NovelToon NovelToon
Tumbal (Di Angkat Dari Kejadian Nyata)

Tumbal (Di Angkat Dari Kejadian Nyata)

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Tamat
Popularitas:489
Nilai: 5
Nama Author: Rosy_Lea

Erik koma selama 3 Minggu, setelah jatuh & terjun bebas dari atas ketinggian pohon kelapa, namun selama itu pula badannya hidup & berinteraksi dengan keluarga maupun orang-orang di sekelilingnya, lalu siapa yang mengendalikan dirinya jika jiwanya sedang tak bersama raganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosy_Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seperti bayi

Setelah pak Su agak tenang, aku mulai mundur pelan-pelan sambil terus nenangin dia.

“Mbeeb, tenang ya… diem dulu, nurut aja. Lemesin badannya, jangan kaku, jangan dilawan. Aku pelan-pelan mundur, biar kamu bisa duduk pelan-pelan juga.”

Aku jelasin pelan tapi tegas, karena kalau dari samping, posisinya nggak kuat nahan berat badannya. Jadi aku harus atur strategi biar dia bisa duduk dengan aman tanpa nyeret aku juga.

Akhirnya, dengan penuh perjuangan, aku berhasil bantuin pak Su duduk lagi. Badannya bisa mendarat dengan selamat meski aku harus rela ketindihan sebagian badannya. Tapi nggak apa-apa, itu jauh lebih aman daripada dia jatuh dan kebanting. Yang penting dia nggak cedera lagi.

Keringat berlomba-lomba meluncur dari ujung pelipisku, seolah berebut siapa yang lebih dulu mencapai garis finis...

Setelah ketegangan yang mencekam, akhirnya kita bisa ketawa lagi. Pak Su tersenyum... lalu tangannya yang sebelah kiri mengusap rambutku, mengacak pelan penuh rasa sayang. Hati ini rasanya adem banget… capeknya langsung luruh.

Pak Su benar-benar harus mulai segalanya dari nol, persis seperti bayi yang baru lahir…

Belajar mengangkat sendok, belajar makan sendiri dengan tangan kanan, belajar berdiri meski kaki masih gemetar.

Setiap gerakan kecil adalah perjuangan besar. Tapi semangatnya luar biasa, jatuh, bangkit lagi.

Pelan-pelan, satu demi satu, insya Allah semua akan kembali seperti sediakala.

Bedanya dengan beberapa bulan kemaren, sekarang tiap hari aku mandiin Pak Su. Udah nggak cuma dilap badannya, tapi bener-bener dimandiin. Setiap waktu mandi, aku bantuin naik ke atas karpet yang sekarang jadi kendaraan "mewah" kami.

Karpet itu aku tarik pelan-pelan bawa ke dapur, karena kalau ke kamar mandi masih susah. Palang pintunya lebih tinggi, dan Pak Su belum bisa angkat kaki masuk ke sana. Jadi untuk sementara, dapur jadi tempat mandinya.

Kalau Pak Su mau buang hajat, aku sediain kursi yang bagian dudukannya sudah aku modif, ya semacam toilet duduk ala-ala. Maklum, kami hidup di kampung, belum ada toilet duduk, adanya WC jongkok. Tapi Alhamdulillah semua masih bisa diikhtiarkan, yang penting Pak Su nyaman dan tetap terjaga kebersihannya.

Dua bulan kemudian, mama mertua pulang dari Jakarta.

Alhamdulillah, saat itu kondisi Pak Su sudah jauh lebih baik, beliau mulai bisa berjalan perlahan dengan bantuan tongkat.

Setiap langkah memang masih terbata, tapi itu adalah kemajuan besar yang patut disyukuri.

Walau begitu, beliau masih kesulitan untuk duduk sendiri setelah berdiri. Rasa takut jatuh dan belum stabilnya keseimbangan bikin beliau ragu nurunin badan sendiri.

Jadi, setiap habis latihan jalan dan mulai kelelahan, beliau pasti minta tolong untuk dibantu duduk kembali.

Kadang suka jadi bahan bercandaan si Leo, ya si Leo emang ada-ada aja, suka nyeletuk polos tapi ngena banget.

"Eh gimana sih ayah, udah bisa jalan tapi duduk aja nggak bisa..." katanya sambil ketawa kecil.

Pak Su cuma senyum-senyum, meski awalnya malu, tapi candaan itu jadi penyemangat tersendiri.

Kadang dari celetukan polos anak, semangat itu datang tanpa disadari.

suatu saat pak Su sempat mengungkapkan keinginannya untuk pindah dari sini. Meski ini rumah kita sendiri, hasil perjuangan kita bersama, tapi karena terlalu dekat dengan mama, suasananya jadi kurang nyaman. Akhirnya kami mulai berpikir untuk cari kontrakan agak jauh saja...

Mungkin nanti, setelah Pak Su sembuh, aku juga bisa mulai kerja sambil tetap merawatnya.

Saat ini kita harus sabar dulu, Alhamdulillah Pak Su sudah mulai bisa ditinggal sebentar-sebentar.

Aku juga mulai bantu-bantu warga sekitar kalau ada yang minta tolong, kadang nyuci di rumah orang, kadang bantu masak atau apa saja. kan aku juga nggak enak terus-terusan jadi beban sepupuku.

Sebenarnya, kewajiban nafkah untuk bocil dan kebutuhan keluarga itu seharusnya dari keluarga Pak Su, apalagi beliau sedang kena musibah. Tapi kenyataannya, keluarga malah acuh, justru sepupuku yang jauh di sana yang justru peduli.

Di pergantian tahun ini, aku mulai menulis surat lamaran kerja. Aku sudah yakin untuk kembali terjun ke dunia kerja setelah sekian belas tahun vakum.

Pak Su memang sudah menunjukkan kemajuan pesat dalam kesembuhannya, tapi masih sebatas bisa bergerak dan melakukan aktivitas pribadi, belum siap untuk kembali bekerja.

Sementara itu, dua buah hati kami butuh segala dukungan untuk tumbuh dan berkembang.

Aku mengirim beberapa lamaran pekerjaan di luar kota.

Selain niat pindah, aku juga ingin mencari peluang baru demi masa depan keluarga.

Sebenarnya, kalau hanya untuk makan sehari-hari, Alhamdulillah di kampung ini masih cukup. Selalu ada saja jalan dan rezekinya, meski aku harus pontang-panting, pak pik pek ngatur pekerjaan rumah sendiri sambil bantu kerja di rumah orang juga.

Iya tapi, soal kebutuhan hidup tuh kan nggak cuma soal makan aja... Duo bocil juga makin gede, dan pastinya kebutuhan mereka ikut bertambah, baik untuk tumbuh kembang fisik, pendidikan, maupun hal-hal lain yang mendukung masa depan mereka.

Makanya, aku mulai mikir buat melangkah lebih jauh. Nggak bisa selamanya hanya bertahan, harus mulai pelan-pelan bangkit dan nyiapin masa depan keluarga kecil kami.

Akhirnya aku mendapat panggilan kerja dari luar kota, di sebuah yayasan pendidikan swasta.

Dengan hati yang mantap, aku boyong keluarga kecilku ke tempat baru, tempat yang ku penuhi dengan harap, semoga menjadi awal dari banyak kebaikan.

Aku bertekad untuk memulai hidup baru.

Merawat Pak Su, membesarkan dua buah hati kami, dengan semangat dan suasana yang juga baru.

Bersama-sama, kami ingin menyembuhkan luka dan trauma yang selama ini mengendap diam-diam.

Karena aku sadar...

Sebesar apa pun senyum yang kami tampilkan, di dalam jiwa kami masih ada luka yang belum sembuh sepenuhnya.

Dan ini saatnya... kami pulih.

Dan di sinilah aku sekarang, bersama keluarga kecilku...

Kami dikelilingi oleh orang-orang baik, Alhamdulillah.

Mereka menganggap kami bagian dari keluarga,

Merangkul kami di saat kami masih tertatih,

Saat kami belum punya apa-apa,

Saat kami masih belajar berdiri kembali dari luka dan kehilangan.

Rasa syukur ini tak bisa diukur,

Karena justru di tempat asing, kami menemukan pelukan yang menguatkan.

1
Odette/Odile
Hebat deh penulisnya!
ナディン(nadin)
Dapet insight baru dari cerita ini
Rosy_Lea: Alhamdulillah, semoga insight-nya bermanfaat ya besty.. dan bisa jadi penguat juga buat jalanin hari-hari 💖✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!