Hana Hafizah menjadi perempuan paling tidak beruntung ketika ayah dan ibu memintanya untuk menikah, tetapi bukan dengan lelaki pilihannya. Ia menolak dengan tegas perjodohan itu. Namun, karena rasa sayang yang dimilikinya pada sang ayah, membuatnya menerima perjodohan ini.
•••
Gadibran Areksa Pratama. Dosen muda berumur 27 tahun yang sudah matang menikah, tetapi tidak memiliki kekasih. Hingga kedua orang tuanya berkeinginan menjodohkannya dengan anak temannya. Dan dengan alasan tidak ingin mengecewakan orang yang ia sayangi, mau tidak mau ia menerima perjodohan ini.
•••
“Saya tahu, kamu masih tidak bisa menerima pernikahan ini. Tapi saya berharap kamu bisa dengan perlahan menerima status baru kamu mulai detik ini.”
“Kamu boleh dekat dengan siapapun, asalkan kamu tahu batasanmu.”
“Saya akan memberi kamu waktu untuk menyelesaikan hubungan kamu dengan kekasih kamu itu. Setelahnya, hanya saya kekasih kamu. Kekasih halalmu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYusra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Kekasih Halalmu – Sialan!
Nengsih memarkirkan motornya didepan kafe dengan tidak sabaran. Perempuan itu melakukan segalanya dengan kasar.
Setelah turun dari motor, Nengsih membuka pintu kafe secara kasar –setengah mendobrak tanpa mempedulikan pengunjung yang sedang ramai.
Nengsih juga membuka helm dengan kasar dan dijinjingnya. Kepalan tangannya sangat terlihat jelas, dan sangat nyata kalau perempuan cepol kuda itu sedang tidak baik-baik saja. Hal itu membuat pengunjung ataupun pelayan kafe bingung.
Pun, tanpa aba-aba Nengsih segera ke lantai dua, membuat pelayan kafe bergerak untuk menghadang jalan Nengsih karena itu merupakan area khusus pegawai dan bos saja. Tetapi bukan Nengsih namanya jika dia mudah untuk dihadang.
“Minggir!” kata Nengsih dengan wajah yang sangat tidak enak dipandang—keras dan sangat marah, tetapi beberapa pelayan kafe itu menggeleng dengan tegas.
“Nggak bisa, Kak. Kakak nggak bisa ke atas, karena ini adalah ruangan khusus pegawai dan Bos. Kakak nggak bisa seenaknya untuk ke atas,” kata salah seorang pelayan perempuan. Ada tiga perempuan dan empat laki-laki yang menghadang Nengsih.
“Gue bilang minggir, ya, minggir!” bentak Nengsih. Ia sudah berada di depan tangga lantai dua, dan ia ingin segera memberi pelajaran pada si pemilik kafe ini. Tetapi tetap saja para pelayan ini tidak memberinya jalan. Mereka bahkan menyuruh Nengsih untuk segera keluar dari kafe ini.
Nengsih tentu saja menolak. Dihempaskannya tangan-tangan yang mencoba menyeretnya keluar dari kafe. Dengan kesabaran yang diujung batas, Nengsih menarik salah seorang pelayan perempuan yang menentangnya itu hingga tersungkur kelantai. Semua yang melihat sangat terkejut, bahkan ada yang teriak.
Pelayan laki-laki pun tidak tinggal diam dan segera ingin membalas Nengsih tetapi Nengsih sudah lebih dulu menangkisnya. Ia memelintir tangan salah satu pelayan laki-laki tersebut dan menendang pelayan laki-laki yang lain. Lalu menjatuhkan ke empatnya dengan mudah.
“Kalau gue minta baik-baik jangan ngeyel!” bentak Nengsih pada para pelayan itu.
Dan aksi dari Nengsih tersebut membuat pengunjung lain takut, ngeri, terkesima, dan takjub. Tidak lupa ada yang memvideokan aksi hebat dari perempuan cepol kuda tersebut.
“Maksud lo apaan bikin keributan!”
Nengsih langsung mengadah ke lantai atas saat mendengar suara seorang laki-laki. Ia menampilkan smirknya saat melihat orang yang dicari menunjukkan diri secara langsung.
Tanpa berpikir dua kali, dengan helm yang masih ditangan kirinya, Nengsih naik ke lantai dua lalu melemparkan helm itu pada Galang dengan keras.
BUGH!
Galang mendesis karena helm tersebut tepat mengenai hidungnya dengan keras. Ia sampai terhuyung kebelakang karena lemparan tersebut.
“APA-APAAN LO?” bentak Galang tidak terima. Ia memegang hidungnya yang terasa sangat sakit. Bahkan mungkin akan keluar darah.
Nengsih sudah berada di lantai dua, tidak lupa dengan pengunjung dan pelayan-pelayan yang juga mengekori. Sehingga sekarang, semuanya berada dilantai dua.
Perempuan itu terus berjalan menghampiri Galang yang sudah ada didepan matanya dengan tajam penuh amarah. Langkahnya yang tegas dan tidak gentar membuat Galang yang melihatnya semakin heran.
“Binatang penjaga berkedok manusia! Biadab!!”
BUGH!
Nengsih kembali melayangkan pukulan ke wajah Galang. Tetapi kali ini dengan tangan kosong. Ia menonjok wajah Galang dengan keras. Beruntung sekali ia pernah mengikuti les silat, sehingga bisa mempraktikkannya secara langsung sekarang.
Semua orang terpekik karena pukulan yang dilakukan Nengsih. Bahkan tidak ada yang menyangka jika perempuan ini bisa sangat kejam.
“APA–”
Semuanya kembali terpekik ketika Nengsih mencengkram kerah baju Galang dengan kuat. Lalu menyeret Galang hingga punggung laki-laki itu menghantam tembok, dengan keras tentu saja. Membuat Galang mengerang tertahan.
“Apa?” tanya Nengsih menantang dagunya terangkat.
“Jangan sok kegantengan jadi lakik!” bentak Nengsih. Lalu menatap ke samping yang terdapat seorang perempuan dengan pakaian yang kurang bahan tengah ketakutan. Nengsih kembali menatap Galang.
“Lo bukan apa-apa tanpa sahabat gue! Kafe yang lo punya sekarang juga nggak bakalan ada kalau bukan campur tangan Hana! Paham lo!” Nengsih melupkan emosinya, dan semua yang dikatakan oleh Nengsih memang benar adanya. Hana sangat berjasa untuk semua hal yang telah dicapai oleh laki-laki itu.
Kafe yang diberi nama ‘Bro’ oleh Galang ini berkat dari campur tangan Hana. Pencaharian lokasi, surat izin bahkan karyawan juga dibantu oleh Hana. “Apa yang sebenarnya lo, cari? Nggak cukup dengan Hana yang udah se-perfect itu buat lo? Terus lo dengan mudah-nya gonta-ganti cewek, nemplok sana-sana sini. Sekalinya bangsat, lo tetep bangsat, ya Lang?” lanjut Nengsih.
Sudah sangat lama sebenarnya Nengsih ingin melayangkan pukulan dan umpatan ini pada Galang, tetapi waktu tidak pernah mengizinkan Nengsih melakukannya hingga sekarang semuanya sudah terjadi.
Hubungan Galang dan Hana bukanlah hal yang menjadi kesukaan Nengsih. Perihalnya, perempuan tomboy itu sudah sangat lama mengenal perangai Galang. Laki-laki itu sangat gemar mempermainkan perempuan, maka dari itu Nengsih tidak ingin Hana menjadi bagian dari perempuan-perempuan tersebut.
Tetapi saat melihat Galang yang tidak lagi berhubungan dengan perempuan lain setelah mengajak Hana berpacaran, Nengsih mulai menaruh kepercayaan kalau Galang bisa berubah. Laki-laki itu telah menetapkan jika Hana menjadi yang terakhir dikehidupan laki-laki itu.
Namun, lagi dan lagi ekspektasi Nengsih dihancurkan dengan sekejap oleh Galang yang secera tidak sengaja bertemu dengannya diperempatan lampu merah.
Nengsih baru saja pulang kuliah, dan saat berada dilampu merah, perempuan itu secara tidak sengaja melihat Galang yang membonceng seorang perempuan dengan mesra. Bahkan perempuan itu dengan berani mencium Galang.
Nengsih awalnya mengira ia salah orang, tetapi saat melihat plat motor, Nengsih menjadi yakin jika itu adalah Galang.
Sialan! Dia sibuk bermesraan dengan perempuan lain, sedangkan Hana sudah uring-uringan menunggu kabar darinya. Walaupun perempuan itu akan menikah beberapa hari lagi. Hana bahkan masih bimbang untuk melanjutkan pernikahannya dengan Dibran atau tidak.
Ketika lampu hijau, Nengsih langsung saja mengikuti motor Galang. Dan boom! Laki-laki yang memang brengsek itu ternyata memang Galang. Dan disinilah Nengsih sekarang. Berhadapan dengan Galang yang wajahnya sudah membiru olehnya.
Sebelum beranjak, Nengsih lebih dulu menekankan tangannya yang berada dikerah baju Galang lebih dalam. Ia tidak mengizinkan laki-laki itu untuk bicara satu kata-pun. Membuat yang punya badan semakin tertekan dan mengerang sakit. “Gue bukan Hana yang bakalan dengerin omongan busuk dari mulut lo itu. Gue bukan Hana yang bakalan nerima dengan lapang dada semua pembelaan yang lo lakuin. Satu hal yang perlu lo ingat saat pertama kali Hana cerita soal hubungan kalian ke gue. Gue berusaha buat nggak ngelarang Hana berhubungan sama lo saat ngeliat raut bahagia dia saat resmi jadi pacar lo. Terus sekarang lo balas dia dengan tingkah sampah kayak gini? Lo pikir pakai otak atau tumit kaki?!”
BUGH!
Nengsih memberikan tinjuan-nya lagi pada Galang dengan keras, bahkan darah mengalir disudut bibir dan hidung laki-laki itu, membuat semua yang menonton kemabali berteriak. “Ribuan umpatan nggak bakalan cukup buat bajingan kaparat kayak lo!”
Beralih ke perempuan yang bajunya sangat kekurangan, Nengsih melangkah dengan santai, namun aura yang mencengkam. Nengsih ingat perempuan ini. Dia perempuan yang dilihat-nya beberapa minggu yang lalu dikampus dan mencium Galang. “Apa yang dia janji-in sampai lo mau sama modelan kayak gitu? Uang? Mulut manis? CK!”
Nengsih memperhatikan wajah si perempuan dengan seksama. “Lo habis dipake ditempat kayak gini?” Nengsih berdecih kemudian menatap Gilang lagi yang berusaha meraup udara sebanyak-banyaknya sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya.
“Kalau nggak punya modal, jangan banyak gaya, BANGSAT!”
Bugh! Sekali lagi Hana melempar helm itu dan tepat mengenai kepala Gilang hingga pingsan.
suexxx gak mudeng aku lama2 sama para karakter di novel ini.