Melati berubah pendiam saat dia menemukan struk pembelian susu ibu hamil dari saku jas Revan, suaminya.
Saat itu juga dunia Melati seolah berhenti berputar, hatinya hancur tak berbentuk. Akankah Melati sanggup bertahan? Atau mahligai rumah tangganya bersama Revan akan berakhir. Dan fakta apa yang di sembunyikan Revan?
Bagi teman-teman pembaca baru, kalau belum tahu awal kisah cinta Revan Melati bisa ke aplikasi sebelah seru, bikin candu dan bikin gagal move on..🙏🏻🙏🏻
IG : raina.syifa32
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raina Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Sandra duduk santai, matanya menatap Revan dengan pura-pura tak paham.
"Memangnya rumah tanggamu kenapa?" tanyanya sambil mengedipkan alis, seolah menyelidik lebih dalam.
Revan menghela napas berat, bahunya merosot. "Melati salah paham, Ma. Padahal itu nggak sesuai ekspektasinya, dia malah berspekulasi yang enggak-nggak." Sandra menggeleng pelan, tatapannya makin intens. "Maksud kamu gimana, Van? Mama makin bingung."
Revan menggigit bibir, mencoba menahan amarah yang mulai menggelegak. "Dia tuduh aku selingkuh, kalau aku punya simpanan, padahal semua itu salah besar. Mama tahu kan cinta aku sama bundanya anak-anak itu sangat besar, mama sendiri saksi hidup perjuangan Revan dapetin Melati."
Sandra menyunggingkan senyum tipis, bahunya diangkat santai. "Ya, mana Mama tahu. Kamu yang ngerasain, ya mungkin kamu cuma lagi bosan nyari suasana dan rasa yang baru."
"mama Revan serius ini," suara Revan mulai meninggi, berusaha meyakinkan.
"Loh, Mama juga serius nih, Van. Jangan kira Mama bercanda," balas Sandra dengan nada menantang.
Revan mengerutkan dahi, suara dalam dadanya bergejolak. "Mama kenapa sih? Mama sekongkol sama Melati? Ngadu apa istriku sama mama? Anak mama bukan orang seperti itu, Ma. Mama seperti nggak kenal anak mama sendiri aja. Kalau aku cinta, aku bakal lakukan apa saja buat wanita yang Revan cintai."
Sandra menatap tajam lalu nyengir, "Iya, termasuk bolak-balik Jakarta-Bandung sampai tiga kali seminggu, ya? Gitu, kan Van?"
Revan terhenyak, jantungnya seolah berhenti sejenak. "Jadi Mama sudah tahu?" tanya Revan dengan suara bergetar.
"Iya Melati sudah cerita, dari dulu kamu nggak kapok-kapok ya Van bikin Melati kecewa dan terluka berkali-kali."
"Mama tolong dengerin penjelasan dulu, hanya mama bisa dengerin aku."
Sandra memandang putranya iba, melihat keseriusan dari sorot mata putra tunggalnya itu menyiratkan kejujuran.
"Ya udah cerita, mama mau dengar dari mulut kamu sendiri. Tapi jika kamu benar-benar selingkuh, mama nggak akan pernah maafin kamu."
Revan terpaku, dadanya sesak seolah waktu berhenti sejenak. Matanya menatap Sandra dengan campuran takut, suara yang keluar nyaris bergetar, "Jadi Mama sudah tahu?"
Sandra menghela napas panjang, wajahnya tampak lelah tapi tegas. "Iya, Melati sudah cerita. Dari dulu kamu nggak kapok-kapok ya, Van? Terus-terusan bikin Melati kecewa, terluka berkali-kali."
"Mama, tolong dengarkan penjelasanku dulu. Hanya Mama yang bisa ngertiin Revan."
Sandra menatap putranya dengan mata yang tak lagi penuh kemarahan, tapi lebih pada kepedihan dan keprihatinan. Ia mengangguk pelan, suara serak keluar, "Ya sudah, ceritakan. Mama mau dengar langsung dari mulut kamu. Tapi ingat, kalau memang benar kamu selingkuh, Mama nggak akan pernah bisa maafin kamu."
Sandra mengambil ponsel dan diam-diam merekam pembicaraan mereka, siapa tau suatu saat nanti akan ada gunanya.
Revan menarik napas dalam, menyusun satu persatu rahasia yang selama ini terpendam, tahu betul bahwa ini bukan hanya soal pengakuan, tapi juga tentang harapan terakhir untuk memperbaiki semua yang telah hancur.
Revan menghela napas panjang, matanya menatap kosong ke arah lain seolah menahan beban cerita yang hendak dia bagi. "Jadi ceritanya, waktu itu aku ada urusan bisnis di Bandung, ma" ujarnya pelan, suaranya bergetar sedikit.
"Waktu lagi cek lokasi pembangunan villa di Lembang, Revan nggak sengaja nabrak sepasang pengantin baru. Mereka berboncengan motor, tapi motor itu remnya to tiba-tiba bblong."
Revan menutup mata sesaat, lalu lanjut. "Salah satu dari mereka terpelanting, langsung nyasar ke mobilku ma. Dan... Revan nggak sengaja menggilasnya. Orang itu langsung meninggal di tempat."
Revan terdiam, napasnya bergetar, terlihat jelas penyesalan dan duka terpancar dari wajahnya.
Sandra meremas bibirnya, setengah tak percaya. Matanya membelalak, menatap Revan yang tampak menunduk dengan beban berat di dadanya. "Jadi kamu… kamu yang menghilangkan nyawa salah satu dari mereka?" ucapnya serak.
Revan mengangguk pelan, suara lirih penuh penyesalan. "Iya, Ma. Suami wanita itu… aku sudah menyerahkan diri ke polisi. Tapi keluarga mereka… mereka bilang ini musibah, mereka mau diselesaikan secara damai."
Jarinya gemetar saat ia menambahkan, "Aku sudah kasih santunan, bahkan yang Revan yang mengutus semua biaya pemakamannya. Namanya Andra, Ma… pria malang itu. Dan wanita itu Dewi."
"Sebulan kemudian setelah kecelakaan maut itu Dewi menelpon jika dia sedang hamil, trus Dewi memintaku bertanggung jawab untuk menikahinya dengan dalih Revan sudah membuatnya anaknya menjadi Yatim dan dirinya janda." Lanjut Revan panjang lebar.
"Terus kamu mau?" tanya Sandra dengan nada tajam.
"Ya nggak lah, Ma. Anak Mama ini masih waras kok. Tapi aku sudah berjanji akan menjamin masa depan anaknya nanti. Aku akan menanggung semua kebutuhannya, sampai dia kuliah," jawab Revan dengan suara pelan.
"Kalau begitu, kenapa kamu biarkan wanita itu menguasaimu? Memonopoli waktumu sampai kamu lupa sama istri dan anakmu? Kamu malah bikin Melati terluka lagi. Jangan gampang dibegoin, Revan! Kamu harus tegas!" Sandra menegaskan dengan nada keras.
"Tapi Ma, aku nggak tega kalau ingat kondisi korban waktu itu. Sangat mengenaskan," Revan berusaha membela diri.
"Nggak tega sama orang lain, tapi tega sama istri sendiri? Kamu ini suami macam apa?" Sandra mulai kehilangan kesabaran.
"Itulah kelemahanmu, terlalu nggak tegaan, malah jadi boomerang buat dirimu sendiri. Apa perlu Mama turun tangan mengatasi persoalan sepele kayak gini? Hmmm?" ujarnya sambil menatap tajam.
"Tolong mama ngomong sama Melati, jika semuanya salah sapam."
Sandra tersenyum miring, "kalau mama jadi Melati, mama pasti sangat marah Van, mama bakal ngamuk."
"Untung saja Melati nggak seperti mama, dia lebih banyak diam, tapi menyimpan daya ledak dahsyat, sampai sekarang Dia nggak mau ngomong lagi sama aku ma, bahkan Melati minta pisah."
Sandra menghela nafas dalam-dalam. "Ini terakhir kalinya mama nolongin kamu, kalau masalah kayak gini timbul lagi, urus sendiri!"
Senyum Revan, dia memeluk dan menciumi pipi mamanya.
"Coba aja Melati kayak mama."
"Nggak usah banding-bandingin! Mama dan Melati beda, Melati kalem sedangkan mama suka ngereog."
***
Melati terpaku di ambang pintu, napasnya tersendat saat melihat sosok suami dan ibu mertuanya berdiri diam di depan rumah. Matanya membesar, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. "Mama?" suaranya bergetar, penuh tanda tanya dan kekhawatiran.
Suaminya melangkah maju, tatapannya dalam dan penuh damba menusuk kalbu Melati. Bibir Melati bergerak pelan, suaranya dingin namun tegas, "Apa kamu tidak bisa mengatasi masalah internal rumah tangga kita, hingga mama perlu ikut campur?" Ada nada kecewa yang terselip, membuat suasana seketika berubah tegang.
"memangnya kenapa Mel? Ada masalah apa?Kalian berdua lagi berantem?"
dari dulu kok melati trus yg nerima siksaan dan kjhtan,
Ini perempuan siapa lagi yang ganti nyulik Melati.
Kalau punya suami ganteng, mapan dan kaya banyak pelakor bersliweran pingin gantiin istri sah. Semoga Revan bisa nolong Melati dan anaknya. Kasihan......