Alenata yang berstatus anak tiri, terpaksa dijual oleh kakak tirinya. Sedangkan kedua orang tuanya sudah meninggal, Alenata hanya tinggal bersama kakak tiri laki-laki dan ibu tiri.
Demi keuntungan, ibu tiri dan kakak tirinya rela menjual Alenata kepada lelaki kejam yang sudah beristri.
Akankah Alenata mendapatkan kebahagiaannya? atau hidupnya akan selalu menderita?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memberi penjelasan kepada ibunya
Setelah mengantarkan ibunya pulang, Devan bersama Alena segera kembali ke rumah sakit untuk mengetahui kondisi ibu tirinya Alena bernama Maya.
Sedangkan di lain tempat, Genan tengah dilakukan pemeriksaan terlebih dulu sebelum kasus orang tua yang dibantu anak laki-lakinya untuk membunuh pelaku pemerk_osaan terhadap putrinya.
"Sekarang jelaskan kepada kami motif yang sebenarnya atas diri kamu yang sudah melakukan tindakan pemb_unuhan terhadap Ibu Maya."
Genan menarik napasnya dan membuangnya lewat saluran hidung.
"Bolehkah saya menghubungi seseorang untuk menyerahkan bukti kepada Anda?"
"Boleh, mana nomor yang akan dihubungi. Tapi ingat, jangan mempermainkan kami. Sekali saja Anda melakukan pembohongan, maka anda akan mendapatkan sangsinya."
"Baik, Pak Polisi." Jawab Genan dengan santai.
Setelah Genan memberi nomor ponsel, pak polisi segera menghubunginya dan meminta untuk mengantarkan bukti sesuai yang di minta. Kemudian, polisi itu mulai memperhatikan sosok Genan.
"Tetap berdiri ditempat, jangan berani-beraninya untuk kabur. Kita akan tunggu bukti itu datang, waktunya hanya sebentar. Jika lewat dari waktu yang ditentukan, kami anggap kamu telah membohongi kami."
"Siap, Pak Polisi." Jawab Genan yang tentunya ada rasa khawatir jika anak buahnya gagal membawakan bukti rekaman waktu berada di diskotik.
Tidak lama kemudian, rupanya yang datang ibunya Genan, bukan bukti yang sedang dinantikan kedatangannya.
"Genan anakku!" teriak ibunya yang langsung memeluk putranya sangat erat dengan kondisi tangannya yang masih diborgol.
"Maaf, Ibu ini memaksa diri untuk bertemu dengan anaknya yang bernama Genan." Ucap salah seorang polisi yang mengejar alias mengikuti ibunya Genan yang larinya begitu cepat dan juga dengan tangisnya yang kencang, akhirnya terpaksa dipertemukan dengan putranya.
"Mama kenapa kemari?" tanya Genan dengan tangannya yang diborgol.
Ibunya langsung melepaskan pelukannya dan menatap wajah putranya yang sudah terlihat pucat. Kemudian, ibunya memegangi kedua pipinya.
"Ada masalah apa dengan mu, Nak? Kenapa menjadi begini? kamu tidak sedang tidak melakukan kesalahan, 'kan?"
Genan berusaha untuk tetap tenang dan tersenyum pada ibunya.
"Genan tidak melakukan kesalahan apapun, Ma. Percayalah pada Genan, yang dilakukan sama anakmu ini adalah benar, menghabisi orang yang sudah menghancurkan kebahagian Mama, dan juga sudah membuat Papa meninggal." Jawab Genan dengan apa adanya.
"Kamu sedang ngomongin siapa, Nak? Mana sama sekali tidak mengerti dengan yang kamu ucapkan. Katakan sama Mama, apa maksud yang kamu ucapkan tadi, Nak?"
"Maya, apakah Mama mengenalinya?"
Ibunya yang mendengar putranya menyebut nama Maya, langsung mencoba untuk mengingatnya.
"Maya, Mama tidak tahu Nak? siapa itu Maya, Mama tidak kenal."
"Wanita yang tergila-gila dengan Papa, dia juga sudah menyebabkan istri kedua Papa meninggal." Jawab Genan.
"Wanita yang tergila-gila dengan Papa kamu?" tanya ibunya memastikan.
Genan mengangguk.
"Ya, wanita yang sudah tergila-gila dengan Papa. Kenapa tidak mengenalinya? dia sudah operasi wajah, mungkin dengan cara lewat sidik jarinya, siapa tahu saja bisa ditemukan bukti yang sebenarnya siapa perempuan yang bernama Maya."
"Terus, wanita bernama Maya itu ada dimana?"
"Di rumah sakit, Genan akan meminta sama polisi untuk mencari tau identitas dia yang sebenarnya." Jawab Genan.
Ibunya Genan yang masih belum bisa menangkap apa yang diomongin putranya, pun hanya bisa mengangguk.
"Permisi Pak Polisi, saya sudah datang." Ucap seseorang yang baru saja datang dengan membawa sesuatu yang ada ditangannya.
penyesalan selalu datang di akhir
waktu tidaak mungkin bisa terulang lagi