NovelToon NovelToon
SECRET LENGKARA DIKARA

SECRET LENGKARA DIKARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Obsesi / Teen / Nikahmuda / One Night Stand / Romantis
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mian Darika

"inget, ini rahasia kita!. ngga ada yang boleh tau, sampai ini benar benar berakhir." ucap dikara dengan nafas menderu.

"kenapa? lo takut, atau karna ngerasa ngga akan seru lagi kalau ini sampai bocor. hm?." seringai licik terbit dari bibir lembab lengkara, pemuda 17 tahun yang kini sedang merengkuh pinggang gadis yang menjadi rivalnya selama 3 tahun.

Dan saat ini mereka sedang menjalin hubungan rahasia yang mereka sembunyikan dari siapapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENGINAP

Meski pun awalnya sudah menolak dengan keras, akhirnya dikara pun mengizin kan untuk lengkara menginap di apartemennya.

Awalnya dia ragu itu sudah tentu, mengingat hubungan mereka yang tidak pernah mau akur. Hanya saja melihat kondisi pemuda itu, akhirnya dikara pun luluh sebab di lain sisi dia juga tidak tega melihat amara merasa sedih melihat keadaan putra nya yang bisa di bilang terluka cukup parah ini.

Dan sebenarnya juga kejadian lengkara yang pulang dalam keadaan beberapa luka lebam, adalah hal yang sudah biasa saat pulang dari tawuran, namun sekarang tampaknya lebih parah dari pada itu.

Sudut bibir yang sedikit robek, luka gores di tulang pipi yang dârahnya sudah mengering, pelipis yang lebam, serta punggung yang sejak tadi tidak bisa tersentuh sedikit saja.

Tring....

Bunyi lift yang tiba di lantai tujuan pun sudah berbunyi, dan sekarang supir dikara sudah melangkah untuk memapah tubuh lengkara ke arah unit apartemen milik majikannya itu.

Setelah menekan beberapa digit angka, pintu apartemen itu pun terbuka. Dan dikara langsung menunjuk kan sofa panjang untuk lengkara bisa duduk di atas sana.

"Terima kasih ya pak, nanti kalau misalnya bi enduy nanyain bilang aja aku udah di apart."

Supir itu mengangguk, lalu mulai berbalik hendak pergi dari sana. Namun langkahnya tertahan saat dikara kembali memanggilnya.

"Iya non, apa ada yang bisa saya bantu lagi?."

"Mm...gini pak, tolong ya jangan kasih tau sama siapa siapa kalau lengkara ada di sini." Dikara menatap berharap, tidak ingin siapa pun tau jika tetangganya ini sedang berada di apartemennya.

'Siap non, kalau begitu saya pamit." Dikara pun mengangguk, lalu menutup pintu dan kembali ke arah di mana lengkara berada.

"Lo tunggu sini, jangan gerak dulu." Tahannya saat lengkara hendak merebah kan tubuh lemasnya.

Tak lama dari itu, dikara pun kembali dengan pakaian rumahannya. Dia juga sudah membawa baskom berisi air dan handuk kecil, serta kotak P3K yang untungnya selalu ia sedia kan di di mana pun.

"Ck, sini biar gue yang bersihin." Ucapnya mengambil alih handuk yang di jadikan kompres untuk lebam di wajah lengkara, dan sang empu hanya menghela nafas tak ada tenaga untuk mendebat.

Jarak keduanya sangat dekat, lengkara yang bersandar di sofa dengan kedua kaki yang terbuka. Sedang kan di kara duduk di kursi yang ada di antara kedua kaki pemuda itu, keduanya terdiam beberapa saat sembari dikara membersih kan luka serta mengobati wajah lengkara.

"Sorry, tapi kayaknya lo harus buka baju deh biar gue bisa obatin luka yang ada di punggung lo itu. Soalnya tadi gue liat ada robekan cukup panjang di bagian sana, tapi kalau lo ngga mau juga, ya ngga apa apa sih!." Dikara membuang muka setelah mengata kan itu, sebab cukup gengsi mengakui kalau dia juga khawatir dengan keadaan tetangganya itu.

Lengkara? Pemuda itu pasrah dan tidak menolak serta kedua mata yang sedikit tertutup menahan lelah, lengkara pun berusaha membuka kancing seragamnya agar dikara mengobati luka di sana.

Maklum saja, setelah makan siang tadi ia langsung pergi begitu di telfon oleh salah satu temannya dan tak sempat lagi untuk berganti pakaian apa lagi mandi, sebab setelah pulang dari sekolah tadi ia memang sengaja belum berganti pakaian mumpung sang mama sedang tidak di rumah.

Lambat, lengkara seperti melakukan adegan slow motion saja saat membuka seragamnya.

"Ish lambat banget sih, sini biar gue aja." Karna greget lagi lagi dikara mengambil alih, membuka kancing seragam GARDAPATI itu satu persatu hingga kini pemuda tersebut sudah dalam keadaan shirtless.

"Ck, ada yang bawa pi sau? Ini kayak goresan pis sau deh kar. Kalian gila banget ya, bawa senjata ta jam buat saling serang." Nafas dikara memburu, melihat luka yang jelas jelas bukan berasal dari benda tumpul, tapi untungnya luka tersebut tidak dalam, sehingga tak membuat da rah segar membanjiri seragam lengkara.

Setelah mengobati luka tersebut, dikara pun membantu lengkara untuk berbaring di atas sofa dengan posisi yang menyamping.

"Lo laper kan? Tunggu di sini biar gue buatin sesuatu dulu."

Lagi lagi dikara pergi, gadis itu ke arah dapur minimalisnya lalu membuka kulkas untuk memasak sesuatu sebab dirinya juga sudah merasa lapar.

Langit sudah gelap di luar sana, dan di pertengahan acara memasaknya bunyi dering ponsel pun terdengar.

"Ya tante, ada apa?." Ucapnya saat di sana tertera nama amara.

"Ngga apa apa kok cuma mau nanya, kamu beneran udah pindah ya?."

"Iya tante, mulai hari ini aku udah pindah ke apart. Oh iya tan, kok suaranya kayak beda gitu sih."

Hening...

"Gini kar, tante sekarang lagi ngerasa cemas karna lengkara belum juga pulang. Padahal kan seharusnya dia udah pulang bareng ayang siang tadi, tapi sampai sekarang anak itu belum datang juga, hp nya juga ngga aktif. Tante khawatir, karna biasanya kalau memang mau nginep di rumah temannya dia pasti ngabarin tante."

Dikara menghela nafas, lalu mematikan kompor dan kembali ke arah sofa.

"Gini aja tan, tante ngga usah khawatir ya biar aku coba tanyain dulu sama teman temannya."

"Iya sayang, terima kasih ya!. Nanti kabarin tante ya kalau udah dapat info, tante tunggu!."

"Hm."

Setelah sambungan telfon terputus, dikara sedikit mengintip. Dan ternyata pemuda tampan tersebut sedang tertidur, dan dikara pun mengurung kan niat untuk membangunkannya.

Setelah masakan seadanya itu jadi, dikara pun menyantap makan malamnya dalam diam dan seorang diri. Dan setelah melihat lengkara bangun, baru lah ia mulai mengambil porsi untuk pemuda itu sebab ia tau jika sekarang ini lengkara juga sudah pasti merasa lapar.

Lengkara menyandar kan tubuhnya memandangi makanan yang di sodor kan oleh gadis itu.

"Kenapa cuma di liatin doang? Mau gue suapin." Lengkara tak menjawab, namun mengambil alih piring tersebut lalu mulai menyantap makanan tersebut dengan perlahan.

"Gue tinggal bentar ya, gue mau nyiapin lo kamar satunya dulu. Kan gini gini juga, gue ngga mungkin biarin orang sakit tidur di luar, anggap aja balas budi waktu lo bantuin gue kemarin." Setelah mengatakan itu dikara pergi, ke arah ruangan yang berada tepat di sebelah kamarnya.

Ruangan yang sebenarnya akan di jadikan perpustakaan, namun sepertinya hal itu harus di tunda.

Malam sudah semakin larut, dan kini lengkara sudah berada di kamar yang di siap kan oleh dikara tadi.

Nyaman, walau pun hanya beralas kasur busa yang entah sejak kapan dikara beli.

Cklak...

Tiba tiba saja, lampu di sana padam.

Tok tok tok...

Ceklekk..

"Kar, gue numpang ya!." Itu dikara yang sudah datang tiba tiba sembari membawa senter kecil, tanpa membiar kan lengkara memberi kan jawaban iya atau tidak.

Posisi gadis itu kini sudah ada di sampingnya, masuk ke dalam selimut yang sama.  Dengan gaun tidur tipis, serta rambut yang berantakan, dan untungnya lengkara tak begitu jelas melihatnya.

"Sial, padahal ini hari pertama, tapi udah di sambut aja sama mati lampu." Gerutunya yang tidak menyukai kegelapan, lebih tepatnya takut berada di tempat gelap dengan keadaan sendirian.

"Geser kar." Gumam lengkara yang sudah merasa sesak karna gadis itu semakin merapat di punggungnya.

"Iya iya, tapi jangan jauh jauh."

Dikara ini, apa tidak sadar lengkara sedang kesakitan.

Suasana pun hening, hanya deru nafas masing masing yang mereka dengar.

"Lo udah ngabarin tante amara kan kalau mau nginep?."

"Udah, dan mama ngizinin asal kita ngga sekamar aja."

What?..

"Tunggu tunggu, maksud lo?." Mata dikara sudah melotot, berpikir mungkin tadi salah dengar.

"Iya, gue udah ngasih tau ke mama kalau gue nginep di sini. Gue jug ngasih tau kalau tadi sore habis di gebukin sama anak sekolah lain, jadi besok kalau pulang ngga bakalan di marahin."

"Kambing...lo gila ha? Tadi gue udah berusaha buat sembunyiin keadaan lo yang habis tawuran, ini lo malah ngasih tau tante amara kalau lo nginep di apart gue. Sinting emang, nanti nyokap lo bakalan mikir yang ngga ngga sama gue karna udah bohong."

Rasanya dikara ingin menangis saja saat ini juga, bagaimana bisa pemuda yang ia tolong malah berbuat hal di luar perkiraannya.

Dan amara? Apa yang saat ini wanita itu pikir kan tentangnya, berbohong dan menyembuyi kan lengkara di apartemennya?.

Oh shit..

Lengkara menghela nafas, lalu menoleh sepenuhnya ke arah dikara yang emosinya masih menggebu karna kesal. "Kar, lo tau sendiri kan kalau gue ngga berani bohong sama nyokap. Dan kalau pun emang bohong, itu harus benar benar urgent dan gue bakalan kepikiran terus nantinya. Terus juga kalau gue milih bohong lagi, gimana besok gue pulang ke rumah?. Nyokap bakalan lihat juga kan luka luka ini, yang udah pasti ngga bisa gue tutupin."

Dikara masih diam, tak merespon alasan lengkara.

"Gue minta maaf udah ngerepotin lo, dan gue juga berterima kasih karna lo mau nolongin gue. Tapi untuk kali ini, ngga apa apa mama tau kalau gue emang habis tawuran lagi, dan itu ada alasanya."

"Apa?." Potong dikara cepat. "Apa alasannya apa, karna team basket kalian menang di lomba kemarin?. Atau karna salah satu anggota team lo ada yang pacarnya di gebet lagi sama temannya edgar, atau kalah balapan, atau apa?." Dikara bertanya dengan suara keras, sudah muak melihat lengkara yang bonyok sehabis tawuran. Dan anehnya, ia selalu terlibat setelahnya meski pun sebelum itu sudah berusaha untuk menghindar.

"Bukan itu."

"Ya terus apa?."

"Edgar, edgar godain ayang." Jawabnya, membuat dikara langsung terdiam.

Dikara terkekeh, mendengar alasan tersebut.

"Edgar godain ayang pas di depan gerbang waktu gue ambil tas yang ketinggalan di kelas, Dia datang bareng teman temannya. Dan kata ayang, edgar pegang tangannya, dan ngelus rambutnya juga."

"Lo marah?." Tanya dikara.

"Iya, marah banget malah. Karna selama ini ayang ngga bisa di sentuh sembarangan kayak gitu, salaman sama lawan jenis pun masih milih karna takut." jawab lengkara dengan mantap, sebab walau pun ayang lulusan pesantren. Gadis itu juga belum bisa di kata kan gadis yang sholehah, sebab masih harus banyak belajar.

"Kalau sendainya ayang itu bukan sepupu lo, tapi orang asing yang ngga sengaja lo kenal, apa respon lo juga bakalan kayak gitu?. Terlepas dari dia lulusan pesantren, atau pun cewek yang ngga bener sekali pun."

Lengkara terdiam, dan setelahnya mengiya kan.

Dikara pun tersenyum miris, sudah mendapat kan apa yang ingin ia tau. Kenyataan jika dirinya tidak termasuk dari perumpamaan yang barusan, sebab lengkara bahkan tak memperdulikannya dan terkesan cuek saat di goda oleh para anggota basket pemuda itu. Bukan godaan fisik yang di beri kan, melain kan catcalling, yang membuat dikara menangis di kamar mandi dengan sembunyi sembunyi.

Namun, dikara tidak tau saja. Jika setelah teman teman lengkara melakukan hal itu, mereka juga mendapat kan pukulan keras yang di lakukan oleh lengkara sendiri. Dan itu bukan sekali, sebab teman temannya yang memang lupa atau terbawa suasana sebab dikara yang juga bermulut tajam, dan sering membuat kesal.

"Anj!ng. Lo pada ngapain lece hin dia kayak gitu ha?. Mentang mentang gue sama dia ngga pernah akur, atau karna dia yang suka bikin kalian kesal?. Ingat baik baik, kalau sampai gue dengar kalian kayak gitu lagi. Jangan salahin gue kalau satu persatu dari kalian gue keluarin dari team ini, karna di luar sana masih banyak yang mau gabung."

.

.

.

.

Maaf ya kalau ada yang typo, atau kata kata yang ngga nyambung.

Soalnya ngga sempat ngedit, langsung ku up. Dan ya, alurnya agak lambat.

1
Prima Contesa
ayo kak dibanyakin lagi donk episodenya
kalea rizuky
loooo
kalea rizuky
kengkara ne suka cm gengsi aja
MyRirin
kak jumlah kata perbab berapa? kalau lbih dari seribu itu kebanyakan, rata-rata enaknya sampe 500-800 kata. tapi semua author bebas, jadi semangat terus berkarya
mian_darika: oh gitu ya, makasih ya infonya.
total 1 replies
danis suga
semangat kaka!! ceritanya baguss,.
danis suga: siappp👌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!