Melinda dan Rauf sudah menikah selama tiga tahun, tetapi sampai saat ini belum juga di karuniai seorang anak. tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, hingga membuat Tini-- Ibu mertuanya meminta Rauf-- putranya untuk menikah lagi.
"nak, menikalah dengan Sintia tanpa sepengetahuan istrimu!"
bagai disambar petir disiang hari, membuat tubuh Rauf terdiam kaku dengan perasaan yang gelisa. permintaan itu benar benar membuat Rauf dilema. disisi lain dirinya tidak ingin menduakan istrinya, tetapi disisi lain Rauf juga sulit untuk menolak permintaan sang ibu.
lantas, bagaimana kelanjutannya? apakah Rauf akan mengikuti ucapan ibunya? jika iya, lalu bagaimana nasib Melinda? serta, bagaimana perasaan Melinda setelah tau jika suaminya akan menikah lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 24
Ibu tini bertanya kepada rauf, kalau siapa barusan yang datang, dan langsung pergi dengan mobilnya.
ibu tini, penasaran ingin mencari tahu. dan menanyakan kepada rauf.
" siapa rauf,? siapa yang barusan datang, dan langsung pergi dengan mobilnya.?" tanya ibu tini kepada rauf.
" melinda bu." jawab rauf kepada ibunya.
" melinda.." ucap ibu tini.
" iya bu, melinda, mungkin melinda sudah mendengar pembicaraan kita tadi, makanya melinda langsung pergi." ucap rauf.
" berarti, melinda sudah mengetahui bahwa sintia ada di rumah ini." ucap ibu tini.
" iya bu." ucap rauf.
" rauf, apa mungkin melinda marah mendengar pembicaraan kita tadi." ucap ibu tini.
ibu tini khawatir, melinda mendengar semua pembicaraan mereka, karena ibu tini takut melinda mengadu kepada pak mahmut dan ibu siti.
" mungkin saja bu, karena melinda langsung pergi begitu saja, tampa menyapa kita dulu." ucap rauf.
" ah.. sudahlah, mungkin melinda langsung pergi karena melihat sintia kali." ucap sintia kepada rauf dan ibunya.
" puas kamu sekarang, ini semua karena kamu, kalau kamu tidak datang kemari, pasti melinda tidak semarah itu." ucap rauf kepada sintia.
"ko, nyalain sintia sih." ucap sintia.
" sudah, sudah, ibu sudah bosan mendengar pertengkaran kalian, masalah sudah tidak pernah habis- habisnya." ucap ibu tini kepada rauf, dan sintia.
" ingat sintia, kamu sudah janji, bahwa kamu akan kembali ke rumahmu besok." ucap ibu tini dengan tegas.
" iya, sintia tahu, besok sintia akan kembali ke rumah sintia." ucap sintia.
tidak lama kemudian, melinda sampai di rumahnya, dan sebelum turun dari mobilnya, melinda mengusap dulu air matanya, karena melinda tidak mau, sampai ibu dan bapaknya mengetahui, kalau melinda baru saja menangis.
karena, kalau sampai kedua orangtua melinda mengetahui, bahwa melinda kembali dari rumahnya rauf, sambil menangis, pasti mereka akan sangat marah, kepada rauf dan ibunya.
melinda langsung turun dari mobilnya, dan langsung masuk, sambil memberi salam, karena pintu rumahnya terbuka.
"assalamualaikum" ucap salam melinda dan langsung masuk.
" waalaikum salam " jawab ibu siti, ibunya melinda,
" ko, pulangnya cepat, kenapa?" tanya ibu siti.
" melinda cepat pulang, karena ibunya rauf ada urusan di luar." jawab melinda.
melinda tidak menceritakan apa yang melinda dengar dari pembicaraan ibu tini, rauf dan sintia, di rumah ibu tini barusan.
" kamu tidak berbohong kan sama ibu.?" tanya ibu siti.
" tidak kok bu." ucap melinda. sambil duduk di ruang tamu bersama ibunya.
" ibu, ada yang ingin melinda bicarakan sama ibu." ucap melinda.
" apa yang ingin kamu bicarakan sama ibu nak.?" tanya ibu siti.
" ini tentang masalah rauf bu."jawab melinda
" emangnya kenapa lagi dengan rauf.?" tanya lagi ibu siti kepada melinda.
" ibu, melinda minta tolong sama ibu, untuk membujuk ayah, agar mencabut pilihan dan ancaman yang di kasih sama rauf, dan kedua orang tuanya, bu." ucap melinda.
melinda berusaha memohon kepada ibunya agar ibunya bisa membujuk bapanya untuk mencabut ancamannya buat rauf.
" emangnya kenapa.?" tanya ibu siti.
" ibu, sintia kan lagi hamil sama seperti melinda, berat rasanya rauf menceraikan sintia, karena sintia sedang hamil." ucap melinda.
" biarlah bu, ini semua berjalan sesuai dengan keputusan bunya rauf, nanti sesudah melinda dan sintia melahirkan, di antara salah satu dari kita akan di ceraikan oleh rauf." ucap melinda.
" tidak melinda, ibu tidak berani ngomong kepada ayahmu." ucap ibu siti.
" ibu, tolonglah, melinda mohon." ucap melinda.
" tidak melinda, ibu tidak bisa." ucap ibu siti.
" tolonglah bu, kali ini saja, setelah itu melinda tidak lagi akan memohon kepada ibu." ucap melinda sambil bersujud di kaki ibunya.
" bangun lah melinda,! ibu tidak mengerti, kepada kamu melinda, sebenarnya kenapa, dan ada apa sih, sampai kamu memohon- mohon sama ibu.?" tanya ibu siti, sambil mengangkat melinda untuk berdiri.
" ibu, melinda mau, masalah melinda, biarlah melinda yang akan menyelesaikannya, dan melinda sudah punya rencana sendiri, untuk menyelesaikan masalah melinda." ucap melinda.
" kamu yakin, mau menyelesaikan masalah kamu sendiri? tanpa bantuan bapak dan ibu." tanya ibu siti.
" iya bu, melinda yakin, dan melinda sudah siap, apapun yang akan terjadi nanti pada melinda." ucap melinda.
melinda ingin menyelesaikan masalahnya dengan rauf sendiri, melinda tidak ingin ayahnya ikut campur, urusan rumah tangganya dengan rauf.
melinda sudah tahu apa yang harus melinda perbuat untuk menyelesaikan masalah rumah tangganya.
" baiklah, ibu akan coba bicara sama ayah kamu." ucap ibu siti.
" makasih bu.." ucap melinda sambil memeluk ibunya, dengan rasa senang.
sementara ibu tini, dan rauf, khawatir kepada melinda, karena mereka tahu melinda sangat marah kepada rauf, dan pasti melinda menceritakan semua kepada kedua orang tuanya, tentang keberadaan sintia di rumahnya rauf.
hari sudah malam, dan rauf sedang menonton tv di ruang tengah, sementara menonton, rauf teringat, bahwa rauf akan menelpon melinda, untuk menanyakan kedatangannya tadi siang di rumahnya.
tut.. tut.. tut..
melinda mendengar ponselnya berbunyi, di atas tempat tidurnya, dan melinda langsung mengambil ponselnya, dan melihat rauf yang menelpon. melinda tidak mengangkatnya.
tut.. tut.. tut..
rauf mencoba untuk menelpon melinda lagi, dan melinda sengaja tidak mengangkatnya, untuk membuat rauf cemas, dan merasa bersalah, karena melinda sudah mendengar semua pembicaraan mereka, dan melihat sintia di rumahnya.
rauf merasa gelisah, karena melinda tidak mengangkat telponnya, dan rauf mencoba lagi untuk menelpon melinda.
tut.. tut.. tut..
" melinda angkat dong telponnya, mas tahu kamu pasti sangat marah kepada mas." ucap rauf di dalam hatinya.
melinda sengaja tidak mengangkat telpon dari rauf, karena melinda ingin membuat rauf penasaran, agar rauf dan ibu tini mengira melinda sangat marah kepada mereka.
dan melinda tetap tidak menjawab telpon dari rauf, karena melinda sedang merencanakan sesuatu kepada rauf, dan sintia, serta ibu tini...
mrlinda mnding cerai dri rauf.... biar jdi gmbel abadi tuh....
biar bu tini & rauf tau rasa....
g punya tata krama.... belagu.... pdahal g ada apa"nya di bandingkn dgn melinda....
menantu yg trzdolimi.... hnya krna blm punya kturunan...