NovelToon NovelToon
Obsesi Sang Ceo

Obsesi Sang Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Dark Romance
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Biebell

Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.

Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.

Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.

Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 — Hukuman

Nerios menatap pintu kayu dihadapannya, hatinya berdecih karena butuh waktu hampir dua jam untuk sampai ke tempat ini.

Camelia kabur dari kantor ke sini dengan jarak tempuh 88 km. Kedua penjaga mengabarkan bahwa wanitanya menyembunyikan diri di hotel xx.

Wanita itu mungkin berdoa dan berharap semoga Nerios tidak dapat menemui dirinya. Tapi takdir lebih berpihak pada Nerios, karena hotel yang ditempati untuk menyembunyikan diri adalah hotel milik keluarga Rayhan.

Nerios mengulurkan tangan kirinya pada Rayhan, dan Rayhan pun menyerahkan kunci cadangan kamar yang ditempati oleh Camelia.

Sungguh wanita yang malang ...

"Kau kembali ke mobil, tunggu aku di sana!" perintah Nerios pada Rayhan.

Rayhan mengangguk, tak membantah. Ia langsung beranjak pergi. Setelah Rayhan pergi barulah Nerios membuka pintu lalu masuk ke dalam.

Udara dingin langsung berhembus menembus kulitnya, ruangan yang gelap membuat Nerios tidak tau apa yang dilakukan oleh Camelia dan di mana wanita itu.

Ia masuk dengan langkah perlahan, menatap sekeliling dengan intens, takut Camelia mengetahui keberadaanya dan mencoba kabur kembali.

Tapi ternyata wanita itu sedang tidur di atas kasur dengan nyenyak. Nerios tersenyum miring melihatnya, sepertinya Camelia sangat kelelahan karena telah melakukan pelarian dan perjalanan yang jauh.

Nerios duduk di samping tubuh Camelia dengan perlahan, senyumnya mengembang secara perlahan. Tangannya mengelus rambut Camelia dengan lembut.

"Camelia ..." seruan pelan dari Nerios terdengar serak. "Tidakkah kamu sadar bahwa dirimu sangat cantik, Camelia?" lanjutnya sambil menyusuri setiap jengkal wajah Camelia dengan jarinya.

Cahaya samar-samar yang menerangi dari lampu yang ada di meja nakas dapat membantu Nerios melihat wajah damai Camelia. Tidak ada tatapan sinis, tidak ada wajah marah, tidak ada suara bentakan dari wanitanya—membuat Nerios semakin menggila.

Bibir ranum yang terlihat sangat menggoda itu membuat jari Nerios mengusapnya dengan lancang, ia menelan ludahnya kasar, menahan diri agar tidak menempelkan bibirnya di sana.

"Kamu memang tidak akan pernah bisa lari dariku, sayang!" ujarnya penuh kemenangan sambil berdiri.

Dengan perlahan Nerios mengangkat tubuh Camelia, menggendongnya secara bridal style. Itu mampu mengusik tidur wanitanya, terbukti dengan Camelia yang mengusakkan wajahnya di dada Nerios, mencari kenyamanan.

Nerios mengeram rendah karena tindakan Camelia, matanya menatap wajah yang masih tertidur dengan damai dan mulut yang mengeluarkan dengkuran halus. "Wanita nakal."

Ia melangkah keluar tanpa kesulitan sedikit pun. Berat badan Camelia tidak membuatnya merasa keberatan, bukan karena tubuh Camelia yang kurus, tapi karena kekuatan tubuh Nerios. Sebab, tubuh Camelia adalah idealnya tubuh seorang perempuan.

Pandangan mata pengunjung hotel tentu saja langsung mengarah pada Nerios yang berjalan sambil menggendong Camelia di lorong. Sedangkan para petugas hotel hanya membungkuk kecil saat berpas-pasan dengannya. Mereka semua tau siapa Nerios, kedudukannya jauh di atas Tuan Muda mereka.

Mobil masih terparkir tidak jauh dari lobby, Rayhan pun masih menunggu di luar, hingga saat Nerios sudah sampai, dia langsung membuka pintu penumpang agar Nerios bisa menetakan Camelia di sana.

Nerios menidurkan tubuh Camelia di kursi, lalu dirinya pun ikut duduk di sana, menjadikan pahanya sebagai bantalan Camelia.

"Dia emang tidur atau kau habis melakukan sesuatu?" tanya Rayhan penasaran saat dia sudah duduk di kursi pengemudi.

"Tidur," jawab Nerios dengan singkat.

Rayhan langsung melajukan mobilnya tanpa membalas lagi ucapan Nerios, wajah Nerios terlihat tidak bersahabat, jadi dia memilih untuk diam.

...———...

Camelia berdiri di sudut ruangan, tatapannya bergetar melihat Nerios yang duduk santai di pinggir kasur sambil menatapnya dengan dingin.

Saat terbangun, waktu sudah malam hari. Camelia berpikir Nerios tidak bisa menemukannya hingga ia tersenyum bahagia. Tapi saat pintu terbuka dan muncul orang yang ia hindari, semua kebahagiaan itu sirna begitu saja.

Mata Camelia menelusuri setiap sudut kamar, dan ternyata ia kembali lagi ke kamar yang ada di rumah milik Nerios. Begitu sepenuhnya sadar, ia langsung beranjak, lari ke sudut ruangan.

"Bagaimana Camelia?" tanya Nerios sambil bersedekap dada. "Apakah sekarang kau sadar bahwa sampai kapan pun kau tidak akan pernah bisa pergi dariku?"

"Kenapa?" lirih Camelia, matanya berkaca-kaca saat membalas tatapan mata yang dingin itu. "Kenapa kau jadi seperti ini Nerios? Kenapa kau memperlakukan aku seperti seorang tahanan?" cecarnya dengan suara yang bergetar.

Camelia mencengkram erat celana yang ia kenakan, menahan diri agar tidak menangis di depan Nerios, itu hanya akan membuat dirinya terlihat lemah.

"Aku tidak pernah memperlakukanmu seperti seorang tahanan, kau sendiri yang membuatnya menjadi seperti itu." balas Nerios dengan tenang, walau hatinya sudah sangat geram ingin membentak Camelia.

"Tidak pernah apanya?! Kau menjadikan aku jaminan, jika kau lupa!" jerit Camelia. Ia tau bahwa dirinya dengan suka rela menjadi jaminan agar keluarganya selamat, tapi Nerios-lah yang membuat jaminan 'manusia.'

"Aku bilang kau akan ku perlakukan seperti seorang kekasih, tapi kau menolak dan terus membangkang, jadi jangan salahkan aku jika aku bertindak secara kasar."

Nerios benar-benar tidak mau melukai wanitanya, tapi sikap Camelia yang selalu menolak dirinya, membangkang, bahkan berani melarikan diri—membuat hasrat di dalam dirinya semakin besar. Hasrat ingin mengurung Camelia agar selalu di sisinya.

"K–kau g*la!" Camelia menunjuk Nerios dengan tangan yang bergetar. "Siapa yang mau menjadi kekasih dari pria yang g*la sepertimu? Tidak ada, Nerios! Tidak akan pernah ada!"

Nerios berdesis tajam, Camelia dengan mulut kotornya memang sangat menyebalkan. Ia bangkit dari duduknya, membuat Camelia bergerak mundur padahal tubuhnya sudah mentok pada tembok.

"Kau sudah tau aku g*ila ..." Nerios mengukung Camelia di antara tubuhnya dan tembok di belakang wanita itu. "Tapi mengapa kau bertindak nekat yang bisa membuatku semakin g*la? Itu semua dapat membuatku semakin ingin mengurungmu, sayang ..."

Plak!

Tamparan keras melayang pada wajah Nerios bersamaan dengan air mata Camelia luruh begitu saja. "Aku tidak sudi dipanggil sayang olehmu! Kau memang orang g*la yang seharusnya masuk ke dalam rumah sakit jiwa!" ucapnya penuh penekanan.

"Camelia!" bentak Nerios.

Wajahnya tidak sakit karena tamparan itu, tapi hatinya berdenyut nyeri karena ucapan Camelia. Wanita itu baru saja menyamai dirinya dengan orang yang tidak memiliki kewarasan.

"Apa?! Aku berkata kebenarannya!" balas Camelia dengan suara yang lantang.

"Kau memang harus dihukum!" Mata Nerios menggelap, dengan gerakan cepat ia menahan kedua tangan Camelia di atas kepala.

Wajah Nerios maju semakin dekat, membuat Camelia berontak keras dan berteriak histeris.

"Lepaskan aku b*jing*n!" Camelia berteriak dengan air mata yang mengalir deras.

Tapi Nerios tidak peduli, satu tangannya menahan kedua tangan Camelia, tubuhnya menjepit tubuh wanita itu, dan tangan satunya lagi menahan wajah Camelia agar tetap menghadapnya.

Nerios langsung menyatukan bibirnya dengan bibir Camelia, melumatnya dengan kasar. Sedangkan Camelia terus menangis histeris, hatinya meraung-raung.

Nerios keterlaluan!

"Bunda ..." batinnya berbisik lirik.

Terima kasih karena sudah suka sama cerita aku dan nungguin aku untuk update

Terus dukung aku ya teman-teman!

Jangan lupa vote dan komen

Salam cinta, biebell

1
Satsuki Kitaoji
Gak nyangka bakal se-menggila ini sama cerita. Top markotop penulisnya!
Alucard
Baca sampe pagi gara-gara gak bisa lepas dari cerita ini. Suka banget!
MilitaryMan
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!