Dia pikir suaminya sudah tewas dalam sebuah kecelakaan tiga tahun lalu.
Tetapi, siapa sangka jika suami yang sangat dicintainya itu kembali setelah sekian lama menghilang. Namun, bukannya bahagia Maysha malah harus dihadapkan dengan kenyataan pahit. Arlan kembali dalam keadaan tak mengingat dirinya. Lebih parahnya lagi, dia membawa seorang istri yang tengah berbadan dua.
Maysha pun harus rela membagi suaminya dengan wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diantar Pulang Oleh Dokter Mario
Sepanjang hari ini suasana hati Arlan benar-benar buruk bak awan mendung. Di kantor ia lebih banyak diam dan melamun. Bahkan saat Andre mengajaknya untuk menikmati makan siang di restoran favorit mereka dulu, Arlan menolak dan memilih menghabiskan waktu di kantor. Alhasil, Andre hanya memesan makan siang untuknya dan Arlan dari kantin kantor.
Hingga menjelang sore Arlan sangat irit bicara. Sebuah sikap yang benar-benar mirip dengan dirinya di masa lalu. Tak ayal, tingkah Arlan ini menciptakan tanda tanya dalam pikiran Andre, ada apa dengan sang bos.
“Sepertinya Maysha lumayan dekat dengan Dokter Mario.” Nada suram terdengar dari mulut laki-laki itu. Andre yang masih disibukkan dengan pekerjaan sejenak mengalihkan perhatian dari layar laptop.
“Maysha dan Mario memang sudah berteman sejak masa kuliah. Bukankah kemarin aku sudah bilang?”
“Aku tahu, tapi menurutku mereka terlalu berlebihan," sambungnya gusar. Menurutnya tidak pantas jika Mario mendekati wanita yang sudah menikah, apalagi berniat memberi hadiah cincin. "Memangnya dulu mereka berdua kuliah di mana?” tanyanya kemudian.
“Di London.” Sudut mata Arlan menyipit penuh selidik. Pikirannya langsung menebak-nebak bagaimana kehidupan Maysha bersama Mario selama beberapa tahun di negara yang sama dan jauh dari keluarga. Memikirkan apakah selama beberapa tahun itu tidak pernah ada cinta di antara mereka?
“Selama di London mereka tinggal di mana?” Arlan hendak menggali lebih dalam. Sepertinya Andre mengetahui banyak hal di masa lalu yang menghilang dari memorinya.
"Di apartemen lah," jawab Andre santai, tanpa melihat lagi reaksi sang bos. Karena fokusnya kini masih tertuju pada layar laptop.
“Mereka satu apartemen juga?” Nada keberatan mulai terdengar.
“Iya. Hanya beda lantai saja. Maysha di lantai sebelas dan Mario di lantai sepuluh. Mereka tinggal di apartemen itu karena paling dekat dari kampus.” Sontak Arlan mengendurkan dasi yang melilit kerah kemeja. Ia merasa tercekik, dadanya sesak seolah pasokan oksigen yang tersedia di Bumi tak cukup baginya untuk bernapas. Ia merasa tekanan darahnya naik secara tiba-tiba.
“Ternyata sedekat itu. Naik tangga satu kali sudah sampai.”
Sebelah alis Andre terangkat tipis bersamaan dengan seringai di sudut bibirnya. Ia pasti sudah menyemburkan tawa jika tidak mengingat suasana hati Arlan sedang buruk.
"Lebih dekat kamu lah!"
"Maksudnya?" tanya Arlan sedikit bingung.
"Kamu memaksa pemilik apartemen tepat di sebelah Maysha untuk menjual unitnya. Dulu kamu sampai nekat menyusul ke London hanya untuk mengawasi Maysha."
Perkataan Andre membuat sepasang bola mata Arlan membulat penuh. "Segitunya?"
"Bahkan kamu hampir setiap bulan berangkat ke sana." Gelak tawa Andre memenuhi seisi ruangan. Berbeda dengan Arlan yang sama sekali tak menunjukkan reaksi apapun selain reaksi terkejut.
"Jangan bercanda!" Arlan mencoba untuk tak menelan mentah-mentah. Hatinya dipenuhi pertanyaan apakah dirinya seposesif itu terhadap Maysha ataukah ini hanya bualan Andre semata.
"Kamu sangat berlebihan dalam menjaga Maysha. Padahal pacar bukan, suami juga bukan," ucap Andre menegaskan.
Terdiam sejenak, Arlan menyeruput secangkir kopi. Menyandarkan punggung sambil menikmati pemandangan senja yang tersaji dari lantai teratas gedung kantornya.
"Memangnya ada apa? Hari ini kulihat suasana hatimu sangat buruk." Akhirnya Andre memberanikan diri bertanya penyebab suramnya wajah sang bos.
"Tadi pagi aku habis antar berkas Maysha yang tertinggal di rumah. Aku memergokinya dengan Mario sedang mengobrol berdua," jawab Arlan tak seluruhnya. Bagian Mario hendak memberikan sebuah cincin berlian kepada Maysha tak ia ceritakan. Terlalu menyebalkan pikirnya.
"Kamu cemburu?"
Tatapan tajam seketika dihujamkan Arlan kepada laki-laki yang duduk tak jauh darinya.
"Diam!"
Andre hanya mengatupkan bibir. Sepertinya ia akan sering-sering memancing kecemburuan Arlan demi merangsang ingatannya.
**
**
**
Waktu menunjukkan pukul 10 malam ketika Arlan dan Andre menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda. Meskipun masih belajar, tetapi Arlan sedikit demi sedikit mengerti tentang dunia bisnis. Karena Andre benar-benar memberi penjelasan secara detail. Arlan yang di masa lalu memang bertangan dingin pun sangat cepat tanggap.
Baru saja keduanya akan meninggalkan ruangan kantor, sudah terdengar deringan ponsel. Arlan mengeluarkan benda pipih itu dari saku blazer, tertera nama Laura pada layar. Arlan mendesahkan napas panjang. Merasa sangat malas.
"Kamu di mana, Mas?" Pertanyaan itu menjadi sambutan pertama sesaat setelah panggilan terhubung.
"Masih di kantor. Baru mau pulang," jawabnya singkat.
"Oh ya Mas, aku cuma mau kasih tau. Sepertinya dugaan aku benar deh. Kemarin aku memergoki Mbak Maysha diam-diam teleponan sama Dokter Rio, dan malam ini dia pulang dengan diantara dokter itu juga. Aku yakin mereka memang punya hubungan khusus." Kalimat panjang itu menciptakan kerutan tipis di dahi Arlan.
"Bukannya Maysha selalu dijemput Pak Udin, ya?"
"Tidak, Mas. Tadi sore Pak Udin memang mau jemput, tapi Mbak Maysha bilang ada urusan penting. Ternyata urusan pentingnya sama Dokter Mario. Dari mana coba mereka sampai jam segini?"
Arlan melirik arah jarum jam di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tanpa dapat dikendalikan pikirannya melayang, menebak dari mana Maysha dengan Mario sampai baru pulang di jam seperti ini.
"Bisa saja kan mereka habis dari hotel. Apalagi selama ini Mbak Maysha hidup sendiri tanpa kamu."
Sebelah tangan Arlan mengepal. Tanpa permisi ia memutus panggilan. Namun beberapa menit kemudian pesan beruntun datang dari Laura.
Arlan semakin berang tatkala membuka pesan dan mendapati video singkat Maysha turun dari kursi belakang mobil Mario, berikut beberapa foto lainnya.
"Dari mana mereka sampai baru pulang di jam segini?"
...***...