Penantian Cinta Sang Istri

Setelah kepergian Reihan, Alena segera masuk kedalam unit apartemen nya.

Di pandangnya seluruh isi apartemen yang sudah dua bulan ini dia tempati bersama Akbi.

Meski baru dua bulan, tapi banyak sekali kenangan dirinya bersama Akbi di apartemen itu. Mulai dari ruang tamu, ruang makan yang terhubung dengan dapur sampai yang paling banyak kenangan nya tentu saja kamar mereka berdua.

Di bukanya pintu kamar. Saat kakinya memasuki kamar, Alena seperti melihat dirinya dan Akbi seperti sedang bercanda, tertawa seperti biasanya.

Di lihatnya bayangan Akbi yang sedang menjahilinya dan menggodanya.

Semua kenyataan ini bagaikan mimpi buruk yang tiba tiba datang. Padahal dirinya merasa kalau rumah tangganya terasa baik dan sempurna, tapi ternyata semua itu hanya semu. Tidak nyata.

Alena menghapus air matanya yang tiba tiba mengalir.

"Tidak lagi, aku harus kuat, aku harus tegar aku pasti bisa melewati ini semua. Ayah..... Ibu bantu Alena agar kuat...."

Tak ingin berlama lama merenungi kesedihannya, Alena segera menghampiri lemari pakaiannya dan mengeluarkan isi nya.

Da sudah yakin untuk berpisah saja dari Akbi, dan kembali ke rumah lamanya sekarang juga.

Bagi Alena mungkin berpisah adalah jalan yang tepat untuk dirinya, tadinya Alena berfikir kalau Akbi memang benar benar mencintai nya dengan tulus, tapi ternyata selama ini dirinya terlalu naif, dia terlalu b*d*h dan terlalu mudah percaya dengan apa yang Akbi katakan dan lakukan selama ini.

Dan sekarang sudah cukup, Alena tidak mau terus menjadi orang b*d*h yang terus menerus bisa di tipu oleh Akbi.

Setelah mengemasi barang barangnya, Alena mengambil kertas dan pena, dia menulis pesan untuk Akbi sebelum pergi.

untuk Akbi

Aku sudah mengetahui semuanya Akbi

Dan tadi pun aku melihat sendiri kamu bertemu dengan Monika

Tadinya aku pikir kalau semua ini tidak mungkin terjadi

Tapi aku terlalu naif selama ini

Maaf jika aku tidak bisa menjadi istri yang baik untuk kamu

Maaf jika aku menjadi penghalang cinta kalian

Sekarang aku akan pergi

Aku akan kembali

Silahkan lanjutkan hubungan kalian berdua

Aku tidak akan menjadi penghalang lagi

Tolong untuk tidak menemui ku dulu untuk sementara waktu ini Akbi

Karena aku butuh waktu untuk sendiri

Dari Alena.

Setelah menulis surat untuk Akbi, Alena menarik kopernya dan keluar dari apartemen.

Tadinya dia memang ingin bicara langsung pada Akbi, tapi dia tau kalau hatinya masih lemah.

Hatinya masih rapuh, jadi Alena memutuskan untuk pulang ke rumahnya dari pada harus tinggal di apartemen.

Alena butuh ketenangan dan tidak ingin bertemu Akbi dulu untuk sementara waktu.

Kini Alena tiba di rumahnya, rumah peninggalan almarhum ayah dan ibu nya.

Alena mengetuk pintu rumah, di rumah itu masih ada seorang pembantu yang di pekerjakan untuk merawat rumah peninggalan orang tua Alena agar tetep bersih dan juga agar tidak kosong.

Tak berapa lama pintu terbuka, sang pembantu membuka pintu dan terkejut melihat nona mudanya yang datang.

"Loh non, bibi kira siapa kenapa non bawa koper ke sini non, ayo cepat masuk non di luar dingin" kata pembantu itu.

"Alena mau tinggal lagi di sini bik" jawab Alena dengan muka lesu.

"Lha ini kan memang rumah nya non Alena, jadi non bisa kapan saja tinggal di sini"

"Iya bik, Alena mau ke kamar dulu bik" pamit Alena.

"Iya non sini bibik bantu bawa kopernya"

Alena berjalan menuju kamarnya dengan tatapan mata kosong.

Meski pun bik Sri alias pembantu Alena penasaran dengan apa yang terjadi dengan nonanya, tapi bik Sri juga merasa tidak perlu ikut campur urusan pribadi majikannya.

Di dalam kamarnya Alena kembali mengingat ayahnya, dia ingat kata kata terakhir ayahnya sebelum dua pergi.

Diraihnya foto dirinya dan kedua orang tuanya yang ada di meja nakas lalu di peluknya foto itu.

"Ayah ibu Alena kangen sama kalian, Ayah maafin Alena ya karena Alena tidak bisa mempertahankan pernikahan Alena dengan Akbi sesuai keinginan terakhir ayah, tapi Alena juga yakin kalau ayah juga pasti nggak akan rela kalau ngeliat Alena terus terusan di bohongi sama suami Alena sendiri" ucap Alena di sela tangis nya.

karena terlalu lelah menangis akhirnya Alena tertidur sambil masih memeluk foto ayah, ibu dan juga dirinya.

**************

Disisi lain.......

Jam kini sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Akbi baru saja pulang dari perginya tadi bersama Monika.

Akbi memang sudah terbiasa pulang jam segitu, jadi dia merasa biasa saja dan juga selama ini Alena pun selalu menerima alasan dia yang selalu mengatakan sibuk di kantor.

Tapi saat Akbi masuk, dia merasa ada yang berbeda kali ini. Kenapa apartemen nya terasa sepi seperti tidak ada orang di sini. Padahal biasanya Alena jam segini masih terjaga dan menunggunya pulang. 'Apa Alena terlalu lelah jadi dia sudah tidur ya' pikir Akbi.

Akbi masuk ke kamar nya dan lagi lagi dia melihat kamar itu kosong, tidak ada Alena di atas ranjang.

"Lalu kemana Alena" Akbi jadi mulai panik dia mulai mencari Alena di ruangan lain.

Akbi sampai di dapur yang terhubung dengan meja makan, biasanya di sana sudah ada makan malam yang Alena masak untuknya tapi hari ini meja itu kosong tidak ada apa pun di atasnya.

Akbi mencari sambil memanggil manggil nama Alena di semua ruangan yang ada di apartemennya.

"Alena.... Alena...... Kamu di mana Alena, jangan buat aku khawatir Alena........ Alena" teriak Akbi terus memanggil Alena.

Akbi pun kembali ke kamar matanya menyapu seluruh isi kamarnya dan Alena.

Sampai matanya melihat sebuah kertas yang di taruh di bawah gelas di atas meja nakas sebelah tempat tidurnya.

Akbi berjalan mendekati kertas itu lalu mengambil kertas yang tadi di tulis oleh Alena.

Nafas Akbi naik turun saat membaca surat itu, tangan nya juga bergetar.

Dia memegangi kepalanya dengan tangan kanan masih memegang surat dari Alena itu.

"Alena...... Bagaimana bisa, Alena bagaimana dia tau, bagaimana ini, tidak tidak Alena tidak boleh pergi, aku tidak bisa kehilangan Alena" Akbi berucap dengan terbata sambil tubuhnya merosot ke lantai.

Hingga akhirnya Akbi tersadar dan langsung mengecek lemari tempat Alena menyimpan baju bajunya.

Akbi membuka lemari itu dengan kasar dan ternyata memang lemari itu telah kosong tapi tidak sepenuhnya masih ada beberapa baju Alena yang tersisa dan itu adalah baju yang pernah di belikan oleh Akbi dulu padanya.

Alena hanya pergi membawa barang barang miliknya yang dia beli sendiri, dia tidak mau membawa barang atau baju yang pernah Akbi belikan untuk nya.

Melihat lemari Alena yang kosong Akbi segera meraih kunci mobilnya dan segera keluar dari apartemen nya menyusu untukl Alena.

Walau pun di suratnya tadi Alena meminta Akbi agar tidak menemuinya dulu, tapi Akbi merasa harus segera menemui Alena dan menjelaskan secara rinci apa yang terjadi antara dirinya dan Monika selama ini.