Galaksi si cowok super galak yang menjadi dambaan para kaum hawa SMA Bhakty Jaya. Tampan, tubuh semampai, hobi menyakiti hati Orzie, dan satu lagi, otak encer gak main-main yang membuat namanya terkenal di mana-mana sebagai siswa paling pintar di kalangan guru-guru.
Saat ratusan hati bertekuk lutut di hadapannya, tidak bagi Orzie. Si cewek berpenampilan super sengak dengan title 'Rembes Style'!
Menjadi babu Galaksi udah biasa. Tapi uangnya habis diporotin cowok itu, yah, si roh jahat–sebutannya pada Galaksi.
Geng Legion yang membawa mereka dalam pusaran maut terpaksa merampas nyawa salah satu sahabat Gamaliel, kembaran Galaksi. Hingga dalam keterpurukan itu, Orzie datang membawa harapan. Perhatiannya membuat Gamaliel egois dan melakukan segala cara merebut Orzie dari jeratan Galaksi!
Galaksi started!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blackblue_re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Chapter 25 | Musuh bergerak!
"Lo kenapa sih sama Galaksi?"
"Astaganaga syalala! Gue lupa cucian belum dijemurin! Mana mendung mau ujan lagi, aduuh!" panik Gamaliel sewot.
Orzie memasang tampang kusut.
"Kenapa lo Ji?"
"Membaca kegoblokanmu."
Gamaliel menggerutu kesal di samping nya.
"Kampret, jauh amat sih tuh kantornya Kepsek?"
"Kalo dekat namanya mata air sudah dekat kaka," sambung Orzie.
"Galucu."
Bosan, Orzie menatap wajah Gamaliel lama mencari celah-celah kebangsatan. Profesi yang sangat mulia di matanya.
"Gam, lo ganteng. Kalo gak punya wajah."
"Suara lo merdu Ji, kalo lo diem."
"Apasih gak jelas!" rutuk Orzie sebal, saat-saat seperti ini memang menyebalkan. Dia malas cari topik pembicaraan, sedangkan Gama bodo amat. Gak lama cowok itu menunjuk ke depan.
"Tuh hah, dah nyampe. Lu ikut gue di dalem. Kesepian gue sendiri dibacotin The Boss."
"Giliran susah aja lo ngajak-ngajak gue, kalo seneng lu injek-injek gue."
Gamaliel menyengir riang.
"Lu mah muka aja susah, hidup pun susah, kok bisa ya orang kek lo deket sama cowok ganteng kek gue?"
Tanpa mendengar omongan Gamaliel Orzie segera memutar knop pintu. "Eeits!" tahan cowok itu.
"Apaan sih lo Gam?!"
"Kalo buka pintu Kepsek cukup setengah putaran."
"Ha?"
Mereka terdiam.
"Sekali putaran!" sekarang Gama malah meniru iklan pembersih pantat–wets, wajah.
"Setengah putaran!" Orzie menimbrungi.
"Bersihkan sel mati dan kotoran!" teriak mereka kompak, para siswi yang melihat tercengo aneh dibuatnya.
"Tar putar di wajah, bilas!"
"MULTIVITAMIN!"
"Anjeer!" erang cewek yang dari tadi melihat aksi ngiklan mereka. Norak.
Pintu kayu itu terbuka menampakkan Pak Umar di dalam yang tengah sibuk mengurus dokumen.
Dan yang lebih mengerikannya...
Elang duduk di hadapan pria tua itu dengan wajah yang membuat lutut Gamaliel kram seketika. Dibanding berurusan dengan Papanya, Gama lebih memilih dikeroyok musuh di jalan. Tatapan super tajam dan menekan batin itu sukses membuat atmosfer mengelam.
"Gama, silahkan duduk."
******
"Gak apa kali, Gam. Cuma diskorsing tiga hari. Selebihnya lepas lagi nih setan," ucap Orzie saat mereka keluar dari ruang Kepsek kembali ke tongkrongan.
Gama masih diam membisu.
"Diem bae lu."
"Em." gumam Gama datar, rambut diusapnya kasar sampai ke wajah kemudian terdengar helaan napas kesal dari mulutnya.
"Eh, lo belom jawab pertanyaan gue tadi Gam!"
"Apa?" Gama menjawab gak berminat, dibuangnya pandangan menyapu koridor kelas satu. Banyak siswi cekakak-cekikik di sampingnya, belum lagi para cowok yang nampak takut dan segan padanya.
Semakin berpikir ternyata membuat kepala cowok itu terasa berasap.
"Lo belum jawab kenapa lo sama Galaksi berantem tadi." Gamaliel menoleh malas, langkahnya memelan.
"Papa marahin gue abis-abisan semalem... kata-kata dia bahkan masih kerasa banget di kuping gue sampai sekarang," ujarnya pelan.
"Jadi hubungannya ama Galaksi apaan?"
"Dia yang ngasih tau itu ke Papa, dodol!"
"Eh, ngegas lu gue cuma nanya kali! Kan bisa aja Papa lo tau dari orang lain!" seru Orzie. Cowok itu berhenti tiba-tiba, "Gue bilang nih ya, Galaksi udah kek mata-mata tau gak! Lo tau kan kenapa Papa bisa tau pas gue kelahi sama Bang Fadhil di kelas satu dulu?"
"Karena Galaksi?"
"Yaiyalah! Waktu itu kan gak ada siapapun kecuali lo sama Galaksi!" lontarnya penuh dendam. Orzie mencoba berpikir keras.
"Au ah gelap. Otak gue gak sanggup mikir, ntar ngebul."
"Yah otak lo kan emang settingan mentok! Diapa-apain yah tetep aja qobloq!" mendengar ejekan Gama, Orzie ketawa ngenes dengan ekspresi 'kenyataan pak'.
Gamaliel menunduk lama mengingat tatapan dingin itu, mirip dengan mata Galaksi. Jantungnya masih gak karuan sampai saat ini, suara rendah penuh ancaman itu mendengung di kepalanya.
"Sekali lagi buat masalah, Papa pindahkan kamu ke SMA Taruna."
Ancaman yang paling mengerikan baginya, kalau benar dia dipindahkan berarti setiap hari Gamaliel akan di keroyok sampai mati di sana.
"Gue gak mau pindah ke Taruna..."
"Kalo gitu kurangin tawuran!" Cela Orzie cepat. "Berarti lo nyuruh gue ninggalin kawan-kawan gue gitu?"
"Kan gue bilang kurangin, bukan berhenti! Ah kang sayur!" maki Orzie berjalan lebih cepat, badannya panas dingin dari tadi melihat dengan nyata, bagaimana hanya dengan mata dapat membuat sinar di mata Gamaliel meredup.
"Kalo gitu..." ucap Gamaliel mencekal tangan Orzie yang berjalan cepat di hadapannya, cewek itu berhenti terpaksa. "Bantuin gue, Ji."
Orzie tercenung kemudian mengangguk pelan, namun fokus mereka teralih saat sebuah tangan putih melepas tangan Gamaliel dari Orzie.
Galaksi berdiri tenang dengan ekspresi tak bersahabat.
"Ikut gue."
Galaksi lantas menarik tangannya, melewati koridor kelas satu menuju kelas paling ujung dan sampai ke tujuannya, di bawah pohon rindang.
"Lo mau nyuruh gue metik daun apa gimana?"
"Serius," ujar Galaksi membuat Orzie yang tadi hendak memetik daun jadi berdiri tegap dengan sikap hormat.
"Ada apa gerangan wahai setan–eh manusia?"
"Kemaren lo pulang sama siapa?"
Orzie mengkerutkan dahinya terherman-herman seraya mencoba mengingat, hingga mulutnya membuka lebar.
"Aaa! Sama Gama! Kemarin sekalian mau jenguk Reza di Rumah Sakit!" ucapnya semangat. Galaksi melirik ke arahnya dengan tajam.
"Eh, eh! So-sorry! Gue lupa sama lo! Gue lupaa!! Maap, maap!!" panik Orzie baru ingat kemarin dia meninggalkan Galaksi pulang sendiri.
"Bukan itu, anak Taruna udah bergerak."
Wajah panik Orzie kini berubah mencekam, dilihatnya Galaksi kayak barusan ngelihat setan mandi.
"Ma-maksud lo?"
"Lo lupa pernah ngebacok cowok yang bernama Guntur itu?" tanya Galaksi balik. Ia gelagapan bukan main, rasa takut dan bersalah yang sempat hilang sekarang menghimpitnya.
"Kok lo tau namanya?"
"Semua anak Bhakty Jaya tau siapa dia. Lo gak pernah dengar, anak sekolahan kita ada yang mati dibunuh dia?"
Glup.
Orzie meneguk ludahnya susah payah, keringat dingin membanjiri pelipis sampai lehernya. Tangannya mengepal erat mencoba meredakan rasa takut yang kian merajalela.
"Bohong!"
"Kemaren pas lo pulang sama Gama, anak Osis ngabarin ke gue kalo antek-anteknya si Guntur lima orang nangkring di warung depan."
"Nungguin gue gitu?"
"Kemungkinan besar."
Darah di sekujur tubuhnya berdesir aneh, Orzie yakin ia jadi bulan-bulanan SMA Taruna saat ini.
"Gi-gimana ini..."
"Gal... Lo kan pinter nyelesain masalah. Kasih gue solusi, pliss!!"
"Bunuh diri atau pindah planet sana."
"Galaksi!!!"
Cowok itu menulikan telinganya, berjalan kembali ke kelas meninggalkan Orzie beserta aura-aura ngeri di belakangnya.
Dan dari kejauhan cewek itu teriak kencang.
"Supermaan! Tolongin gue, plisss!!"
<><>
ada yg tau ga sih authornya pindah kemana?
semangat terus Thor, sukses selalu di tunggu karya-karyanya 🥰🥰🥰🥰