NovelToon NovelToon
Senja Di Tapal Batas (Cinta Prajurit)

Senja Di Tapal Batas (Cinta Prajurit)

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: khalisa_18

Kalea dan Byantara tumbuh bersama di sebuah asrama militer Aceh, bak kakak dan adik yang tidak terpisahkan. Namun di balik kedekatan itu, tersimpan rahasia yang mengubah segalanya. Mereka bukan saudara kandung.

Saat cinta mulai tumbuh, kenyataan pahit memisahkan mereka. Kalea berjuang menjadi perwira muda yang tangguh, sementara Byantara harus menahan luka dan tugas berat di ujung timur negeri.

Ketika Kalea terpilih jadi anggota pasukan Garuda dan di kirim ke Lebanon, perjuangan dan harapan bersatu dalam langkahnya. Tapi takdir berkata lain.

Sebuah kisah tentang cinta, pengorbanan, keberanian, dalam loreng militer.
Apakah cinta mereka akan bertahan di tengah medan perang dan perpisahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khalisa_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Racun Silsilah, Kehormatan keluarga, dan Tali yang Harus Diputus

Sepuluh hari telah berlalu sejak Kalea meninggalkan Bireuen untuk tugas, melaksanakan panggilan mendadak ke Kalimantan. Sepuluh hari pula Ramdan menjalani hari-harinya di Batalion 113 dengan hati yang berat. Sementara itu, Byantara sendiri juga sudah pulih dari demamnya dan kembali bertugas ke kesatuannya di Nabire, Papua.

Ramdan, yang semula hendak membatalkan cutinya, kini memutuskan untuk mengambil cuti tersebut dan kembali ke kampung halamannya di Takengon. Kepulangan ini adalah upaya terakhirnya untuk memperjuangkan Kalea. Ia ingin segera mengikat Kalea sebelum tugas dan jarak kembali merenggut mereka. Apalagi sikap keras kepala Kalea yang tidak sanggup di imbanginya. Membuat ia semakin mantap akan mempersunting gadis itu. Tapi, semuanya tidak semulus apa yang di pikirkannya.

Suasana makan malam di rumah Ramdan, yang didominasi oleh kehangatan sebuah keluarga tanah Gayo, terasa sunyi tapi tidak dingin. Ramdan meletakkan sendoknya. Ia menatap Ayahnya, lalu beralih ke Ibunya, yang biasa di panggilnya ine.

"Ayah, Ine," Ramdan memulai, suaranya sedikit bergetar. Ada rasa takut dalam hatinya yang ia sendiri tidak paham. "Altav ingin membawa Kalea menghadap. Altav ingin melamarnya."

Keheningan melanda meja makan. Ibu Ramdan, seorang wanita yang menjunjung tinggi kehormatan silsilah keluarga, meletakkan gelasnya dengan suara tegas.

"Tidak, Altav!!!" Suara Ine lantang, memotong keheningan malam itu. "Ine menolak. Dengan tegas, Ine menolak niatmu."

Ramdan terkejut. "Tapi kenapa, Ine?"

"Altav, kita memang hanya seorang petani. Keluarga kita tidak punya jabatan tinggi. Tapi kita juga punya kehormatan. Kehormatan itu diukur dari benang silsilah yang jelas." Ine mencondongkan tubuhnya. "Kamu tahu dengan sangat jelas, bahwa Kalea itu bukan putri kandung Pak Aswangga. Kita tidak pernah tahu asal usulnya, Altav. Bagaimana bibit, bebet, bobot keluarga kandungnya? Kita tidak pernah tahu darah apa yang mengalir di tubuhnya."

"Nampaknya memang sepele, Altav. Tapi garis darah menentukan keturunan mu nantinya."

Ramdan mencoba membela. "Tapi ia besar di tangan Pak Aswangga, Ine. Mereka adalah keluarga terhormat."

"Memangnya kenapa jika dia besar di tangan Pak Aswangga?" tanya Ine, nadanya menusuk. "Apakah dia mengalir darah Pak Aswangga? Apakah kehormatan itu menular hanya karena ia makan di meja yang sama? Kita memang petani, Altav. Tapi kita punya kehormatan untuk memilih darah murni bagi keturunan kita."

Kata-kata itu menghantam Ramdan. Ia merasa tersudut, antara cinta dan kewajiban sebagai seorang anak. Cinta tidak berdarah harus kalah oleh kehormatan yang berdarah murni.

Ramdan berdiri, meninggalkan meja makan tanpa menjawab sepatah katapun. Matanya memerah, menahan air mata yang mendesak keluar. Hatinya remuk redam. Ia menghabiskan malam itu di kamar, ditemani kabut dingin Takengon, merenungi takdir yang menghancurkan. Ternyata ketakutannya memang benar. Seharusnya dari awal orang tuanya tidak perlu tau silsilah Kalea. Agar sakit malam ini tidak pernah terjadi.

Keesokan paginya, suasana tegang masih menyelimuti rumah itu. Ibu Ramdan tidak menunggu. Ia langsung membawa seorang gadis cantik dan memperkenalkannya pada anak laki lakinya itu.

"Altav, ini suraya," ujar Ine saat Ramdan turun. Gadis itu cantik, berhijab lembut, putri dari tokoh agama di kampung sebelah.

Ramdan melihat Suraya sekilas, tetapi pikirannya masih tertuju pada Kalea yang tegas dan berani. Tanpa berkata apa-apa, Ramdan langsung berbalik. Ia masuk ke kamar dan mengemas semua pakaiannya. Ia memutuskan membatalkan cuti dan kembali ke kesatuan.

Ibu Ramdan merasa sangat murka. Setelah menyuruh Suraya kembali lebih dulu, sang ibu berdiri di ambang pintu kamar Ramdan.

"Jika kamu tidak menurut pada permintaan Ine," Ibu mengangkat tangannya. Di tangannya tampak sebotol racun cair. "Maka lebih baik ine mati saja di depanmu."

Teriakan panik terdengar dari Bapak Ramdan dan adiknya. Semua orang panik, kecuali Ramdan yang berdiri kaku, jiwanya telah mati rasa. Ia dipaksa memilih, antara Cinta atau Ibunya. Ia tidak berkata apa apa, tapi tanpa mereka tahu hari itu mereka telah kehilangan seorang anak yang sangat menghormati mereka.

Dengan pandangan buram, dan bibir yang bergetar hebat, Ramdan menyerah. Menyerah bukan karena ia kalah, tapi ia menyerah karena ingin menyelamatkan kehormatan gadis yang di cintainya. Meski ia harus mengorbankan dirinya sendiri.

"Aku akan ikuti permintaan Ine," jawab Ramdan, suaranya hampir tak terdengar.

Ine Ramdan tersenyum puas. Ia menurunkan racun itu.

"Suruh ia menyiapkan berkas-berkas. Aku akan membawanya menghadap," ujar Ramdan. Setelah mengucapkan kalimat itu, ia melangkah keluar rumah tanpa bicara sepatah kata pun.

Ramdan memacu mobilnya menjauhi rumahnya. Ia berhenti di tepi jalan yang sepi. Tangannya gemetar saat ia memegang ponsel, menekan nomor Byantara di Nabire. Karena saat ini hanya Byantara lah yang punya jalan tengahnya.

"Halo, Bang..." Suara Ramdan tampak genetar. Tangisnya langsung pecah tak tertahankan.

Byantara, mendengar tangisan itu di sambungan telepon yang bising, segera cemas. "Altav? Ada apa? Pelan-pelan, tarik napas, Altav. Bicara."

Ramdan mencoba menenangkan diri, tetapi gagal. "Bang... Ine... Ine menolak Lea, Bang! Dia tidak bisa menerima Lea. Dia bilang... dia bilang Lea itu tidak jelas silsilahnya! Bang, Dia... dia mau aku menikah dengan wanita pilihannya! Aku hampir mati saat ini bang..."

Ramdan terisak histeris. "Aku menolak, Bang. Aku ingin memperjuangkan Lea! Aku mau cinta ku bang. Tapi Ine... Dia mengancam akan bunuh diri di depanku, Bang! Dia pegang racun! Aku tidak bisa, Bang! Aku tidak bisa membiarkan Ibuku mati karenaku!"

Byantara mendengarkan dalam diam, suara bising dari Nabire seolah ikut meredup. Ia dapat merasakan kehancuran Ramdan.

"Altav..." panggil Byantara, suaranya rendah, penuh kepedihan.

"Aku hancur, Bang! Aku sudah janji sama Lea! Aku sudah janji akan menjaganya! Selamanya," rintih Ramdan.

"Dengarkan Abang baik-baik," kata Byantara. Ia tahu, ia harus menjadi dinding yang kokoh bagi Ramdan dan juga Kalea. "Jika dengan memilih adikku kamu harus kehilangan ibumu, maka lepaskanlah adikku."

Kata-kata Byantara menghantam Ramdan, jantungnya terasa remuk. "Tapi Bang... Aku mencintainya," isak Ramdan.

"Cinta tidak bisa hidup di rumah yang penuh kebencian, Altav. Jika kamu memaksa, Altav, kamu akan kehilangan segalanya. Kamu akan kehilangan Ibumu, dan yang lebih parah, kamu akan memasukkan Kalea ke dalam neraka yang tidak bisa menerimanya."

Byantara menarik napas berat. "Adikku mungkin akan sakit, mungkin setahun dua tahun ia akan mati rasa terlebih dahulu. Tapi itu lebih baik, daripada dia harus berjuang setiap hari untuk diakui oleh keluarga yang seharusnya menjadi rumahnya."

"Jangan biarkan kehormatan keluargamu merusak kehormatan adikku, Altav. Biar Abang yang menanggungnya. Putuskan talinya sekarang. Selamatkan nyawa Ibumu, dan biarkan Kalea fokus pada tugasnya," putus Byantara.

Ramdan terisak. "Aku harus bagaimana, Bang? Aku sudah janji..."

"Tugasmu sekarang adalah melaksanakan permintaan Ibumu. Tugasmu adalah menjaga kehormatan keluargamu, meskipun kehormatan itu harus dibayar dengan kehancuran hati. Biarkan Kalea membenci kita berdua, Altav. Itu lebih baik."

Ramdan hanya bisa pasrah. Ia tahu, Byantara benar. Ia telah memutus talinya sendiri, dan kini harus kembali ke kesatuan dengan beban dua kali lipat, kehilangan Kalea dan rasa bersalah yang tak terhindarkan.

Cinta telah menjadi harga yang terlalu mahal untuk mereka berdua. Kehormatan silsilah telah menjadi racun yang mematikan. Ramdan tahu, ia harus kembali ke kesatuan, dan membawa kehancuran ini sendirian. Kini hari harinya tidak akan ada lagi sambungan telpon dari kalea, walaupun hanya sekedar menyapa nya dan menanyakan kabarnya. Angan angan membuat pernikahan terindah dengan kalea ternyata telah sirna begitu saja. Lima tahun ia meyakinkan gadis itu, tapi ternyata ia juga yang harus menghianatinya.

"Aaaaaaaaaaaa..." Ramdan berteriak sekencang kencangnya di dalam mobil.

Ia hancur, ia remuk tapi ia tidak bisa melawan. Ia seperti berperang tapi ia kalah sebelum melawan. Ia gagal, gagal menjaga cintanya, gagal menjaga janji yang di ucapkannya di bawah pohon beringin AKMIL masa itu. Nyatanya bukan Kalea yang pergi, tapi ia yang harus berhianat.

" Sayang maaf..." gumamnya sambil menjatuhkan kepalanya ke dashboard mobil.

"Aku pecundang, memang seharusnya tidak pernah pantas dengan singanya AKMIL sepertimu Lea. Kamu yang jalan penuh penghormatan, sudah sepantasnya kamu di dampingi oleh yang setara." Ramdan terus berbicara sendiri.

"Mereka berkata kamu yang tidak setara dengan mereka, padahal nyatanya mereka lah yang tidak pernah setara dengan mu."

"Maaf kan aku Lea, jadilah wanita yang bisa membungkam mulut mereka Lea, aku akan terus mendukung mu tanpa siapapun yang tahu, cinta ini selamanya hanya milikmu."

Ramdan melepaskan cincinnya, menyimpannya dalam sebuah ruang di dalam dompetnya. Ruang dimana hanya ia yang dapat menemukannya. Ia berjanji jika tidak dengan Kalea, maka akan ia matikan habis habisan perasaannya. Hingga orang lain tidak akan mampu meluluhkannya walaupun ia mengemis sekalipun.

1
atik
lanjut thor... semangat 💪
Khalisa_18: Makasih KK, di tunggu update selanjutnya ya
total 1 replies
atik
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!