NovelToon NovelToon
​ Dendam Sang Mantan Istri Miliarder

​ Dendam Sang Mantan Istri Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Pelakor jahat / Tukar Pasangan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

​💔 Dikhianati & Dibangkitkan: Balas Dendam Sang Ibu
​Natalie Ainsworth selalu percaya pada cinta. Keyakinan itu membuatnya buta, sampai suaminya, Aaron Whitmore, menusuknya dari belakang.
​Bukan hanya selingkuh. Aaron dan seluruh keluarganya bersekongkol menghancurkannya, merampas rumah, nama baik, dan harga dirinya. Dalam semalam, Natalie kehilangan segalanya.
​Dan tak seorang pun tahu... ia sedang mengandung.
​Hancur, sendirian, dan nyaris mati — Natalie membawa rahasia terbesar itu pergi. Luka yang mereka torehkan menjadi bara api yang menumbuhkan kekuatan.
​Bertahun-tahun kemudian, ia kembali.
​Bukan sebagai perempuan lemah yang mereka kenal, melainkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan siap menuntut keadilan.
​Mampukah ia melindungi buah hatinya dari bayangan masa lalu?
​Apakah cinta yang baru bisa menyembuhkan hati yang remuk?
​Atau... akankah Natalie memilih untuk menghancurkan mereka, satu per satu, seperti mereka menghancurkannya dulu?
​Ini kisah tentang kebangkitan wanit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Candaan Maya dan Trauma di Balik Kaca

​Dua hari setelah kencan pecel lele, Natalie memutuskan sudah waktunya Arif bertemu dengan Maya. Maya adalah support system utamanya, pengasuh Kenzo, dan satu-satunya orang yang tahu setiap detail dari drama balas dendam Natalie. Maya juga bekerja di Whitmore-Ainsworth Foundation—aset vital yang harus dijaga kerahasiaannya.

​Natalie mengundang Arif untuk makan malam santai di rumah. Kenzo sangat bersemangat dengan ide "Om Arif si pembuat ayunan" datang lagi.

​Ketika bel berbunyi, Maya yang membukakan pintu. Ia mengenakan pakaian rumahan biasa, tetapi insting protektifnya langsung menyala melihat Arif.

​"Hai, Arif. Aku Maya," kata Maya, menjabat tangan Arif dengan senyum sopan namun matanya memindai seluruh penampilan pria itu.

​"Arif, senang bertemu denganmu," balas Arif, sedikit bingung dengan tatapan intens Maya.

​Saat Natalie muncul dari dapur, Maya langsung menarik Natalie ke sudut, menjauh dari Arif yang sedang diserbu Kenzo.

​"Nat, are you serious? Dia... pengrajin kayu?" bisik Maya, suaranya mengandung campuran cemas dan geli. "Dia terlihat seperti orang baik, tapi... Apa kau lupa kita punya saham mayoritas di perusahaan triliunan? Kenapa kau kencani pria yang harus berutang Rp 75 juta ke bank kecil?"

​Natalie melotot. "Jaga suaramu! Itu dia. Dia tidak tahu. Dan aku suka dia tidak tahu. Aku sudah lelah dengan Aaron dan pengkhianatannya. Aku butuh orang yang melihatku sebagai Natalie, ibu tunggal. Bukan sebagai dompet berjalan."

​"Oke, oke," Maya menghela napas, menenangkan diri. "Tapi kita harus hati-hati. Aku tidak boleh terlihat seperti manajer pribadimu, apalagi Kepala Yayasan! Aku akan bersikap seolah aku... sepupumu yang mengurus rumah."

​Makan malam berjalan dengan nuansa komedi yang tegang. Arif santai, bercerita tentang rencana pinjamannya untuk membeli mesin bubut baru. Natalie bersikap sebagai ibu rumah tangga yang antusias. Sementara itu, Maya harus bekerja keras menelan setiap kata yang hampir membocorkan identitas Natalie.

​Arif: "Aku harap kalau sudah punya mesin baru, aku bisa beli kayu jati dari Jepara, Nat. Biar kualitas produk kita bisa bersaing dengan furnitur impor mahal."

​Maya (langsung menyambar): "Furnitur impor! Ya Tuhan, mahal sekali, ya? Aku tidak tahu bagaimana orang-orang elite itu menghabiskan uang mereka, padahal kualitas lokal juga bagus, kan, Nat?"

​Natalie (menendang kaki Maya di bawah meja): "Betul, Maya! Kita harus dukung lokal! Apalagi sekarang harga-harga sedang gila-gilaan, kan, Arif?"

​Arif: "Justru itu. Aku harus putar otak. Nat, kamu tadi bilang kamu pernah kerja di akuntan, ya? Aku bingung soal laporan laba rugi bulanan bank. Apa kamu bisa bantu aku melihatnya sebentar besok?"

​Maya (memegang garpu erat-erat): "Laba rugi? Astaga! Nat mana mengerti, Rif! Dia itu cuma mengurus manajemen home office kami! Urusan angka besar itu... uh... urusan bos kami!"

​Natalie (tersenyum paksa): "Ya, betul. Tapi aku bisa bantu lihat sekilas, Rif. Aku akan coba..."

​Arif: "Terima kasih, Nat. Kamu benar-benar... pekerja keras yang cerdas."

​Setelah Kenzo tidur, mereka duduk di teras. Arif menceritakan masa kecilnya, dibesarkan oleh ibu yang berjuang.

​"Ibuku selalu bilang, jangan pernah berharap pada kekayaan orang lain, Arif. Kekayaan sejati ada di tanganmu sendiri," kata Arif. "Itu sebabnya, kalau aku harus menikah lagi, aku mau wanita yang menghargai kerja keras, bukan kemewahan. Seperti kamu, Nat. Kamu sederhana, tapi pikiranmu tajam."

​Pujian itu tulus, dan Natalie merasakannya di hati. Namun, ia kembali teringat Aaron, pria yang juga bersumpah setia dan kemudian merampas segalanya.

​"Aku... aku berterima kasih atas pujianmu, Rif," kata Natalie, menghindari tatapan Arif. "Tapi... aku harus jujur. Aku punya masa lalu yang rumit. Suamiku dulu... dia bukan pria yang jujur. Dia menjebakku dengan tuduhan penggelapan. Dia mengambil hampir semua asetku saat kami berpisah. Aku trauma dengan janji-janji pria yang berujung pengkhianatan dan perampasan harta."

​Natalie, untuk pertama kalinya, membuka sedikit luka lamanya. Ia menceritakan versi yang dilebih-lebihkan tentang kemiskinannya, memperkuat citranya sebagai korban yang nyaris bangkrut.

​Arif mendengarkan dengan penuh empati. "Astaga, Nat. Aku turut prihatin. Tapi kamu hebat, kamu bisa bangkit. Dengar, aku mungkin tidak kaya, tapi aku janji, kalau aku bersamamu, aku tidak akan pernah mengkhianatimu. Aku tidak punya apa-apa untuk diambil, dan aku tidak pernah menginginkan apa-apa selain kebahagiaanmu."

​Maya, yang mengawasi dari balik tirai, terharu. Integritas Arif adalah perisai yang tidak bisa dibeli dengan kekayaan Natalie.

​Insiden di Kantor Cabang

​Keesokan harinya, Natalie harus menghadiri pertemuan dewan di Whitmore Group. Saat ia menunggu di lobi kantornya yang megah, ponselnya berdering.

​"Halo, Nat?" suara Arif terdengar panik. "Ini gawat! Aku di kantor cabang bank yang memberiku pinjaman. Aku disuruh menandatangani dokumen baru, dan tiba-tiba ada orang yang bilang dia dari Yayasan Whitmore-Ainsworth dan dia bilang dialah yang menjaminkan pinjamanku!"

​Jantung Natalie berdebar kencang. Itu pasti Doni, si bankir, yang tidak sengaja menyebut nama Yayasan yang ia gunakan sebagai 'ancaman' terselubung.

​"Siapa nama orang itu?" tanya Natalie, berusaha tenang.

​"Namanya Rendra. Dia bilang, founder Yayasan itu adalah ibu tunggal yang sangat peduli pada pengusaha kecil, dan dia berjanji kalau aku gagal bayar, Yayasan yang akan menutupnya. Nat, siapa itu? Apa ini temanmu yang kamu bilang dulu kerja di akuntan?"

​Natalie berpikir cepat. Ia tidak bisa membantah keberadaan Rendra atau Yayasan itu, karena itu nyata.

​"Ya, Arif. Rendra itu kenalanku. Dia dulu pernah bekerja denganku di tempatku bekerja dulu. Kami memang sering membantu UMKM. Aku yang memintanya untuk menjaminmu diam-diam. Aku tidak mau kamu tahu karena kamu pasti menolak, kan?"

​Arif terdiam di seberang telepon. "Aku... tidak tahu harus bilang apa, Nat. Itu terlalu besar. Aku tidak mau berutang budi sebesar ini. Aku ingin pinjaman ini atas namaku sendiri!"

​"Dengar, Arif," suara Natalie kembali melunak, menggunakan nada ibu tunggal yang berjuang. "Anggap saja ini investasi dari teman. Aku juga tidak punya uang banyak, tapi aku punya koneksi. Aku ingin kamu berhasil, Rif. Aku tahu kamu jujur. Jangan hancurkan kepercayaan yang sudah kubangun dengan susah payah. Aku hanya membantumu, sebagai seorang teman yang tahu bagaimana rasanya ditipu bank besar."

​Arif akhirnya menyerah. "Baiklah, Nat. Aku akan anggap ini sebagai pinjaman dari Tuhan, yang datang lewat kamu dan temanmu. Aku berjanji, aku akan membayar setiap sen pinjaman ini sendiri."

​Natalie menutup telepon, lega. Penyamarannya hampir terbongkar, tetapi dia berhasil menyelamatkannya dengan sedikit kebohongan yang manis.

​Saat Natalie melangkah menuju lift, ia memandangi pantulan dirinya di dinding marmer lobi. CEO yang berkuasa, dengan black card dan aset triliunan, sedang berpura-pura menjadi ibu tunggal yang menggunakan 'jaringan kecil' untuk menjamin utang Rp 75 juta.

​Ironis, tetapi kebohongan itu memberinya hadiah terbesar: kepercayaan tulus dari seorang pria.

1
partini
dari sinopsisnya ngeri " sedap menarik
Himna Mohamad
lanjut thoor
putri lindung bulan: siap akan saya lanjutkan
total 1 replies
Himna Mohamad
good thoor sat set
Himna Mohamad
👍👍👍👍👍
Himna Mohamad
sdh mampir thoor,,lanjut
putri lindung bulan: terimakasih sudah mampir , salam kenal ya
total 1 replies
Himna Mohamad
awal yg bagus thoor👍👍👍👍👍
putri lindung bulan: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
putri lindung bulan
untuk sahabat adri selamat datang di dunia nataly.semoga kalian suka novel.jika suka jangan lupa beri like,dan sisipkan komentar.salam kenal semuanya🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!