Huang Se Se, Putri keluarga kaya yang lahir di tahun 2200. Gadis cantik yang memiliki ilmu bela diri dan pengobatan. Dia adalah seorang pemimpin pasukan khusus di sebuah organisasi militer.
Pada malam pernikahannya, dia diberi obat bius oleh suaminya. Dia meninggal dalam penyesalan dan membawa dendam yang sangat besar.
Gadis itu mengira kehidupannya telah berakhir, namun saat dia membuka matanya, dia mendapat kesempatan baru untuk hidup di dunia yang berbeda, status yang berbeda, tubuh yang berbeda tetapi dengan nama yang sama.
Huang Se Se dilahirkan kembali ke tubuh seorang putri Perdana Menteri di jaman ribuan tahun yang lalu. Putri yang dirumorkan sombong dan angkuh.
Dia mendapat perintah dari Kaisar untuk menikah dengan Raja Wei yang terkenal dengan sifat kejam dan sadis.
Hidupnya penuh dengan luka, banyak orang yang ingin mencelakai dan membunuhnya. Ibu tiri dan kedua adik tirinya selalu mencari cara untuk membuatnya menderita.
Bagaimanakah perjalanan hidupnya?
Yang penasaran ayo segera dibaca ✌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Win, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 24. Hukuman cambuk
Raja Wei berbisik pada seorang pelayan. Pelayan itu mengangguk dan berjalan pergi. Tidak lama kemudian, pelayan itu kembali dengan membawa banyak makanan mewah dan meletakkannya di meja Putri Huang.
"Putri Huang, makanan ini dipesan oleh Raja Wei untuk anda. Silahkan dinikmati." ucap pelayan.
"Apa dia pikir aku ini seekor babi?" batin Se Se sambil menatap Raja Wei.
Raja Wei tersenyum membalas tatapannya dan kemudian berkata, "Makanlah...! Makanan itu khusus untukmu."
Se Se mengerutkan keningnya dan sedetik kemudian wajahnya kembali datar. Dia mengambil sumpit dan berkata, " Terima kasih untuk makanannya Yang Mulia Raja Wei."
"Terserah apa tujuanmu, sayang sekali jika makanan enak ini tidak dinikmati." gumamnya sambil mulai memasukkan makanan kedalam mulut.
Raja Wei sedikit terkejut dengan sikapnya, tapi menurutnya itu tidak buruk karena orang yang penurut lebih disukai dari pada pembangkang.
Dua saudara tiri Se Se menatapnya penuh rasa cemburu. Mereka memperhatikan Raja Wei yang terus melihat gadis itu dengan wajah tersenyum.
"Apa yang dilihat Raja Wei dari gadis jalang itu." batin Lin Wan.
"Jalang penggoda yang mirip ibunya." batin Min Wan.
Acara dilanjutkan sampai malam. Tiba acara bebas dimana Pangeran dan para nona bangsawan diizinkan berkenalan dan mengobrol bersama tanpa memandang gelar.
Raja Wei duduk bersama Putra Mahkota disebuah gazebo yang terletak di tengah taman istana. Mereka hanya memperhatikan gadis yang lalu lalang dihadapannya.
"PIAKKKK..."
Terdengar suara dari arah gazebo di tengah kolam. Raja Wei dan Putra Mahkota saling menatap kemudian berdiri berjalan ke arah sumber suara.
"Kakak, Lin Wan bersalah, tolong maafkan Lin Wan. Hiksss hikss...." drama Lin Wan di depan semua orang.
Huang Lin Wan duduk di lantai sambil memegang wajahnya yang sedikit memerah akibat tamparan Se Se.
"Hapus air mata buayamu. Aku sudah muak melihatnya." ucap Se Se sinis.
Para gadis bangsawan dan Pangeran mengelilingi tempat itu, melihat ada tontotan gratis yang menarik.
"Kakak Pertama, aku tau aku hanya anak seorang Selir, tapi kita masih mempunyai hubungan saudara. Kenapa kakak selalu menindasku? hikss hikss..." drama Lin Wan meminta belas kasihan para penonton.
Se Se menatap nya dengan jijik, dia menahan aura pembunuhnya agar tidak meledak. Se Se merasa kesulitan untuk mengendalikan emosi yang sedari tadi dia sembunyikan.
"Apa yang terjadi disini?" tanya Ratu berjalan mendekat.
"Hormat kami pada Yang Mulia Ratu." Serentak semua orang memberi hormat.
"Yang Mulia... Putri Huang tiba-tiba menampar wajah Nona Huang Lin Wan. Itu sebabnya terjadi keributan ini." jelas Nona Gu memancing kemarahan Ratu.
Ratu menoleh ke arah Huang Se Se dan bertanya "Apa hal itu benar Putri Huang?"
"Benar Yang Mulia, saya menamparnya karena dia memang pantas mendapatkannya" jawab Se Se menatap tajam Huang Lin Wan.
"Lancang!!! Berani sekali kamu bersikap tidak sopan di depan Yang Mulia Ratu." ucap pelayan Ratu yang tidak senang mendengar jawaban dari gadis itu.
Awalnya mereka tidak tau bahwa gadis itu adalah Putri Huang. Setelah mendengar nama itu, muncul prasangka di hati Ratu dan pelayannya. Karena rumor yang beredar, mereka memiliki pandangan negatif terhadap Putri Huang.
Merasa bahwa rumor itu memang benar, Ratu memikirkan cara untuk memberi pelajaran kepada gadis itu.
"Putri Huang... ini adalah Istana dan di sini banyak peraturan yang harus diikuti. Sikap liarmu ini seharusnya tidak dibawa kemari." ucap Ratu.
Huang Lin Wan dan Huang Min Wan melirik satu sama lain dan tersenyum menang. Mereka senang Ratu ada dipihaknya.
"Kenapa anda menamparnya?" tanya Putra Mahkota mencoba mengerti keadaan.
Se Se diam tidak menjawab. Dia mengingat kembali apa yang baru saja dikatakan Lin Wan padanya.
"Kakak, kau mirip sekali dengan ibu kandungmu yang memiliki wajah penggoda itu! bahkan sifatmu sama sepertinya. Sebelum menikah dengan ayah, ibumu adalah seorang wanita jalang yang berhubungan dengan banyak pria."
Bagaimana mungkin Se Se bisa mengulangi kalimat itu di depan mereka yang sedang menunggu jawaban. Dia tidak rela jika ibu kandung pemilik tubuh ini dihina seperti itu. Apalagi jika kalimat itu harus keluar dari mulutnya walaupun hanya untuk menjelaskan masalah ini.
Dia mengepalkan jari-jari tangannya dan menjawab, "Saya... tidak bisa mengatakan alasannya Yang Mulia!"
"Jika Putri tidak bisa mengatakan alasannya, saya akan menyimpulkan bahwa Putri bertindak semena-mena. Apakah Putri Huang lebih bersedia menerima hukuman dari pada menjelaskannya?" tanya Ratu.
"Saya bersedia menerima hukuman." jawab Se Se dengan tegas.
"Kasim Ma, apa hukuman untuk orang yang bertindak tidak sopan di istana?" tanya Ratu pada seorang kasim yang ada di sana.
"Orang yang tidak sopan di istana akan dihukum cambuk 30 kali Yang Mulia..." jawab Kasim Ma.
"Bawa Putri Huang ke ruang hukuman!" perintah Ratu.
"Ibu Ratu..." Putra Mahkota berusaha menghentikan, namun sebelum dia berkata lebih lanjut, sebuah tangan menarik ujung lengan bajunya.
Dia melirik pemilik lengan itu. Se Se menggelengkan kepala nya memberi tanda untuk Putra Mahkota agar tidak melanjutkan ucapannya. Se Se tau bahwa semakin Putra Mahkota melindunginya, akan semakin bertambah pula kebencian Ratu padanya.
Dia dibawa ke sebuah ruangan gelap di bawah tanah tempat hukuman. Dua orang pria berpakaian pengawal kerajaan mengikatnya di sebuah kayu berbentuk salib.
"Putri Huang, kami hanya menjalankan perintah. Mohon Putri Huang tidak tersinggung." ucap seorang pengawal sebelum memulai mencambuknya.
"Aku sudah tahu." jawab Se Se pelan.
"SYUTTT SYUTTT SYUTTT..."
Pengawal mulai melayangkan cambuk dan mengarahkannya ke tubuh Se Se. Sang gadis hanya memejamkan matanya dan menerima cambukan itu. Keringat mulai membasahi kening dan wajahnya.
Setelah hitungan ke tiga puluh, pengawal itu membuka tali ikatan di lengan Se Se. Dia kemudian berjalan lemah keluar dengan pakaiannya yang bersimbah darah. Pakaiannya terlihat robek dibeberapa bagian.
Raja Wei berdiri didepan pintu menunggu seseorang. Dia melihat sang gadis yang ditunggu berjalan keluar dari ruangan gelap dengan sekujur tubuh yang berdarah dan pakaian yang tidak lagi layak dipakai.
Raja Wei melepas jubahnya sambil berjalan ke arah gadis itu. Dia memakaikan jubah itu kepada gadis di depannya. Se Se mengangkat kepalanya, dia menatap siapa orang yang sedang berusaha membantunya.
Dia mengedipkan mata beberapa kali untuk memperjelas penglihatan yang kabur karena tertutupi keringat dinginnya.
"Raja Wei..." gumam Se Se.
Dia terjatuh dan mendarat di pelukan Raja Wei. Raja Wei menggendongnya menuju ke kereta kuda. Dia menyuruh kusirnya untuk melaju dengan cepat ke kediaman nya.
Sementara Huang Lin Wan, Huang Min Wan dan Gu Ching Lien melihat dari jauh dengan wajah cemburu mereka.
^^^BERSAMBUNG...^^^