Bidadari Yang Diabaikan

Bab 25

Andromeda menatap Renata dengan penuh selidik. Berbeda dengan perempuan itu yang tersipu malu karena laki-laki yang disukai olehnya sedang duduk di hadapan dia dan terhalang meja kerja.

"Katakan kenapa kamu diam saja saat mengetahui Tarisa menyuruh Mang Budiman untuk memasukan obat perang_sang ke minuman Aisyah?" tanya Andromeda.

Senyum Renata langsung hilang saat mendengar pertanyaan dari Dosen Killer itu. Dia bingung harus menjawab apa, karena tidak menyangka kalau akan ada yang tahu kejadian malam itu.

'Bukannya malam itu tidak terjadi apa-apa kepada Aisyah?' 

'Kenapa Pak Andromeda tahu kalau Tarisa menyuruh Mang Budiman memasukan obat. Jangan-jangan laki-laki itu sudah membocorkan rahasia. Bukannya Tarisa sudah membayar mahal agar dia tutup mulut.' (Renata)

Renata bertanya-tanya dalam hatinya. Menyusup rasa takut ke dalam dirinya. Namun, mengingat Aisyah masih biasa-biasa saja terhadap dia dan Tarisa membuat dia berpikir kalau tidak terjadi apa-apa padanya malam itu.

"Bapak sudah salah sangka. Tidak ada obat perang_sang, mungkin itu obat tidur. Tanya saja kepada Aisyah, malam itu dia tidur nyenyak sekali," balas Renata dengan percaya diri dengan senyum tipis mengulas di wajahnya yang masih tegang.

Andromeda rasanya ingin berteriak kepada Renata kalau Aisyah tidur pulas setelah melakukan pertempuran dengannya berjam-jam sampai dini hari. Mereka berkali-kali bercinta karena efek obat itu masih saja kuat reaksinya. Dia sendiri entah berapa kali mengeluarkan benih ke dalam rahim perempuan yang kini sudah menjadi istrinya, malam itu.

'Apa dia tidak sadar dengan keadaan Aisyah keesokan harinya?' (Andromeda)

"Kamu jangan berbohong. Karena aku bisa saja melaporkan dan memenjarakan kamu!" ancam Andromeda dengan sorot mata yang serius dan benar-benar akan melakukan hal itu jika terbukti benar.

Renata menelan air liur untuk membasahi tenggorokan yang mendadak terasa kering dan melilit. Dia yakin kalau malam itu tidak terjadi sesuatu kepada Aisyah, karena temannya itu terlihat baik-baik saja meski sudah beberapa lama meminum jus jambu itu. Begitu juga setelah masuk ke kamar, pintunya langsung dikunci.

"Katakan siapa laki-laki yang akan tidur dengan Aisyah?" Andromeda menggebrak meja dan itu membuat Renata melonjak kaget.

Wajah wanita itu semakin pucat seakan tidak ada aliran darah yang menuju kepalanya. Bola matanya sejenak membulat dan keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya.

"Jawab!" bentak dosen muda itu dengan suaranya yang nge-bas.

Sungguh Renata kebingungan saat ini. Jika dia menjawab dengan jujur maka semua orang yang terlibat dan juga tahu akan ikut terseret. Jika dirinya berbohong maka hukuman dia akan ditambah. Apalagi saat ini dirinya sedang masa kesulitan finansial. 

***

Seperti rencana semalam keluarga Andromeda mengadakan makan siang bersama keluarga Tante Bintang. Namun, laki-laki itu sendiri tidak ikut karena masih punya urusan penting. Jadi hanya Aisyah yang mendatangi pertemuan itu.

Aisyah menerima pesan dari Galaksi yang mengirim lokasi di mana restoran itu berada. Restoran yang di datangi olehnya adalah restoran Italia. Mereka sengaja memilih tempat itu karena tahu Aisyah tidak bisa mencium wangi nasi, apalagi memakannya.

Keluarga Tante Bintang itu sangat ramah dan menyukai Aisyah. Mereka berbincang-bincang memperlihatkan keakraban mereka. 

Ternyata Aisyah menyukai spaghetti dan pasta yang disajikan untuknya. Tadi saat melihat makanan itu dia sempat merasa ragu, karena banyak sekali bumbu yang terdapat di makanan itu dan menduga akan mual. Namun, saat suapan pertama dia langsung menyukainya. Hal yang membuat wanita itu malu adalah menghabiskan semua makanan yang disajikan untuknya, bahkan menambah lagi.

"Kalau Kak Aisyah suka, bisa minta dibikinkan oleh Kak Andro. Dia ahli masak makanan Italia," kata Galaksi dengan senyum jahil.

"Benar juga, barbeque buatan Andro juga enak," puji Tante Bintang.

Aisyah sangat malu, karena dia tidak pandai memasak. Makanya tidak aneh kalau Andromeda tidak mau makan masakannya.

Mereka bersama sampai sore, karena Aisyah harus pulang sebelum suaminya sampai ke rumah. Setidaknya dia tidak ingin membuat masalah baru dengan sang suami.

***

Aisyah menghubungi Zahra. Dia berniat mengatakan apa yang sedang menjadi pikirannya saat ini. Biasanya sang kakak sering mendengarkan ceritanya dan akan memberikan masukan atau nasehat untuknya. Akan tetapi begitu dia memberikan salam, kakaknya sudah memotong duluan.

^^^"Aisyah, kebetulan kamu menelepon. Bantu kakak bujuk Mentari, dong!"^^^

"Untuk apa?"

^^^"Ya, untuk menjadi istri keduanya Fatih."^^^

Aisyah menarik napasnya dalam-dalam. Dia tidak habis pikir sama kakaknya itu. Mengejar-ngejar sahabatnya agar mau dijadikan istri kedua suaminya. Wanita mana yang mau di madu. Apalagi Mentari seorang wanita cantik dan masih muda. Terlahir dari keluarga terpandang juga. 

"Kak, kalau aku jadi Kak Mentari juga mana mau dijadikan istri kedua. Apalagi nanti orang-orang akan memberi cap pelakor dari sahabatnya sendiri."

^^^"Kamu itu tidak mengerti perasaan seorang istri yang menginginkan suaminya hidup bahagia."^^^

"Aku lihat Kak Fatih selama ini hidup bahagia bersama Kakak. Sebaiknya kakak jangan menyulitkan hidup sendiri. Nikmati hidup hanya berdua."

^^^"Aisyah, apa kamu tahu kalau waktu aku sedikit lagi. Sudah tidak ada harapan bagi aku untuk sembuh. Setidaknya di sisa hidup ini, aku ingin melihat kebahagiaan dari laki-laki yang sangat aku cintai. Aku selama ini belum bisa membuat Mas Fatih bahagia. Aku merasa kalau Mentari adalah wanita yang menjadi belahan hidupnya dan akan memberikan kebahagiaan untuknya."^^^

Terdengar suara isak tangis Zahra. Jika keadaannya begini malah membuat Aisyah bingung dan serba salah. 

"Seharusnya kakak juga memikirkan keadaan dan perasaan Kak Mentari. Bagaimana jika orang-orang menuduhnya sebagai perusak hubungan rumah tangga orang. Mau ditaruh di mana muka dia? Nama baik dia juga akan tercemar. Memangnya keluarga Kak Mentari akan mengizinkan dia jadi istri kedua."

Aisyah malah balik mencerca sang kakak yang masih bersikukuh dengan keinginannya itu. Dia berpikir kalau penyakit yang diderita oleh Zahra bukan hanya leukemia saja, tapi juga dengan kejiwaannya.

^^^"Sudahlah, aku nggak akan bicara lagi dengan kamu—"^^^

"Nggak boleh gitu! Aku juga mau curhat sama Kakak."

Aisyah buru-buru memotong ucapan Zahra. Saat ini hanya dia yang bisa dimintai tolong. Sebab, kedua orang tuanya akan sedih jika mengetahui kehidupan rumah tangga yang baru saja beberapa hari dibangun olehnya.

^^^"Ada apa?"^^^

"Kalau aku dan Mas Andro memutuskan berpisah setelah bayi ini lahir, bagaimana menurut Kakak?"

^^^"Jangan gila kamu, Aisyah! Pernikahan itu bukan sesuatu yang bisa kalian permainkan dengan begitu mudahnya. Ingat! Allah sangat membenci perceraian, meski hal itu tidak dilarang oleh-Nya. Apa kamu mau iblis dan setan bersuka cita dengan perceraian kalian? Bukannya sudah Abah dan Ummi bilang untuk belajar membuka hati dan lakukan semua hal sebaik mungkin dalam menjalani biduk rumah tangga kalian. Jangan sampai murka Allah menimpa kalian berdua. Belajarlah saling menerima satu sama lain. Jika Andro belum juga bisa mencintai kamu, buat dia merasa nyaman terlebih dahulu dengan berada di dekat kamu. Lama-lama perasaan cinta akan muncul dalam kalian."^^^

Aisyah terdiam dengan derai air mata. Dia tahu kalau selama ini dirinya masih labil dan suka angin-anginan dalam bersikap. Selain usia yang masih muda dan masih suka bersikap semaunya sendiri, wanita itu juga kadang sering kesal dan marah kepada Andromeda. Laki-laki yang menjadi suaminya itu suka bersikap dingin dan ketus, sehingga membuat dia ingin membalas dengan hal yang sama.

***

Siapakah laki-laki yang dulu akan tidur dengan Aisyah? Apakah hubungan Aisyah dengan Andromeda akan membaik? Tunggu kelanjutannya, ya!