NovelToon NovelToon
Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Dikelilingi wanita cantik / Misteri / Berbaikan / Fantasi Wanita / Playboy
Popularitas:243
Nilai: 5
Nama Author: Zaenal 1992

Bram, playboy kelas kakap dari Bekasi, hidupnya hanya tentang pesta dan menaklukkan wanita. Sampai suatu malam, mimpi aneh mengubah segalanya. Ia terbangun dalam tubuh seorang wanita! Sialnya, ia harus belajar semua hal tentang menjadi wanita, sambil mencari cara untuk kembali ke wujud semula. Kekacauan, kebingungan, dan pelajaran berharga menanti Bram dalam petualangan paling gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenal 1992, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mata Siska dan Api Cemburu Clara

​Setelah mangkuk bubur itu tandas, dan Rian memastikannya meminum obat penghilang rasa sakit, Bram yang terjebak dalam tubuh Wanita, merasakan matanya memberat. Kehangatan bubur dan rasa lelah yang menumpuk akhirnya berhasil mengalahkan kegigihannya. Ia tertidur, dengan perasaan campur aduk antara frustrasi dan rasa aman yang aneh di rumah Rian.

​Keesokan harinya, dan hari-hari berikutnya, situasinya tidak banyak berubah. Rian adalah perawat yang telaten dan keras kepala.

​"Mulai hari ini sampai kamu benar-benar sembuh, kamu nggak boleh ke kantor," putus Rian di pagi hari kedua, saat Sinta mencoba bangun dari tempat tidur. "Nggak ada bantahan. Ini perintah atasan. Gaji dan tunjanganmu tetap jalan penuh."

​"Tapi Rian, aku nggak bisa—"

​"Sinta," potong Rian dengan nada tegas namun lembut. Ia menyentuh kening Sinta yang masih terasa hangat. "Aku nggak mau ambil risiko. Kamu kena musibah di daerah kontrakan yang aku sendiri nggak setuju. Setidaknya biarkan aku bertanggung jawab untuk memastikan kamu pulih total. Anggap saja ini cuti wajib dari aku."

​Bram mendengus dalam hati. 'Cuti wajib apaan! Ini mah namanya dipenjara dengan fasilitas mewah!' Ia tahu, ia tidak punya pilihan. Tubuh Sinta terlalu lemah untuk melawan, bahkan untuk sekadar mendebat.

​Maka, Sinta terpaksa tinggal di kamar tamu Rian. Selama beberapa hari, hidupnya hanya berkutat pada tidur, makan, minum obat, dan sesekali mencoba menghubungi teman-temannya—usaha yang sia-sia karena ponselnya hilang. Rian mengurus semua kebutuhannya, mulai dari menyiapkan makanan hingga membelikannya pakaian ganti. Kehadiran Rian yang begitu dominan dan penuh perhatian justru membuat kecemasan Bram semakin besar. 'Gue harus segera pergi! Perasaan Rian makin hari makin bahaya!'

Pada hari kelima 'penginapan' Sinta di rumah Rian, sebuah insiden kecil namun berdampak besar terjadi.

​Pagi itu, Rian izin sebentar ke kantor untuk rapat penting. Ia sudah memesankan taksi online untuk mengantar Sinta ke klinik dekat rumah untuk kontrol ringan. Sinta, yang sudah merasa jauh lebih baik dan tak sabar ingin keluar dari rumah, segera bersiap.

​Saat taksi yang dipesan Rian tiba, Sinta melangkah keluar dari gerbang rumah Rian yang megah. Tepat di saat itu, sebuah mobil sedan hitam melintas perlahan.

​Di kursi mobil itu, duduklah Siska, teman dekat Clara, yang sedang dalam perjalanan menuju butik. Siska mengerutkan kening. Rumah itu, ia tahu, adalah rumah Rian, bosnya. Dan wanita yang baru saja keluar dari sana, wajahnya tidak asing.

​"Itu... bukannya Sinta?" gumam Siska pada dirinya sendiri. Sinta, si karyawan baru yang selalu menjadi duri di mata Clara. Siska tahu Clara sangat terobsesi dengan Rian, dan ia juga tahu Clara membenci Sinta, karena Sinta selalu mendapat perhatian dari Rian.

Siska menarik ponselnya dan mengambil beberapa foto buram Sinta yang sedang masuk ke dalam taksi dari gerbang rumah Rian. Setelah memastikan foto-foto itu cukup jelas, Siska segera menelepon Clara.

​"Clara, gue barusan lihat sesuatu yang bikin gue kaget banget!" Siska berseru tanpa basa-basi.

​Terdengar suara Clara yang santai dari seberang telepon. "Ada apa, Sis? Palingan juga diskon gede-gedean di Mall."

"Ini jauh lebih penting daripada diskon, Clar. Ini soal Rian dan si Sinta!"

​Clara terdiam sejenak. "Sinta? Kenapa dia?"

​"Gue baru lihat Sinta keluar dari rumah Rian, Clar! Mereka tinggal bareng! Gue lihat sendiri dia keluar dari gerbang rumahnya Rian, pakai pakaian yang kayaknya bukan baju dia. Pagi-pagi begini!" Siska melebih-lebihkan sedikit untuk memanaskan suasana.

​Suara Clara langsung berubah dingin, seperti es. "...Apa?!"

​"Gue nggak bohong! Gue kirim fotonya ke lo sekarang!"

Siska segera mengirimkan foto-foto itu. Di ujung telepon, Clara melihat foto buram Sinta berdiri di depan gerbang yang sangat ia kenali—gerbang rumah Rian. Foto itu seperti menuangkan minyak ke dalam api cemburu yang selama ini sudah membara.

​"Dasar jalang!" desis Clara, tangannya meremas ponsel. Semua kecurigaannya selama ini terbukti. Sinta bukan hanya mencoba merebut perhatian Rian di kantor, tapi sekarang sudah berani melangkah lebih jauh. Menginap di rumahnya!

​Clara mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih. Mata indahnya berkilat tajam. Ia memang sudah lama menaruh dendam pada Sinta—sejak Rian dekat dengan sinta, Clara tahu bahwa Rian diam diam menyukai Sinta sehingga membuat Clara cemburu, dan yang paling utama, sejak Rian mulai bersikap dingin padanya dan terlalu hangat pada Sinta.

​"Ini nggak bisa dibiarkan," gumam Clara. "Gue pastiin Sinta menyesal karena udah berani-beraninya masuk ke rumah Rian. Dan setelah itu, gue akan pastikan dia nggak punya tempat lagi di kantor itu. Tunggu pembalasan gue, Sinta!"

​Clara mencampakkan ponselnya ke sofa, lalu bangkit dan berjalan mondar-mandir di ruang tamunya. Senyum sinis dan licik mulai terukir di wajahnya. Dendam lama itu kini menemukan momentumnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!