Olivia Wijaya, anak kedua Adam Wijaya Utama pemilik perusahaan Garda Utama, karena kesalahpahaman dengan sang Ayah, membuat dirinya harus meninggalkan rumah dan kemewahan yang ia miliki.
Ia harus tetap melanjutkan hidup dengan bekerja di Perusahaan yang Kevin Sanjaya pimpin sebagai bos nya.
Bagaiman selanjutnya kisah Oliv dan Kevin.. ??
Hanya di Novel " My Perfect Boss "
Follow Me :
IG : author.ayuni
TT : author.ayuni
🌹🌹🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Sudah tiga hari sejak berita pengembalian saham itu menyebar. Selama tiga hari pula nama Kevin kembali muncul di setiap portal bisnis, dipuji sebagai pemimpin muda yang berani dan berintegritas.
Olivia sedang berada di kamarnya, ia menatap layar laptop yang menampilkan berita tentang pengembalian saham Garda Utama.
Nama Sanjaya Group dan CEO mudanya, Kevin Sanjaya disebut berulang kali di setiap artikel dan timeline berita.
Olivia menghela napas panjang.
Ia menatap keluar jendela ke arah langit malam yang semakin pekat.
“Aku tahu kamu itu emang baik Kak, kamu itu orang yang peduli" bisiknya pelan.
Setiap kali Olivia berpikir tentang saham yang dikembalikan, ia tahu itu bukan hal kecil.
Ia tahu betapa sulitnya Kevin melawan keluarganya sendiri. Ia tahu Kevin mempertaruhkan banyak hal, dari nama baik, posisi, bahkan.. tunangan pilihan kedua orangtuanya.
Dan semua itu… untuk menepati janjinya, jika Olivia tetap bekerja di Sanjaya Group, Kevin akan mengembalikan saham Garda Utama.
"Sekarang.. Benar kamu mengembalikan semuanya Kak, walaupun aku sudah tidak bekerja di perusahan kamu" gumam Olivia pelan.
Batin nya berkecamuk.
“Aku harusnya bilang terima kasih, tapi nanti dikiranya aku masih peduli…”
Ia kembali bersandar di kursinya, menutup wajah dengan kedua tangan.
Senyumnya muncul tipis. Ia benci mengakuinya, tapi di lubuk hatinya, ia tahu.. Kevin masih punya tempat yang tak tergantikan.
Tapi gengsinya, egonya sebagai perempuan yang dulu merasa disakiti, dikhianati oleh keadaan. Padahal pada kenyataanya, gengsi itu cuma cara untuk melindungi hati yang masih rapuh.
Ia berusaha kembali pada laptop dan melanjutkan tugas-tugas kuliahnya. Ia berusaha untuk fokus, namun kata integritas dan komitmen selalu terngiang di pikirannya.
Olivia menutup laptopnya, ia menyenderkan tubuhnya ke senderan kursi.
"Kenapa sih harus gengsi cuma buat bilang makasih, apa.. Aku minta tolong Pak Rey untuk sampaikan terima kasih ku.." gumamnya.
Disaat yang bersamaan terdengar suara notifikasi dari ponselnya.
Sedikit membuyarkan lamunannya, ia lalu mengambil ponsel yang berada di samping laptop nya. Membuka notifikasi pesan yang ada lalu membacanya.
Pak Rey
Halo Mbak Oliv.. Apa kabar? Pak Kevin titip salam, katanya semoga kuliahnya lancar dan Pak Kevin berpesan beberapa sketchbook Mbak Oliv masih tertinggal di apartemen
Olivia mengernyitkan dahinya. Ia menatap layar itu lama.
Nafasnya tercekat. Ia membaca ulang kalimat itu tiga kali, seolah tak percaya.
Apakah ini suatu kebetulan?
Ia tahu, Kevin pasti sengaja menitipkan pesan lewat Rey. Masih seperti dulu Rey sebagai perantara.
Senyumnya muncul perlahan, samar, tapi tulus.
Ia menyimpan ponselnya kembali tanpa membalas pesan dari Rey.
"Mungkin aku belum bisa mengucapkan terima kasih secara langsung, tapi.. Dihatiku aku sudah mengucapkannya berkali-kali"
Olivia menutup laptopnya, ia beranjak dari duduknya, perlahan berjalan menuju kasur, menaiki kasur lalu menarik selimut sampai dada, memejamkan mata, membiarkan pikirannya melayang pada seseorang yang pernah atau mungkin masih ada di hatinya.
***
Malam itu, suasana kantor Kevin tampak normal dari luar, lampu-lampu masih menyala, beberapa karyawan ada yang lembur, dan suara printer terdengar samar dari ruang lain.
Namun di ruang kerja di lantai 9, Kevin duduk diam menatap layar ponsel yang tak kunjung berbunyi.
Setelah tadi ia meminta Rey untuk menghubungi Olivia, karena ia yakin jika oleh Rey, Olivia akan membalas pesannya.
Ponsel itu sudah ia letakkan di meja sejak setengah jam lalu, tapi setiap beberapa menit, tangannya selalu tergerak untuk mengeceknya.
Tetap sama. Tak ada notifikasi.
Disaat yang bersamaan pintu ruangan nya di ketuk.
Tok Tok Tok
"Masuk" suara itu sedikit berat.
Rey membuka pintu, lalu berjalan masuk menghampiri bos nya.
"Pak Kev, saya sudah mengirimkan pesan bapak kepada Mbak Oliv, pesan nya terkirim namun hanya dibaca saja" ucap Rey.
Kevin menarik napas dalam, menahan kegelisahan yang mulai terasa sampai ke ujung jari. Ia berusaha terdengar tenang.
“Mungkin dia sibuk kuliah.”
"Tapi ini sudah malam, Pak" balas Rey ragu.
"Mungkin sudah tidur" susul Kevin datar.
"Pak, mungkin Mbak Oliv cuma butuh waktu, setelah apa yang terjadi" ucap Rey.
Kevin tidak menjawab.
Ia menatap ponselnya lagi, memandangi layar yang tetap sunyi. Rey tahu, bos nya itu sedang berusaha menahan diri agar tidak tampak terlalu emosional, sesuatu yang jarang ia lakukan untuk siapa pun.
Saat bos nya kembali bertemu dengan Olivia, ia terlihat sangat berubah dari biasanya, terkadang sangat ceria terkadang terlihat sangat menyedihkan seperti sekarang ini.
Sangat jauh berbeda dengan Kevin Sanjaya yang Rey kenal, tenang, cerdas, keras, rasional, namun memiliki rasa lembut yang jarang di tunjukan.
Rasa lembut itu ditunjukkan hanya pada Olivia, ya.. Olivia!
“Kalau dia butuh waktu, aku bisa kasih” kata Kevin akhirnya, suaranya rendah.
Rey mencoba berpikir, bagaimana memecahkan permasalahan yang sedang dialami oleh bos nya, ia memang sangat peduli kepada Kevin, seperti nya bos nya benar-benar sedang dilanda kegalauan kali ini.
Rey lalu pamit untuk keluar ruangan bos nya, saat Rey membalikkan badan, langkahnya terhenti.
"Rey.. Antar saya ke apartemen" ucap Kevin.
" Baik Pak"
"Saya akan menginap di apartemen malam ini, tolong beritahu Papa, saya tidak pulang ke rumah malam ini"
"Baik Pak"
Kevin mengambil jas nya, lalu ia berjalan keluar ruangan di susul oleh Rey.
Lantai 9 sudah sangat sepi, hanya ruangan Kevin yang masih menyala, Cassandra sudah di perintahkan pulang sejak sore tadi, karena Kevin lembur kali ini bukan karena tugas kantor yang belum selesai melainkan tugas mengenai hati dan perasaannya yang belum selesai.
🌹🌹🌹
Jangan lupa untuk dukung author dengan vote, like dan komennya ya ❤️
Jika Oliv berani keluar dr zona nyaman, kenapa kamu tidak??