Saat pernikahan sudah di ambang kehancuran, saat itu kita menyadari jika kita sudah gagal membinanya.
Ingin mempertahankan demi putri tercinta, tapi semua sia-sia saja.
Perceraian yang sangat menyakitkan, karena sebenarnya kita tidak ingin mengorbankan buah hati kita.
Dia, anak kecil yang tidak berdosa, yang akhirnya harus merasakan sakit hati karena perpisahan antara ayah dan ibunya.
Mampukah Shofia melewati semua ujian itu? di hianati oleh sang suami, yang sudah diam-diam mempunyai istri simpanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syarifatul hidayah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24. Wanita Menyusahkan
"Dasar wanita menyusahkan, aku pikir sudah profesional seperti kerjanya. Ternyata naik pesawat saja bisa pingsan." Guman Bapak Fakhri marah.
"Tuan Fakhri?"
"Iya, saya sendiri."
"Mobil anda sudah siap, kami akan mengurus asisten anda di sini,"
"Baiklah. kalau dia sudah sadar, cepat antarkan dia ke tempat saya."
"Baik Tuan,"
Bapak Fakhri keluar dari rumah sakit kasih ibu, dia segera menuju ke Hotel Mulia di Nusa dua, Hotel ternama yang akan di tempati acara pertemuan penting dengan kliennya dari Tokyo.
Di rumah sakit kasih ibu, seorang pria paruh baya, menunggu di depan UGD. Menunggu Shofia yang masih belum sadar dari pingsannya.
Di dalam ruang UGD, Shofia membuka matanya berlahan, dia merasa heran karena di sekelilingnya tertutup tirai warna hijau dan ada selang infus yang sedang mengelantung dan terpasang ke tangannya.
"Dimana saya," Tanya Shofia heran.
"Anda di rumah sakit Kasih Ibu Bali, anda sudah lebih satu jam tidak sadarkan diri."
"Sekarang dimana laki-laki yang bersama saya?"
"Bos anda sudah pergi. tapi ada seorang suruhan Bos anda menunggu di luar."
"Terimakasih suster."
Perawat itu pun tersenyum, setelah membuka infus dia mempersilahkan untuk pulang. Karena keadaan Shofia sebenarnya baik-baik saja. Hanya dia ketakutan saja.
"Pasti Aku akan di marahi," Guman Shofia merasa takut.
Setelah itu keluar menemui suruhan Bapak Fakhri yang menjaga Shofia di depan UGD.
"Dengan ibu Shofia?''
"iya, saya sendiri. dengan suruhan Bapak Fakhri ya?''
"Iya, Bu,"
"Tolong antar saya ketempat Bapak Fakhri ya,"
"Baik Ibu Shofia."
Mereka langsung pergi, tanpa banyak bicara, karena Shofia sendiri memang tidak suka banyak bicara. Kecuali ada hal penting. Apalagi tidak di kenal sama sekali.
Shofia melihat-lihat keluar jendela mobil, terlihat ramai pengunjung turis mancanegara, membuay suasana terlihat berbeda. Bali terkenal budaya yang masih kental, dan banyak tamu suka akan keindahannya.
Semua agama ada di Bali, dan semua terlihat rukun dan saling menghormati, menghargai antar agama. Tidak ada permusuhan atau ingin menjatuhkan, semua telah mengikuti Aturan pancasila, bersatu meski berbeda.
"Sudah sampai, anda langsung ke kamar anda, dan sudah di tunggu petugas hotel yang akan mengantarkan anda ke kamar."
"Terimakasih Pak."
"Sama-sama Ibu Shofia."
pintu sudah di buka, petugas hotel yang menunggu Shofia pun mengantarkan Shofia ke kamarnya. pakai adat bali yang memperlihatkan budaya bali, baju kebaya dan bunga di telinga terlihat cantik dan anggun.
"Silahkan Ibu Shofia, jika ada yang tidak ibu pahami bisa hubungi kami."
"Baik, terimakasih ya Mbak."
"Sama-sama Ibu, saya permisi."
Shofia mengangguk, setelah itu masuk ke kamar, Shofia sangat terkejut dengan keindahan kamar hotel itu, luas dan mewah. Tapi satu yang membuat Shofia heran, koper Shofia tidak ada fi kamar itu.
Shofia sudah mencari semua sudut kamar, dan lemari yang di sediakan. tapi koper Shofia tidak ada.
"Apa koperku di tinggal di pesawat? Oh tuhan, Bapak Fakhri yang super jahat." Batin Shofia.
Shofia mengambil Handphonenya lalu menghubungi Bapak Fakhri. setelah itu terhubung dengan sopan shofia berbicara.
"Bapak, Maaf koper saya dimana?" Tanya Shofia pelan.
"Wanita menyusahkan, kamu pikir aku suami kamu, yang harus jaga koper kamu, aku tidak tahu dan tidak mau tahu. usaha sendiri, sekarang cepat ke ruang Meeting. mintak antar petugas, 30 menit lagi akan di mulai."
"Tapi, Pak?" lagi dan lagi, Bapak Fakhri tidak menghiraukan Keluahan shofia. hingga akhirnya Shofia keluar menuju Resepsionis.
"Selamat siang, Maaf apa bisa tolong tunjukkan saya tempat penjual pakaian, karena koper saya tertinggal."
"Baik Ibu, sopir hotel akan mengantarkan anda segera."
"Terimakasih ya."
"Sama-sama Ibu,"
Shofia segera pergi menuju mobil yang sudah di siapkan. Tidak perlu menunggu lama jarak antara Hotel Mulia dan Butik baju sangat dekat. Setelah sampai Shofia segera memilih baju untuk di pakai meeting beberapa menit lagi.
Memilih dua baju resmi dan satu baju santai. setelah itu kembali ke Hotel, Shofia merasa sangat jengkel, karena semua yang di kerjakan harus cepat, seperti tidak ada jeda untuk bernafas dengan tenang dan santai.
Baju celana putih dan kemeja putih terlihat lebih cantik dan anggun. Setelah selesai berdandan Shofia segera pergi menuju ruang Meeting yang sudah di siapkan.
Saat sudah masuk ke ruang Meeting, Shofia sedikit merasa tegang. karena tamu Bapak Fakhri semua orang asing, bukan orang Indonesia.
"Selamat siang Bapak," Sapa Shofia pelan, dan langsung duduk di sebelah Bapak Fakhri.
"Siang," Jawab nya singkat, Tanpa menoleh kearah Shofia masih fokus dengan laptopnya.
"Dasar Bos panci, gak bisa salah dikit dah brisik." Batin Shofia sambil mengeluarkan laptopnya, yang beruntung tidak di tinggal di pesawat juga.
"Jangan mempermalukan saya, ingat klien kita bukan orang sembarangan ini lain dari pada yang lain." Ujar nya pelan tapi seperti mengancam untuk tidak main-main masih fokus tidak menoleh kearah Shofia, berbicara tanpa melihat seperti orang yang sudah kehilangan adap dan tatak ramah kehidupan.
Banyak orang kaya yang sombong memperlakukan bawahannya seenaknya. Ada gengsi saat harus duduk bersama seorang asisiten. Tapi Bapak Fakhri sebenarnya baik, hanya saja dia tidak mau di buat susah dan repot, apalagi urusan pekerjaan. Hidup Bapak Fakhri sudah di abdikan pada pekerjaan dan hidupnya hanya bekerja dan bekerja, tanpa mengenal lelah dan memikirkan kesehatan dirinya. Dia tidak pernah sakit bahkan dia tidak pernah kalah dalam urusa bisnis. Hanya saja dia menutup hati untuk menjalin sebuah hubungan dengan siapapun wanita yang mendekati. Banyak Rekan kerjanya yang mengincarnya untuk di jadikan pasangan. Tapi tidak satupun Bapak Fakhri terima. Bukan karena tidak cantik tapi menikah muda dan di sakiti membuat Bapak Fakhri tidak ada selera untuk menikah dan serius kepada perempuan.
Bagi Bapak Fakhri wanita itu menyusahkan, hanya bisa menghabiskan uang saja. Dan sering mendahului gaya dari pada keluarga. Itu yang ad di pikirkan Bapak Fakhri.
Hidup sebatang kara, tidak ada saudara atau keluarga dekat. karena orang tuanya juga anak tunggal. Bapak Fakhri hanya mempunyai satu orang kepercayaan dia adalah wanita tua yang mengasuh nya sejak kecil. Ibu Fatma, yang kini sudah sangat sepuh sekali. Bagi Bapak Fakhri dia adalah sosok pengganti ibunya. Siapa yang dengan sengaja atau tidak sengaja menyakiti maka akan berhadapan dengan Bapak Fakhri.
"Baik," Jawab Shofia singkat.
Setelah hampir di mulai, muncul dari pintu seseorang yang membuat Shofia terkejut sekaligus terperangah, matanya membulat sempurna, seakan bertemu sang pencabut nyawa saja. Shofia melihat tajam kerah pintu, seorang yang membuat Shofia terkejut dia adalah sosok yang paling Shofia benci.
Bapak Fahri seharusnya cukup Fahri dan kalo untuk memanggil cukup Pak Fahri atau Bapak?!
Jadi setiap kata atau kalimat seharusnya di sesuaikan lagi,jadi yang baca itu gak terlalu kaku.
Sebenarnya buat aku sendiri gak masalah tapi lama2 agak ke ganggu juga,ngerasa gak bebas bacanya karena setiap kalimat yang dibaca terkesan kaku.
🙏🙏🙏
Semangat Thor, semoga sehat selalu dan terus berkarya.
cinta piyeeeee????
psyco stockholm maskosis karnivora rendom, cacat mental berbalut kesempurnaan fisik materi kekuasaan sok bijak moralis atas nama cinta akut
sukses
semangat
mksh
mantap