NovelToon NovelToon
Blow Me

Blow Me

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: nadhi-faa

Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.

Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.

Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.

menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

Harsa, sebenarnya dia tidak ingin duduk di samping suaminya dan menjadi tontonan para santriwati.

entah mengapa pesona seorang Axel Regen Frederick, menjadi daya tarik sendiri. harsa sangat risih setiap kali memergoki para santriwati yang tak berkedip mengamati suaminya.

apakah pria disamping-nya setampan itu? batin harsa.

Harsa melirik axel yang duduk tenang menikmati acara, seolah kondisi tenang itu sudah biasa dia lakukan. bagi harsa acara ini cukup membosankan. dia sejak tadi sering gonta-ganti posisi agar menghilangkan kebosanan-nya lalu kembali menghadap depan, menopang dagunya untuk menonton pertunjukan para santri putra.

tak membutuhkan waktu lama kyai maulana mengijabkan para santrinya. sebelas pasang pengantin kini sudah dipajang didepan pelaminan. tidak dapat dibohongi, wajah bahagia para keluarga yang melihat para putra dan putrinya telah memiliki pasangan itu jelas terlihat dimata harsa.

tak lama para tokoh-tokoh penting memberikan sambutanya, salah satunya kyai maulana.

"kapan ini berakhir."

harsa sudah jenuh, di melirik meja yang menghidangkan bermacam-macam kue dan secangkir teh yang sudah tak mengepulkan lagi asapnya.

kemudian pandanganya jatuh pada kedua tangan mempelai pengantin baru yang selalu bergandengan.

"apa?."

ucap harsa ketika terpergok oleh suaminya, ketika harsa sedang menatap pasangan neng elsa dan gus abis.

"kau ingin."

ucapan axel membuat kening harsa mengkerut matanya memicing tajam pada suaminya yang sedang menatapnya.

"apakah wajahku terlihat begitu?."

"mungkin."

"ck."

harsa berdecak sebal. dia tak puas dengan penilaian axel terhadapnya.

Salah satu ustadz memberikan nasihat-nasihat untuk para pengantin baru yang sedang duduk diatas pelaminan dengan sedikit candaan yang membuat para pengantin salting dan baper sendiri.

"coba tangan istrinya di pegang..."

ustadz menggoda para pengantin yang malu-malu kucing.

"itu loe, sudah diberi contoh gus abid dan neng elsa."

lirik sang ustadz sepuh yang kebetulan melihat kemesraan neng elsa dan gus abid.

Harsa yang sudah muak dari tadi hanya memutar bola mata dengan jengah.

Apapun yang harsa ekspresi kan selalu jadi hiburan tersendiri bagi axel, termasuk wajah tengil sang istri.

ustadz sepuh itu masih setia memberikan wejangan mengenai bab pernikahan, mengenai hak suami istri dan lainya.

"coba, mbak santri dan mas santri saling berpandangan."

ketika mereka mulai pandang saling memandang secara malu-malu. para undangan dan sahabat mereka segera menggoda.

ustadz sepuh kembali melanjutkan ceramahnya.

"apabila seorang suami memandang istrinya dan istrinya memandang suaminya maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan rahmat. Dan jika suami memegang tangan istrinya maka dosa keduanya akan berguguran dari celah jari-jarinya. siapa disini yang tidak mau dosa-dosa gugur hanya dengan memegang tangan istrinya?."

"ini semua pengantin baru sudah berpegangan tangan, tinggal pengantin baru yang satu belum. mari kita sambut mas axel dan neng harsa untuk saling memandang dan berpegangan tangan, dari tadi saya perhatikan cuma lirik-lirikan sambil diam.

kini semua orang tertuju pada mereka berdua yang duduk dibarisan nomer dua. harsa menggembungkan pipinya. dalam batin dia menggerutu dengan ustadz sepuh yang membuatnya menjadi objek semua orang.

Harsa tersenyum canggung ke segala arah. namun tangan dingin nan kokoh axel yang tiba-tiba menelusup diantara sela jemari-jemari membuat harsa terkejut. axel mengangkat tangan harsa keatas dan menciumnya didepan banyak orang.

para santriwati menjerit histeris dibuat baper oleh perlakuan axel pada harsa.

Ustadz sepuh tersenyum sumringah.

"ternyata diam-diam mas axel se cinta itu sama istrinya."

harsa melirik tajam axel. pipi gadis itu memerah menahan malu, dia dengan spontan memukul paha suaminya.

plak

harsa menatap axel dengan kode.

gila bapak-bapak yang satu ini...

gerutu harsa dalam batin, apalagi melihat wajah smirk axel yang seolah menertawakan-nya.

Harsa tak menyelesaikan acara, dia memilih mencari talita dan mengajak temannya itu untuk membantunya mengemasi barang.

Sore nanti, Axel dan harsa akan meninggalkan pesantren dan tinggal dirumah suaminya.

itupun axel bilangnya dadakan. harsa paham jika suaminya itu cukup lelah jika harus bolak-balik ke kantor dan pesantren yang cukup memakan waktu dua jam. lagian harsa tak punya alasan untuk lebih lama tinggal di dalem.

"sa loe cuma siapin kardus satu sama satu ransel?."

tanya talita, mengingat barang sahabatnya itu cukup banyak.

"gak semua ta, gue bawa yang penting-penting aja. lagian belum menjamin gue betah tinggal disana."

talita mengangguk mengerti.

"gue pasti bakal kangen loe..."

ucap talita melo, sambil memasukan buku sahabatnya itu.

"itu harus, gue juga pasti kangen loe. oh ya ta, jaga motor gue ya.."

"itu pasti sa, itu motor nyawa gue juga ahahaha.."

talita masih sempat tertawa, dia berdiri setelah menata barang harsa yang tak banyak.

"gue ada kodo buat loe sa. tapi, loe buka jika sudah sampek rumah."

Harsa menatap bungkusan warna merah jambu, warna kesukaan talita.

"apaan ini?."

dia cukup penasaran.

"ada pokoknya, loe buka nanti malam aja."

harsa menatap curiga sahabatnya.

"jangan-jangan bom ta..."

"enggaklah..."

waktu tak terasa cepat berlalu. kini harsa sudah berada di ndalem. umma halimah sibuk menata sesuatu sebelum ikut berkumpul diruang keluarga.

Kyai maulana tak henti-hentinya memberikan wejangan kepada harsa, yang membuat telinga harsa dibalik jilbab rasanya merah. dia ingin protes namun tak berani, memilih menunduk dan diam di samping axel.

"mas axel, abah titip harsa. sekiranya sampean sudah tidak kuat mendidik, sampean bisa langsung sampaikan ke saya."

Axel hanya mengangguk tenang.

jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, sudah waktunya mereka berdua berangkat.

Axel bangkit dari duduknya.

"kalau gitu, kami berangkat om."

kyai maulana tak banyak kata, dia juga berdiri menyambut salaman axel, diikuti harsa dibelakang.

"abah harsa pamit."

"iya nak, ingat nasehat abah."

"enggih."

kini giliran harsa menyalami umma halimah. ah kini dadanya berasa nyeri, bagaimanapun wanita baya ini pernah dia anggap ibu kandungnya saat kecil.

"umma, harsa minta maaf jika selama ini,..."

umma halimah langsung memeluk harsa, yang membuat gadis itu terhenti dari ucapnya.

"tidak nak, umma senang membesarkan mu. umma yang harus minta maaf, jika selama ini umma tidak bisa memberikan yang terbaik."

"umma,"

harsa berkaca-kaca. dia kembali memeluk wania yang telah memberikan hidup.

"jangan sedih, suamimu menunggu mu."

akhirnya harsa mengusap air matanya dan mengangguk.

"jika rindu, sering-seringlah kamu datang nak."

harsa mengangguk kecil, kini dia sudah bergeser didepan gus abid.

Menatap sekilas wajah pria yang menjadi satu-satunya harapannya dulu.

"harsa minta maaf mas, jika harsa salah."

hanya itu yang bisa dia ucapkan, tanganya menelungkup. harsa sadar dia tak lagi bisa memeluk gus abis seperti saat mereka kecil dulu.

tahu hatinya kalut, harsa segera menuju neng elsa.

neng elsa memeluknya layaknya saudara perempuan.

"semoga kamu bahagia di rumah baru mu sa."

"terimakasih doanya mbak."

di luar para santri juga mengantarkan kepergian harsa. mau tak mau harsa harus menyalami semua santriwati, sebagai bentuk menghargai mereka.

tibalah dibarisan talita, harsa memeluk erat sahabatnya.

tak banyak kata, namun dari wajah mereka menunjukkan begitu berat untuk meninggalkan satu-satunya sahabat yang mereka punya.

"kita masih ada kampus untuk tempat bertemu."

harsa hanya bisa mengangguk, tapi mulutnya tergugu.

"udah sa, kamu ditungguin."

akhirnya harsa melepaskan talita.

"say good bye sasa.."

Axel yang sudah selesai dengan santri putra menunggu istrinya didepan mobil.

max, segera membuka pintu pada tuan dan nyonya barunya.

harsa mengikuti axel yang masuk kedalam mobil.

max yang masuk kedalam kemudi ikut terharu. dia melambaikan tangan sebelum menjalankan mobilnya.

"bos gue jadi terharu..." ucap max.

"max, apa perlu aku tinggalkan kamu lebih lama disini..."

"ah tida bos..."

1
Miss nana
❤️
Miss nana
harsa gak dapat mas abi, masih ada mas axel yang siap otw melamar kamu hehehe...
Salsa Bila
lanjut kak......
Lusy Purnaningtyas
ditunggu updatenya kakak cantik. semangat...🥰
Lusy Purnaningtyas
g terasa,habis maraton seharian. ditunggu updatenya kak....🥰
Lusy Purnaningtyas
aku sukak....
semangat harsa alex....
Lusy Purnaningtyas
holla...
Merryati Sakoi koi
terlalu lama iklanx jelek jg.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!