NovelToon NovelToon
Tubuhku, Takhta Sang Dewa

Tubuhku, Takhta Sang Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti / Romansa Fantasi / Fantasi
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cencenz

Satu tubuh, dua jiwa. Satu manusia biasa… dan satu roh dewa yang terkurung selama ribuan tahun.

Saat Yanzhi hanya menjalankan tugas dari tetua klannya untuk mencari tanaman langka, ia tak sengaja memicu takdir yang tak pernah ia bayangkan.
Sebuah segel kuno yang seharusnya tak pernah disentuh, terbuka di hadapannya. Dalam sekejap, roh seorang dewa yang telah tertidur selama berabad-abad memasuki tubuhnya. Hidupnya pun tak lagi sama.

Suara asing mulai bergema di pikirannya. Kekuatan yang bukan miliknya perlahan bangkit. Dan batas antara dirinya dan sang dewa mulai mengabur.

Di tengah konflik antar sekte, rahasia masa lalu, dan perasaan yang tumbuh antara manusia dan dewa… mampukah Yanzhi mempertahankan jiwanya sendiri?
Atau justru… ia akan menjadi bagian dari sang dewa selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cencenz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24: Ketika Dunia Mulai Bergerak

Angin pagi menggulung pelan di punggung pegunungan, membawa aroma lembap dari embun yang baru menguap. Di jalur berbatu yang mengarah ke lembah tempat Sekte Tianhan berdiri megah, dua sosok berjubah gelap itu melangkah cepat namun nyaris tanpa suara. Jubah mereka melambai ringan, tersentuh oleh sisa energi yang masih menggantung di udara, sisa ledakan roh yang sempat mengguncang langit sekte beberapa saat lalu.

"Kalau benar itu roh lama," ujar sosok yang lebih tinggi, suaranya berat namun tenang, "maka tidak lama lagi sekte lain juga akan mencium baunya."

Sosok satunya tidak langsung menjawab. Matanya yang tersembunyi di balik tudung menatap lurus ke kejauhan, ke arah atap giok besar milik aula Tianhan yang sebagian sudah menghitam oleh sambaran petir. Ia menarik napas perlahan.

"Akan ada yang terganggu. Dunia tak akan diam jika roh seperti itu bangkit lagi."

Mereka melangkah lebih cepat. Bukan hanya karena penasaran. Tapi karena waktu tidak akan menunggu mereka.

......................

Di halaman pusat Tianhan, kekacauan belum sepenuhnya reda.

Langit telah kembali cerah, tapi tanah masih hangus, retakan menghitam memanjang dari altar utama hingga ke pilar batu. Para murid yang sebelumnya berdesakan di balik barisan penghalang pelindung kini berdiri kaku, wajah mereka campuran antara kagum, takut, dan tak percaya. Beberapa masih gemetar, belum pulih dari tekanan kekuatan yang barusan hampir saja meluluhlantakkan seluruh sekte.

Tetua Fan mengerang pelan sambil menahan perih di bahunya, serangan kilat tak terkendali dari roh tadi sempat menyambar ke arah mereka, melukai tidak hanya para tetua, tapi juga para pelindung formasi.

"Itu... bukan teknik kultivator biasa..." gumamnya, suaranya serak.

Di sisinya, tetua Lu menatap ke arah altar yang sekarang hancur sebagian. Batu gioknya retak, lambang suci sekte mereka tercabik oleh kekuatan liar yang sulit dijelaskan.

"Kekuatan macam apa yang bersemayam di tubuh anak itu?" bisiknya. "Bukan kekuatan jahat biasa... tapi bukan juga sesuatu yang bisa kita jinakkan."

Di tengah altar, Yanzhi masih terduduk. Tubuhnya lemas, jubahnya robek dan terbakar di beberapa bagian. Wajahnya dipenuhi luka, tapi matanya terbuka dan kali ini bukan dengan tatapan kosong.

Di belakang para tetua, Lu Ming datang dengan langkah cepat. "Biarkan aku melihatnya," katanya tanpa basa-basi. Han Ye menyusul di belakangnya, wajahnya serius dan penuh kecurigaan.

Salah satu tetua sempat mengangkat tangan, tapi melihat sorot mata Lu Ming, ia menurunkannya kembali. Dalam sekte Tianhan, kalau ada satu orang yang tak bisa mereka abaikan, itu adalah Lu Ming, Guru dari anak yang barusan hampir menghancurkan mereka.

Lu Ming berjongkok di sisi Yanzhi. Ia menatap muridnya itu dalam diam sejenak.

"Kau sadar?"

Yanzhi menarik napas pelan. Suaranya serak dan berat. "Aku... masih di sini."

"Kekuatannya tadi—" Han Ye memotong, tapi Lu Ming mengangkat tangan menghentikannya.

"Aku tahu," sahut Lu Ming pelan. "Dan dia menahannya."

Para tetua saling berpandangan.

"Menahan?" Tetua Fan menyipitkan mata.

"Kau tahu betapa besar kekuatan yang tadi muncul? Itu hampir menghancurkan kita semua!"

Lu Ming menatap balik. "Justru karena dia menahannya, kita masih berdiri di sini."

Han Ye melangkah ke altar. Tatapannya meneliti retakan tanah dan sisa asap yang masih menggantung. "Petir langit ketiga belum turun, bukan?" tanyanya tiba-tiba.

Salah satu pelindung formasi mengangguk. "Tidak. Saat kekuatan itu bangkit... langit berhenti."

Diam sejenak menyelimuti seluruh halaman. Lalu seseorang dari barisan murid berseru, "Kalau bukan karena dia... kita sudah habis!"

Bisik-bisik itu tumbuh menjadi gumaman ramai, hingga salah satu tetua membentak agar mereka diam.

Namun semuanya sudah mendengar. Bahwa di balik kebangkitan kekuatan itu, ada perjuangan sepi seorang gadis muda yang memilih menahan daripada melepaskan.

Di ruang dalam, Yanzhi akhirnya dibawa ke paviliun pengobatan, tapi bukan dalam borgol atau rantai seperti yang dikhawatirkan. Ia berjalan perlahan, masih lemah, tapi tidak ditahan. Para tetua belum sepenuhnya sepakat, tapi tak ada yang berani bertindak gegabah.

Lu Ming berjalan di sampingnya. Han Ye mengikuti di belakang, mata tajamnya mengawasi setiap gerak Yanzhi. Tapi tak ada satu pun dari mereka yang bisa memungkiri bahwa sesuatu telah berubah.

......................

Di tempat lain lagi, di tengah danau hitam di wilayah Utara, seekor burung raksasa mengangkat kepala. Matanya menyala sebentar, sebelum ia mengepakkan sayap dan terbang ke langit, meninggalkan pusaran angin di baliknya.

Dunia telah mendengar. Dan masing-masing kini mulai bergerak.

Sementara Yanzhi, terbaring lemah di dalam paviliun, akhirnya menutup matanya. Tapi sebelum gelap menelannya, sebuah suara terdengar dari dalam pikirannya, bukan menggema, tapi berbicara pelan.

"Kau menahan ku... sampai tubuhmu nyaris hancur."

"Kenapa?"

Diam sejenak. Yanzhi tidak menjawab.

Tapi suara itu tidak pergi. Kali ini, nadanya berubah, tidak lagi sekasar sebelumnya.

"…Baiklah. Aku akan menunggu. Tapi ingat ini, bocah. Kau kuat karena aku ada dalam dirimu. Kau kuat karena kau memilih menahan sesuatu yang tak bisa dikendalikan."

"Jangan buat aku menyesal telah diam."

Kemudian hening.

Langit masih kelabu ketika Yanzhi perlahan membuka mata, lalu menutupnya kembali. Dunia di sekelilingnya terasa jauh, seperti melihat permukaan air dari dasar kolam yang dalam. Suara-suara samar datang dan pergi, kadang seperti bisikan, kadang seperti gema dari tempat yang tak nyata. Tubuhnya tak bisa digerakkan, tapi pikirannya melayang entah ke mana.

Di antara kesadaran dan tidur, dia bermimpi. Tapi bukan mimpi yang kacau seperti biasa. Ada ketenangan aneh di dalamnya, seperti masuk ke ruang kosong yang tetap terasa… hidup.

Di situ, dia tidak sendiri.

Seseorang atau sesuatu berdiri di hadapannya. Sosok itu samar, seakan disusun dari kabut dan cahaya. Tak ada wajah, tapi ada suara… yang seolah bukan berasal dari luar, melainkan langsung muncul di dalam pikirannya.

"Kau tidak siap waktu itu."

"Siapa kau?"

"Bukan siapa, tapi apa yang tersisa. Kau sudah tahu aku tinggal di dalammu sejak lama. Kau hanya tak mau mengakuinya."

Yanzhi ingin bicara, tapi lidahnya kelu. Suara itu terus berbicara.

"Kau pikir ini hanya tentang balas dendam atau kehormatan. Tapi ada sesuatu yang lebih tua dari semua itu… dan kau sudah disentuh olehnya."

"Apa maksudmu?"

Sosok itu tidak menjawab. Tapi tiba-tiba, dunia di sekeliling mereka berubah. Mereka berdiri di atas dataran batu yang retak, di langit menggantung semburat merah tua seperti darah. Angin membawa suara jeritan jauh di kejauhan. Di depan mereka, reruntuhan sebuah kuil besar menjulang, dindingnya penuh ukiran yang belum pernah dilihat Yanzhi sebelumnya.

"Dunia ini sudah melihat kehancuran sekali. Dan akan melihatnya lagi."

"Apa hubungannya denganku?"

"Kau membawa kunci yang bahkan para tetua pun lupa pernah ada. Tapi ada yang mengingatnya. Dan mereka mencarimu."

...****************...

1
dewi roisah
lanjut lagi seru serunya..
Zhenzhen: Siap! Makasih banyak, senang banget kamu menikmati ceritanya /Heart//Heart/
total 1 replies
Nanik S
Lembah Angin
Nanik S
Kepala baru memang sangat bodoh
Nanik S
Pasti Yanzhi adalah sasaran Lu Ming
Nanik S
mereka seperti teman tapi yang sat keras kepala yg satu Usil 🤣🤣🤣
Nanik S
💪💪💪👍👍👍
Nanik S
Lanjutkan Tor
Zhenzhen: Lanjut terus dong! Makasih sudah ngikutin ceritanya/Joyful//Determined/
total 1 replies
Nanik S
Benar sekali untuk apa ramah pada merdeka yang merendahkan kita
Nanik S
Keras kepala bener Yanzhi
Zhenzhen: Hehe iya, Yanzhi memang keras kepala banget, tapi itu yang bakal bikin perkembangan karakternya menarik/Scream/
total 1 replies
Nanik S
Yanzhi... lemah tapi keras kepala
Zhenzhen: Betul sekali! Dia masih lemah di awal, tapi tekadnya yang keras bakal jadi pondasi pertumbuhannya nanti./Determined/
total 1 replies
Nanik S
Cerita awal yang menarik
Zhenzhen: Senang banget kalau awal ceritanya terasa menarik! Semoga bab-bab selanjutnya juga bikin penasaran ya. Terima kasih sudah membaca/Pray/
total 1 replies
Nanik S
Hadir
Zhenzhen: Terima kasih sudah hadir dan mulai baca dari Bab 1! Semoga ceritanya bisa menemani harimu. /Determined//Determined/
total 1 replies
k
Ternyata seru banget!/Angry/ceritanya ringan tapi tetap bikin penasaran. Cocok buat kalian yang suka fantasi tapi tetep mudah diikuti. Rekomen banget!/Kiss//Kiss/
Zhenzhen: Terima kasih banyak untuk ulasannya!/Heart/
Senang banget tahu kalian enjoy sama ceritanya.
Aku bakal terus usaha biar makin seru ke depannya /Determined//Determined/
total 1 replies
Aji Pangestu
waw sangat bagus
Zhenzhen: Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca dan meninggalkan ulasan seindah ini /Kiss/
Aku benar-benar senang ceritanya bisa sampai ke hati pembaca /Heart//Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!