NovelToon NovelToon
Berjaya Setelah Terluka

Berjaya Setelah Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Demi menikahi wanita yang dicintainya, Arhan Sanjaya mengorbankan segalanya, bahkan rela berhutang banyak dan memenuhi semua keinginan calon mertuanya. Terbelenggu hutang, Arhan nekat bekerja di negeri seberang. Namun, setelah dua tahun pengorbanan, ia justru dikhianati oleh istri dengan pria yang tak pernah dia sangka.

Kenyataan pahit itu membuat Arhan gelap mata. Amarah yang meledak justru membuatnya mendekam di balik jeruji besi, merenggut kebebasannya dan semua yang ia miliki.

Terperangkap dalam kegelapan, akankah Arhan menjadi pecundang yang hanya bisa menangisi nasib? Atau ia akan bangkit dari keterpurukan, membalaskan rasa sakitnya, dan menunjukkan kepada dunia bahwa orang yang terbuang pun bisa menjadi pemenang?

Karya ini berkolaborasi spesial dengan author Moms TZ.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Bertemu

.

Fadil yang sedang memeriksa keuangan di meja kasir menoleh mendengar suara Nurmala yang begitu keras. Pria itu menggelengkan kepala. Entah kenapa sikap Nurmala belakangan ini semakin tak bisa dikendalikan. Ia menutup buku besar yang ada di tangannya lalu mendekati mereka.

"Ada apa sih pagi-pagi seperti ini sudah ribut?" tanya Fadil, menatap Nurmala.

"Lihat! Pasti gara-gara dia restoran kita jadi sepi," Nurmala menunjuk ke arah pelayan dengan tatapan tajam.

Pelayan itu menunduk, kedua tangannya saling bertaut di depan perut. "Ma-maaf, Bu," ucapnya lirih.

"Maaf, maaf! Kalau minta maaf bisa bikin restoran rame lagi, dari dulu sudah aku suruh kamu minta maaf tiap hari!" bentak Nurmala.

Fadil menghela napas. "Sudah, Nur. Jangan marah-marah terus. Nggak baik buat kandungan kamu." Ia menoleh ke arah pelayan. "Kamu? Apa mungkin kamu tahu sesuatu?"

Pelayan itu ragu sejenak, lalu memberanikan diri berbicara. "Begini, Pak, Bu. Entah ini benar atau tidak. Tak jauh dari sini, sekitar 500 meter, ada warung baru yang sangat ramai."

Nurmala dan Fadil terbelalak mendengar berita itu.

"Warung baru?" tanya Fadil, memastikan.

"Iya, Pak. Saya pernah lewat, dan warung itu memang benar-benar ramai. Saya bertanya pada seseorang yang kebetulan baru keluar dari warung itu, katanya di sana murah meriah. Mungkin itu penyebabnya kenapa restoran kita jadi sepi," jelas pelayan itu.

Nurmala mendengus. "Murah meriah? Cih, murahan iya! Nggak mungkin rasanya lebih enak dari masakan kita."

"Tapi, Bu, banyak pelanggan yang bilang begitu," timpal pelayan itu.

"Sudah, sudah! Nggak usah banyak omong. Sana, kerja lagi!" usir Nurmala.

Pelayan itu pun segera berlalu dengan wajah takut.

"Warung baru?" gumam Fadil, keningnya berkerut. "Siapa yang buka warung di dekat sini?"

"Paling juga orang yang mau bikin restoran tapi nggak punya modal" jawab Nurmala sinis. "Nggak mungkin warung kecil bisa ngalahin restoran mewah seperti kita."

"Tapi, Nur, kita nggak bisa meremehkan begitu saja. Kita harus cari tahu warung apa itu dan kenapa bisa seramai itu," kata Fadil, mencoba berpikir jernih.

"Buat apa? Buang-buang waktu saja," balas Nurmala.

"Tapi, Nur. Kalau dibiarkan terus, restoran kita bisa bangkrut!” ujar Fadil.

Nurmala terdiam sejenak. Dalam hatinya ia juga merasa khawatir dengan kondisi restoran mereka yang semakin memburuk, tapi ia gengsi untuk mengakui.

“Lalu, apa yang harus kita lakukan, Mas?" tanya Nurmala masih berusaha menyembunyikan kepanikannya.

“Kita intai saja langsung,* usul Fadil.

*

Sore harinya, dengan menyamar seadanya, Nurmala dan Fadil berangkat menuju lokasi yang disebutkan pelayan. Pelayan mengatakan jaraknya hanya sekitar 500 meter makanya mereka memilih jalan kaki daripada harus membayar ongkos taksi. Dari kejauhan, mereka sudah bisa melihat keramaian di depan sebuah warung sederhana. Asap mengepul dari pembakaran, aroma masakan menggoda siapa pun yang lewat.

"Yang itu warungnya? Ramai sekali?" bisik Nurmala, matanya memicing menata beberapa orang yang keluar masuk warung tersebut.

"Ayo kita lebih dekat lagi!" Fadil menarik tangan Nurmala.

Mereka berdua berdiri di bawah pohon besar tak jauh dari warung, mengamati setiap detail. Bangunan ruko yang lumayan besar, meja kursi kayu yang tertata rapi, dan para pelanggan yang tampak menikmati hidangan mereka.

"Cih, warung kayak gini kok bisa rame?" cibir Nurmala.

"Apa mungkin mereka menggunakan penglaris, ya?" balas Fadil.

"Ayo, kita masuk. Aku penasaran seperti apa rasa masakan mereka," ajak Nurmala dengan nada menantang.

Fadil mengangguk. Mungkin dia bisa mendekati pemilik warung. Dan jika benar warung itu menggunakan penglaris dia bisa meminta informasi. Ia pun segera mengikuti langkah Nurmala yang berjalan memasuki warung, lalu mencari tempat duduk yang paling pojok, berharap tidak terlalu menarik perhatian.

Nurmala dan Fadil melihat-lihat menu yang terpampang di dinding. Pilihan makanan yang sederhana, seperti ikan bakar, ayam bakar, sambal bakar level, dan beberapa camilan tradisional.

"Selamat datang, silakan pesan," sapa seorang pelayan dengan ramah.

Suara yang terdengar familiar, membuat mereka berdua menoleh.

"Kamu?" pekik Fadil tak percaya.

“Mas Arhan?" Nurmala membeku di tempatnya. Jantungnya berdegup kencang. Pria yang selama ini mereka bicarakan, pria yang menjadi sumber masalah dalam hidup mereka, kini berdiri di hadapan mereka.

"Tidak mungkin," bisik Nurmala, berusaha meyakinkan diri sendiri.

Arhan menatap Nurmala dan Fadil dengan tatapan dingin. Senyum di wajahnya memudar. "Kalian? Sedang apa kalian di sini?" tanya Arhan dengan nada datar.

Fadil tertawa terkekeh dengan satu pemikiran. “Ini kan tempat umum. Masalah buat loo, kalau aku dan istriku disini?"

Arhan masih berdiri diam. Tidak mungkin mereka datang benar-benar untuk makan. Pasti ada maksud terselubung.

"Kamu menjadi pelayan warung setelah keluar dari penjara?" Matanya memindai penampilan Arhan dengan tatapan meremehkan. Berdiri dengan angkuh. Menyimpan dua tangannya di saku celana. Sorot matanya benar-benar terlihat penuh cemooh. Arhan menjadi pelayan warung setelah keluar dari penjara? Langit yang selama beberapa hari terasa suram baginya tiba-tiba berubah cerah.

Arhan mengernyit. Pelayan? Itukah pemikiran mereka? Ia menatap Fadil dengan dua tangan menyilang di depan dada. Dagunya terangkat tinggi. “Menurutmu begitu?"

Fadil terdiam. Di otaknya muncul satu kemungkinan. Arhan baru saja menjual tanah berikut bangunan di atasnya. Rasanya tidak mungkin jika arhan bekerja sebagai pelayan warung. Tiba-tiba matanya terbelalak, rahangnya mengeras, dan kedua tangannya terkepal di sisi badan.

"Kamu! Jadi kamu pemilik warung ini?" serunya dengan nada penuh amarah. "Jangan bilang kamu sengaja membuka warung di sini untuk menyaingi restoranku!"

Arhan terkekeh sinis. Ia menatap ke arah Fadil dengan raut wajah tak terbaca. "Kalau memang iya, kamu mau apa?" tantangnya.

Nurmala masih terdiam, terpaku menatap Arhan. Ia tidak menyangka akan bertemu kembali dengan mantan suaminya dalam situasi seperti ini.

"Kamu..." Fadil melangkah maju, mendekat ke arah Arhan. "Kamu memang benar-benar cari masalah!" Fadil menatap Arhan penuh kebencian.

"Kenapa? Kamu takut?" tanya Arhan, menyeringai. "Takut warung kecilku ini akan mengalahkan RESTORAN MEWAHMU?" Arhan sengaja menekan kata restoran mewah.

"Jangan mimpi!" balas Fadil. "Restoranku tidak akan bisa dikalahkan oleh warung murahan seperti ini."

"Oh ya? Kita lihat saja nanti," jawab Arhan dengan nada meremehkan.

"Kamu..." Fadil semakin geram. Ia mengangkat tangannya, hendak memukul Arhan.

"Mas Fadil!" Nurmala berteriak. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa tak suka jika Fadil sampai melukai Arhan.

Arhan tidak gentar. Ia menatap Fadil dengan tatapan menantang. "Silakan saja kalau berani," ucapnya.

Sebelum Fadil sempat melayangkan pukulannya, Budi datang menghampiri mereka.

"Ada apa ini?" tanya Budi. Suaranya terdengar dingin.

"Tidak ada apa-apa," jawab Arhan. "Ada calon pelanggan baru yang penasaran dengan rasa masakan kita."

"Kamu?” Fadil tampak terkejut melihat keberadaan Budi di tempat itu. Jadi, selama ini Arhan bekerja sama dengan Budi? Sebelum ini mereka bertiga selalu bersama. Tapi kini dirinya hanya sendiri, karena terlihat jelas bahwa Budi berdiri di pihak Arhan.

"Ayo, Mas. Kita pergi dari sini!” melihat situasi yang tidak baik, Nurmala merasa lebih baik Mereka pergi.

"Awas saja kamu, Arhan! Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan restoranku," ancam Fadil sebelum benar-benar pergi.

Arhan tertawa tergelak. "Restoranmu?" tanyanya, nada suaranya meremehkan. "Yakin itu restoranmu? Ah, iya, aku lupa. Restoran yang dibangun dengan hasil nyolong, ya?"

Kata-kata Arhan membuat Fadil bungkam. Rahangnya mengeras, namun ia tidak bisa membalas. Kenyataan itu menghantamnya seperti palu godam. Restoran yang selama ini mereka banggakan memang dibangun dengan uang yang mereka kuras dari tabungan Arhan.

Nurmala menatap wajah arhan dengan mata nanar. Sejak tadi pria itu sama sekali tak meliriknya. Juga tak menyapanya. Dirinya seolah tak terlihat. Kenapa? Bukankah pria itu dulunya sangat mencintainya?

Fadil mengepalkan tangannya semakin erat. Harga dirinya bagai diinjak-injak oleh Arhan.

Dengan langkah gontai, mereka berdua meninggalkan warung Arhan. Rasa malu, marah, sekaligus takut akan dikalahkan bercampur aduk dalam otaknya.

"Sialan!" umpat Fadil setelah mereka berada di luar warung. "Aku tidak akan membiarkan Arhan menang. Aku pasti akan mencari cara untuk menjatuhkannya!”

1
〈⎳ FT. Zira
pikiran orang yg gak mau usaha ya gini🤧
Hasanah Purwokerto
Bagus bgt filosofinya mam...👍👍👍👍
Hasanah Purwokerto
Kasiaaaannnn...Fadil...umpanmu tdak termakan...hahahahaaaaa
Hasanah Purwokerto
Sudah benar apa yg kamu lakukan Arhan,,tidak ada gunanya mempertahankan wanita seperti Nurmala...
Hasanah Purwokerto
skak mat...
Hasanah Purwokerto
Cinta yg membabi buta,,jika terluka bs menjadi benci yg membabi buta juga..
Hasanah Purwokerto
Smg kelak.kalian bs bekerja sama,,saling menguntungkan,,tunjukkan pd dunia kalian bisa..
Sunaryati
Wah dengan adanya ibu dan adik kamu mungkin menambah lariis warungmu, karena masakan ibumu
Hasanah Purwokerto
Betul kata pak tua..yuk bangkit yuk..kamu bisa Ar...💪💪💪💪
Hasanah Purwokerto
Ini orang berdua ya,.bukannya sadar diri malah menjadi jadi..
Hasanah Purwokerto
Smg karma segera datang pd kalian..
Hasanah Purwokerto
Ga akan pernah..justru kamu yg akan menangis dan memgemis di bawah kaki nya Arhan...
Hasanah Purwokerto
Yang sabar,,yg kuat ya Ar...
Gusti mboten sare...
Hasanah Purwokerto
Kok ky penjahat kelas kakap aja,,cm diinterogasi masa tangannya diborgol kebelakang begitu..
Hasanah Purwokerto
Cn Arhan punya bukti perselingkuhan mereka ya,,minimal sblm dihajar udah di poto dl...
Hasanah Purwokerto
Bener" uedaaaannn....
orang tua macam apa seperti itu...
Hasanah Purwokerto
Oalah...wong tuo kucluk...
membiarkan anaknya melakukan dosa...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Hasanah Purwokerto
Arhan patah hati sepatah patahnyaaaaa
Hasanah Purwokerto
Kli memang wanita terhormat,,apapun yg terjadi,,selama ditinggal suami ya akan menjaga kehormatannya...
bukan malah menyalahkan org lain..
Hasanah Purwokerto
Lha kok malah bela selingkuhan...
wah..minta dipecat dg tidak hormat nih istri...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!