala dingin jangan dengan emosi. Kamu tahu sendiri kan Ca jika Abizar itu sudah pernah menikah. Mama takut jika suatu saat nanti mama kandung Alula akan kembali dan mengambil Alula." Kata bu Sarah mewanti-wanti menantunya itu.
"Mama tidak perlu khawatir. Selalu doa kan kami, biar kami bisa menjalani rumah tangga ini. Dan kita serahkan saja pada yang Kuasa." Ucap Avica menenangkan mertuanya.
Disela-sela pembicaraan mereka bi Hikmah pun datang membawa nampan berisi minuman dan cemilan untuk menantu dan cucu majikannya.
"Silahkan, non." Ucap bi Hikmah ketika wanita paruh baya itu meletakkan minuman dan cemilan diatas meja.
"Terima kasih, bi. Maaf jika merepotkan." Jawab Avica.
"Tidak merepotkan sama sekali, non. Ini sudah tugas saya. Kalau begitu saya pamit kebelakang dulu." Kata bi Hikmah.
"Sekali lagi terima kasih, bi." Ucap Avica lagi ketika bi Hikmah beranjak untuk kembali ke dapur.
"Diminum dulu, Ca!"
"Iya, ma."
"Alula mau minum nggak?" Tanya bu Sarah pada cucunya.
Alula menggelengkan kepalanya "tidak, oma."
"Kalau kuenya mau nggak?" Tanya Bu Sarah lagi.
"Mau, oma."
Bu Sarah pun mengambil satu toples yang berisikan kue kering untuk ia berikan pada cucunya.
"Ayo Ca, dimakan juga kue nya."
"Iya, ma. Nanti Ica makan kok."
"Kamu kalau mau istirahat dulu nggak apa-apa sebelum memasak dan mengantar makanan untuk suamimu." Ujar Bu Sarah.
"Nanti saja, ma."
"Baiklah. Jika mau istirahat pergilah ke kamar Abizar."
"Baik, ma."