NovelToon NovelToon
Jodohku Ternyata Kamu

Jodohku Ternyata Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Office Romance
Popularitas:211
Nilai: 5
Nama Author: Yoon Aera

Rizal mati-matian menghindar dari perjodohan yang di lakukan orang tuanya, begitupun dengan Yuna. Mereka berdua tidak ingin menikah dengan orang yang tidak mereka cintai. Karena sudah ada satu nama yang selalu melekat di dalam hatinya sampai saat ini.
Rizal bahkan menawarkan agar Yuna bersedia menikah dengannya, agar sang ibu berhenti mencarikannya jodoh.
Bukan tanpa alasan, Rizal meminta Yuna menikah dengannya. Laki-laki itu memang sudah menyukai Yuna sejak dirinya menjadi guru di sekolah Yuna. Hubungan yang tak mungkin berhasil, Rizal dan Yuna mengubur perasaannya masing-masing.
Tapi ternyata, jodoh yang di pilihkan orang tuanya adalah orang yang selama ini ada di dalam hati mereka.
Langkah menuju pernikahan mereka tidak semulus itu, berbagai rintangan mereka hadapi.
Akankah mereka benar-benar berjodoh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoon Aera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Reputasi Perusahaan Akan Jatuh

Setelah Rani dan Ratna pergi, suasana ruang rawat jadi jauh lebih lega. Yuna duduk sambil merapikan mangkuk bubur, masih agak kikuk. Rizal meliriknya, lalu pura-pura menghela napas panjang, dramatis sekali.

“Aduh… sepertinya tanganku masih lemas banget.” Ucap Rizal sambil menjatuhkan sendok ke meja dengan gaya lebay.

“Hah? Tadi kan Mas masih bisa angkat sendiri?” Yuna langsung panik.

“Mungkin tadi tenaga terakhir. Sekarang rasanya udah nggak kuat sama sekali. Jadi… apa kamu bisa suapin aku?” Rizal mengangkat bahu, wajahnya dibuat-buat serius.

Yuna terdiam, menatapnya penuh curiga.

“Mas bohong, ya?”

“Enggak! Aku sakit beneran. Lihat nih.” Rizal mengangkat tangannya sedikit, lalu menjatuhkannya lagi ke selimut seolah tak bertenaga.

“Tuh kan, lemes.”

“Ya sudah deh. Tapi jangan manja, ya.” Yuna menahan tawa, tapi akhirnya menyerah.

Ia mengambil sendok, meniup bubur, lalu menyuapkan ke bibir Rizal. Rizal membuka mulut dengan ekspresi puas, lalu setelah menelan ia bersuara.

“Hmm… ternyata kalau disuapin kamu rasanya sepuluh kali lebih enak.”

“Mas! Itu buburnya atau cara makannya yang bikin enak?” Yuna mendelik.

“Dua-duanya.” Jawab Rizal cepat sambil nyengir nakal.

Yuna langsung menunduk, pipinya panas.

“Mas ini, ya… suka bikin malu orang.”

“Kalau malu, berarti ada rasanya dong?” Rizal terkekeh kecil, lalu mencondongkan tubuh sedikit.

“Mas!” Yuna refleks menatapnya sambil cemberut, tapi justru membuat Rizal tertawa pelan.

Mereka berdua larut dalam momen itu, canggung, kocak, tapi ada kehangatan yang tak bisa dibantah. Untuk pertama kalinya, sakit Rizal terasa lebih ringan, hanya karena ada Yuna yang menemaninya dengan ketulusan sederhana.

*****

Setelah bubur habis, Yuna segera bangkit berdiri, berniat membereskan mangkuk dan sendok.

Belum sempat ia melangkah, Rizal cepat-cepat bersandar dengan wajah penuh ekspresi kesusahan.

“Ehmm… mas haus.”

“Haus? Tadi di meja ada air putih.” Yuna menoleh, sedikit bingung.

“Tapi gelasnya jauh banget. Tangan aku masih lemes. Kalau aku ambil sendiri, bisa jatuh nanti.” Rizal menghela napas panjang, dramatis lagi.

Yuna mendesah pelan, tapi akhirnya menuruti. Ia menuangkan air ke gelas, lalu menyodorkannya.

“Ini, Mas. Hati-hati ya.”

“Bisa kamu yang suapin juga? Takut tumpah.” Alih-alih menerima dengan tangannya, Rizal malah mendongakkan kepala.

“Mas!” Yuna melotot.

Rizal pura-pura memejamkan mata, wajahnya sok pasrah.

“Aku pasien. Harus dilayani dengan sepenuh hati.”

Yuna tak bisa menahan senyum, meski ia mencoba keras menahan diri. Akhirnya ia mendekat, membantu Rizal minum dengan hati-hati. Setelah itu, ia cepat-cepat meletakkan gelas kembali.

“Nah, sudah. Habis itu jangan minta macam-macam lagi, ya.”

“Aduh, kayaknya pegal banget di sini.” Namun Rizal tiba-tiba mengerutkan dahi sambil mengusap leher.

“Mas sakit leher?” Tanya Yuna refleks.

“Hmm… iya. Biasanya kalau dipijetin sebentar enakan.” Ia menoleh ke Yuna dengan tatapan penuh arti.

Yuna mundur setengah langkah.

“Oh nggak, Mas. Jangan harap aku mau mijetin.”

“Hehe, bercanda kok. Tapi serius… jangan cepat-cepat pergi. Kalau kamu di sini, rasanya lebih tenang.” Rizal tergelak, bahunya berguncang kecil.

Kalimat terakhir itu membuat Yuna terdiam. Ia menunduk, merasakan wajahnya panas. Suasana yang tadinya kocak berubah hening sesaat, tapi hening yang anehnya membuat dada keduanya sama-sama hangat.

"Tadi pagi nyuruh cepet-cepet pulang, kok sekarang beda lagi." Goda Yuna.

"Justru itu, meski kamu pulang sebentar. Mas ngerasanya kamu lama banget, kan jadi kangen..."

Semburat rona merah muda terpancar di pipi Yuna. Dia sendiri heran, sejak kapan laki-laki itu pandai menggombal.

*****

Dua hari setelah Rizal dirawat, kabar kurang menyenangkan datang dari rumah Yuna. Perusahaan milik Indra, ayahnya, mulai diguncang isu yang tak jelas asal-usulnya. Beberapa proyek besar tertunda dan lebih buruknya lagi, beberapa investor besar tiba-tiba menarik diri.

Di meja makan keluarga, suasana terasa berat. Nadine duduk dengan ekspresi penuh tekanan, sementara Indra mengusap pelipisnya berkali-kali.

“Kita tidak bisa diam saja.” Suara Indra berat.

“Kalau ini terus berlanjut, reputasi perusahaan akan jatuh. Investor luar kota yang masih menunggu keputusan… harus segera diyakinkan.”

“Aku bisa urus, Pi. Tapi… sepertinya mereka tidak sepenuhnya percaya padaku.” Nadine mencondongkan tubuh.

Indra memandang Yuna, yang sejak tadi hanya diam.

“Yuna… kamu kenal baik dengan keluarga mamimu, kan? Investor itu masih ada hubungan darah dengan mendiang mami. Kalau kamu yang bicara, mungkin mereka lebih mau mendengarkan.

Yuna tertegun.

“Aku? Tapi Pi… aku nggak kerja di perusahaan. Aku...”

“Kamu tetap anak Papi, Yuna,” potong Indra dengan suara tegas.

“Dan perusahaan ini juga masa depanmu.”

Nadine melirik tajam, tetapi itu hanya sebentar. Dia menambahkan dengan nada setengah mengejek tapi terselubung manis.

“Lagipula, ini kesempatan kamu untuk menunjukkan kalau kamu bisa berguna untuk keluarga, Yun.”

Sejujurnya Nadine sama sekali tidak menyukai apa yang baru saja di katakan oleh ayah tirinya itu.

Yuna menunduk, menggenggam erat jarinya. Ia tahu Nadine selalu pandai memelintir kata, membuat seolah-olah ia tak pernah cukup berharga. Namun kali ini, ia tak punya pilihan.

“Baiklah.” Jawab Yuna pelan.

“Aku akan ikut.” Imbuhnya.

*****

Keesokan harinya, Yuna duduk di mobil bersama Nadine menuju luar kota. Udara dingin AC tak cukup meredakan ketegangan di antara mereka. Nadine sejak awal tampak tidak senang, seakan kehadiran Yuna mengurangi ruangnya untuk bersinar.

“Dengar, Yuna...” Ucap Nadine akhirnya, suaranya dingin.

“Di depan investor nanti, kamu jangan banyak bicara yang bisa mempermalukan kita. Ingat, aku yang terbiasa mengurus perusahaan ini. Kamu cukup jadi ‘pemanis’ karena kebetulan investor itu masih kerabat ibumu.”

Yuna menoleh, menahan diri agar tidak terpancing.

“Aku datang bukan untuk merebut peranmu. Aku hanya ingin membantu Papi.”

Nadine mendengus, menatap keluar jendela.

“Semoga saja kamu tidak bikin masalah.”

Setelah mengatakan itu keduanya hanya diam. Bahkan Yuna berusaha memejamkan matanya, begitu juga dengan Nadine yang sibuk sendiri dengan ponselnya. Sedangkan Supri senantiasa melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

Kasihan non Yuna... Andai pak Indra tahu, kalau non Nadine dan juga nyonya Sania yang mengancam non Yuna supaya nggak mau kerja di perusahaan ayahnya sendiri... Batin Supri sekilas memperhatikan keduanya yang duduk di kursi belakang melalui rear-view-morror.

Disisi lain, Rizal sebenarnya sudah mendengar kabar ini dari salah satu kenalannya. Ia menatap jendela ruang rawat dengan perasaan campur aduk. Yuna harus membantu perusahaan ayahnya, itu wajar. Tapi di sisi lain, ada rasa aneh yang mengganjal di dadanya. Rasa yang membuatnya ingin memastikan Yuna baik-baik saja, apalagi jika harus berangkat bersama Nadine yang selama ini selalu menekan adik tirinya itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!