Bukan kita menginginkan lahir ke dunia ini. Bukan kita yang meminta untuk memiliki keadaan seperti ini.
Sudah bertahan begitu lama dan mencoba terus untuk bangkit dan pada kenyataannya semua tidak berpihak kepada kita?
Aira yang harus menjalani kehidupannya, drama dalam hidup yang sangat banyak terjadi dan sering bertanya siapa sebenarnya produser atas dirinya yang menciptakan skenario yang begitu menakutkan ini.
Lemah dan dan sangat membutuhkan tempat, membutuhkan seseorang yang memeluk dan menguatkannya?
Bagaimana Aira mampu menjalani semua ini? bagaimana Aira bisa bertahan dan apakah dia tidak akan menyerah?
Lalu apakah pria yang berada di dekatnya datang kepadanya adalah pria yang tulus yang dia inginkan?
Mari ikutin novelnya.
Jangan lupa follow akun Ig saya Ainuncefenis dan dapatkan kabar yang banyak akun Instagram saya.
Terima kasih.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Perhatian
Arfandi yang memasuki kamarnya dan langsung duduk di pinggir ranjang. Arfandi yang membuka kancing lengan kemejanya dan kemudian. Arfandi yang membuka laci yang mengambil bingkai yang tampak tertutup dan ternyata bingkai itu berisi foto Aira semasa SMA.
Gadis remaja yang memiliki tubuh memiliki tampak cantik sekali dengan gaya 2 jari sebagai andalan yang didekatkan di dekat kepalanya. Aira benar-benar sangat cantik semasa SMA sampai saat ini juga dia tetap cantik.
Arfandi tersenyum melihat foto itu. Jika tidak memiliki perasaan kepada Aira tidak mungkin foto itu tersimpan begitu sangat rapi, bahkan senyumnya begitu indah saat melihat foto itu.
Ternyata bukan hanya foto-foto saja dan ada foto berikut. Ternyata foto Aira bersama Arfandi di dalam satu bingkai. Foto itu terlihat bukan real yang sengaja berfoto berdua tetapi terlihat foto itu digunting yang mungkin saja foto Arfandi dan Aira disatukan.
Senyum-senyum di wajahnya sudah memperlihatkan, bahwa dia benar-benar sangat mengagumi wanita yang dekat belakangan ini dengannya tanpa melihat Aira sekarang seperti apa.
Sementara Aira yang baru selesai mandi yang duduk di bangku kerjanya. Aira membuka 1 buku diary dan di dalamnya terdapat 1 foto yang ternyata foto masa SMA Aira yang berfoto ramai-ramai dan air hanya memiliki satu foto itu untuk disimpan dan mungkin ini baru dia lihat setengah sekian lama.
Tujuan mata Aira yang pertama melihat Arfandi, Aira bahkan menyentuh wajah Arfandi. Aira mengingat dulu dia memang sangat dekat sekali dengan Arfandi dan bukan hanya Arfandi saja, bahkan dengan anak-anak cowok yang ada di kelasnya.
Mungkin karena Aira anaknya jutek, diam dan tidak suka mengurusi orang lain yang membuat 8 orang laki-laki di dalam kelasnya itu dekat dengannya dan sering mengobrol dengannya bahkan sering curhat padanya.
Entahlah para laki-laki itu suka berbagi cerita pada Aira yang mungkin mendapatkan solusi dan sementara mungkin jika cerita pada teman wanita yang lain yang mungkin ditanggapi dengan cara yang berbeda.
"Iya, mungkin jika pada saat itu aku juga mendapatkan hal seperti kalian yang pasti hubungan kita tidak akan menjadi seperti ini. Tapi tidak ada yang perlu ditinggalkan dan aku juga tidak perlu menyalahkan siapa-siapa," ucapnya dengan wajah yang tampak sendu.
Aira jika mengingat masa sekolah yang mungkin sangat berat baginya, ada hal yang belum bisa dia terima begitu saja, tetapi justru masih berusaha untuk melupakan segalanya.
Aira membuang nafas perlahan kedepan dan menutup buku diary nya yang kembali memasukkan kedalam laci.
**
Aira yang tampak buru-buru ke luar dari rumahnya dan bahkan sampai kunci rumah itu jatuh.
"Astaga pakai jatuh segala, sudah tahu orang mau buru-buru. Bisa telat ini! kenapa hari ini aku bisa kesiangan bangun," ucapnya dengan kesal yang mau tidak mau langsung buru-buru.
Setelah menyelesaikan semua itu yang akhirnya Aira buru-buru menuruni anak tangga dan bahkan tidak peduli sampai kakinya yang ingin sakit. Tetapi lari yang sangat kencang itu langsung berhenti ketika tiba-tiba saja ada mobil dan Arfandi yang berdiri di depan mobil tersebut.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Aira.
"Mau ngapain lagi. Kalau bukan untuk menjemput kamu," ucap Arfandi.
"Siapa yang menyuruh di jemput. Aku padahal tidak minta di jemput," jawab Aira heran.
"Memang harus di suruh," sahut Arfandi.
"Kamu itu terlalu rajin Arfandi. Rumah kamu dengan tempat ku tinggal itu sangat bertolak belakang dan kecuali satu arah," ucap Aira.
"Sudah jangan cerewet ayo masuk!" ucap Arfandi. Aira menghela nafas, karena sudah hampir terlambat apa yang harus di kata dia lebih baik ikut.
Akhirnya mereka berdua memasuki mobil dan Arfandi yang juga langsung menyetir.
"Nih!" Arfandi tiba-tiba yang memberikan kotak bekal kepada Aira.
"Apa ini?" tanya Aira.
"Melihat kamu seperti ini sudah dapat dipastikan kalau kamu pasti belum sarapan. Jadi sarapan lah!" tebak Arfandi.
"Sok tahu!" jawab Aira.
"Bukan sok tahu, tapi kenyataan," sahut Arfandi.
"Ayo cepat ambil. Bukan malah bengong!" ucap Arfandi yang membuat Aira menghela nafas dan mengambilnya.
Aira membuka kotak bekal tersebut yang berisi mie goreng dan lengkap dengan telor mata sapi setengah matang. Aira tersenyum yang tidak mengatakan apa-apa.
"Jangan hanya di senyumi saja. Ayo cepat makan!" ucap Arfandi.
"Iya-iya," sahut Aira
Arfandi yang menyetir dan Aira yang sudah mulai menikmati sarapan yang sangat lezat itu.
"Hmmm, masakan Tante Sulastri ternyata tidak pernah berubah," ucap Aira tampak senang.
Arfandi merespon dengan tersenyum merespon kata-kata Aira.
"Kamu beruntung sekali setiap pagi di masakkan oleh Mama kamu," ucap Aira.
"Kamu juga bisa di masakkan oleh Mama kamu jika kamu tinggal satu rumah dan sementara kamu tidak tinggal satu rumah dengan Mama kamu. Jadi tidak ada yang memperhatikan kamu," ucap Arfandi.
"Apa aku terlihat sangat kurang mendapatkan perhatian?" tanyanya dengan dahi mengkerut.
"Aira ketika kita memilih untuk tinggal sendiri. Kita akan punya kesibukan sendiri dan akan melupakan prioritas untuk diri kita. Aku juga adalah orang yang sangat sibuk dan ketika aku memilih untuk tinggal di rumah sendiri. Aku akan mengulur waktu untuk diriku, dari hal makan dan yang lainnya. Tetapi karena ada Mama, jadi Mama akan ada di setiap saat mengingatkanku," ucap Arfandi.
"Iya-iya," jawab Aira dengan menghela nafas yang penting baginya makan.
"Makanya kalau masih punya orang tua itu tinggallah bersama mereka. Jangan sok mandiri. Aku saja pria tidak ingin tinggal sendiri kecuali sudah menikah," sahut Arfandi.
"Beda aku dan kamu," jawabnya yang pasti tidak mau kalah.
"Iya-iya deh," sahut Arfandi.
"Hmmmm, nanti malam aku akan menjemputmu," ucap Arfandi membuat Aira mengerutkan dahi.
"Untuk apa?" tanya Aira.
"Bukankah nanti malam ada acara perayaan ulang tahun perusahaan yang bertepatan dengan anniversary Mama dan Papa. Papa aku juga baru balik dari Luar Negeri. Jadi sekalian aku kenalkan, walau kamu sudah kenal, tapi kamu belum bertemu kembali," ucap Arfandi.
"Acara Perusahaan. Bukannya kamu mengatakan acara-acara seperti itu ujung-ujungnya akan ada hal negatifnya?" tanya Aira
"Ini acaraku dan jelas tidak ada hal negatifnya," jawab Arfandi.
"Ya, tapi tetap saja aku malas," sahut Aira yang to the point.
"Kamu harus datang Aira. Aku akan menjemputmu!" tegas Arfandi.
"Acaranya juga akan berlangsung tanpa kehadiranku," sahut Aira.
"Acara tidak akan berlanjut jika kamu tidak hadir," ucap Arfandi yang membuat Aira mengerutkan dahi.
"Kenapa gitu?" tanya Aira.
"Makanya jangan banyak tanya dan tidak ada protes. Nanti malam aku akan menjemputmu!" tegas Arfandi yang membuat Aira menghela nafas
Permintaan Arfandi lagi-lagi sepertinya tidak bisa dia tolak. Apa yang bisa di lakukan Aira lagi.
"Jam 8, kamu harus siap-siap. Aku tunggu!" ucap Arfandi.
"Aku padahal tidak mengatakan iya atau tidak," sahut Aira.
"Tidak ada alasan selain menuruti apa yang aku katakan," ucap Arfandi dan lagi-lagi Aira tidak bisa mengatakan apapun itu.
Dia benar-benar bingung sekarang harus bertindak seperti apa.
Arfandi yang bahkan tidak bicara lagi yang melanjutkan menyetir dan Aira juga lanjut makan yang memang makanan itu sangat nikmat
Bersambung....
semoga sj afandi mau membantu mia
insyaallah aku mampir baca novel barumu thor
itu arfandi ada apa ya ga keluar dari kantornya apa dia sibuk di dlm apa sakit, bikin penasaran aj
jarang2 kan aira bisa sedekat itu sama arfandi biasanya dia selalu menjauh...
tapi arfandi lebih menyukai aira,,,
setelah ini aira bisa tegas dalam berbicara apalagi lawannya si natalie... dan jangan terlalu insecure ... semua butuh proses