NovelToon NovelToon
The Secret Of Possessive Man

The Secret Of Possessive Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:981
Nilai: 5
Nama Author: Citveyy

Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.

Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.

Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 24 Berubahnya Mami lena

Devan tak siap bertemu dengan Vanya entah kenapa. Mungkin karena dirinya yang akan mengungkapkan perasaanya besok jadi dia deg-degan duluan.

Ingin sekali tadi ia langsung menghampiri cewek itu tapi tubuhnya berkata lain.

"Devan!"

Devan terjingkat kaget menoleh sedikit kebelakang dan melihat Vanya yang berlari menuju padanya.

"Anjing!" Gemas Devan mempercepat jalannya. Ia kira kedua sahabatnya kunyutnya itu bisa mengendalikan Vanya untuk hari ini tapi kayaknya mereka berdua tidak bisa diajak bekerja sama.

"Devan tunggu!"

"Gue gak bisa temuin lo hari ini. Maafin gue."

Devan sudah sampai dimotornya. Ia memakai helmnya cepat-cepat kemudian menjalankan motornya pergi dari fakultas.

"Maafin gue."

Vanya berlari sekuat tenaga saat melihat Devan yang mulai menaiki motornya. Ia harus menemui Devan karena cowok itu terlihat mengkhawatirkan. Devan itu tidak suka bercerita soal sakitnya makanya Vanya khawatir sekarang.

"Dev---- aw!"

Vanya terjatuh, orang-orang yang ada disana mulai mendekat pada Vanya.

"Sakit banget," Vanya ingin menangis saat ini juga. Lutut dan telapak tangannya berdarah sekarang. Ia melihat orang-orang mulai mendekatinya. Malu sekaligus sakit.

"Lo gak papa?" Tanya salah satu dari mereka.

Vanya menggeleng sebagai jawaban. Ia berusaha berdiri walau lututnya terasa kaku.

"Ikut gue."

"Ha?" Beo Vanya saat melihat siapa orang yang ada dihadapannya.

"Ayo."

Vanya mengikuti Vegas yang berjalan beriringan padanya. Vegas tak memapahnya seperti laki-laki yang sering ia lihat jika melihat seorang gadis sedang ada masalah. Tak apa, walaupun Vegas hanya berjalan disampingnya dengan wajah dingin, Vanya tetap senang karena Vegas menolongnya.

"Duduk sini." Suruh Vegas kemudian berjalan entah kemana.

Vanya duduk sendirian di taman menunggu Vegas kembali. Ia menatap kedua tangan dan lututnya yang berdarah. Gara-gara mengejar Devan ia jadi seperti ini. Memang Devan sebenarnya kenapa sih. Curiga ia sama cowok itu.

"Sini tangan lo."

Vanya kaget karena keberadaan Vegas yang tiba-tiba datang. Ia mengulurkan kedua tangannya dan diobati dengan telaten oleh Vegas. Vanya yang melihatnya hanya tersenyum-senyum. Ia dan Vegas memamerkan adegan drakor yang selalu ia tonton.

"Aww!" Vanya bagun dari khayalannya karena luka di lututnya yang di obati oleh Vegas.

"Tahan dikit."

Sumpah lututnya sakit banget. Vegas kayaknya punya dendam pribadi deh sama dia karena ngobatinya gak pelan-pelan.

"Sudah."

"Makasih kak."

"Hm," Vegas membersihkan obat yang ia ambil di fakultas. Ia rasa tugasnya membantu adik kelasnya sudah selesai.

"Kak," Vanya menahan Vegas yang ingin beranjak.

Vegas mengangkat alisnya membuat Vanya gelagapan. Ia ingin mengucapkan kata terima kasih lagi tapi tidak hanya dua kata seperti tadi. Ia ingin basa basi sedikit.

"Kak Vegas sekali lagi makasih banyak sudah bantuin gue. Gue...bisa minta tolong lagi bisa?"

"Bodoh lo Vanya, kenapa lo malah minta bantuan lagi. Malu-maluin banget jadi cewek."

"Apa?"

"Bisa bantu telfonin Noah atau Miko. Soalnya gue gak punya kuota kak hehe."

"Lo itu pintar Vanya ngapain lo lakuin hal bodoh ini lagi!"

"Kenapa bukan Devan?"

"Ha?" Tanya Vanya tak mengerti.

Vegas menghela nafas kasar. "Kenapa lo gak nyuruh gue telfon Devan?"

"Oh itu... Devan sudah pergi kak tadi. Gara-gara ngejar dia gue jadi kayak gini. Kata Noah sama Miko dia sakit parah makanya dia pengen cepat pulang."

Vegas tersenyum miring. Yang benar saja Devan sakit parah. Di kelas gabungan tadi aja cowok itu terlihat baik-baik saja. Malah ia tak sengaja mendengar kalau Devan rencananya mau mengungkapkan perasaanya pada Vanya. Mungkin itu masalahnya.

"Bodoh."

"Ha?"

"Lo di bohongi sama mereka."

"Maksudnya?" Vanya benar-benar tak mengerti.

"Belajar peka dulu baru lo tahu permainan mereka."

Setelah mengatakan itu Vegas pergi dari sana meninggalkan Vanya yang kebingungan.

"Maksudnya kak Vegas apaan ya?"

•••

Devan membungkus seluruh tubuhnya didalam selimut. Sejak pulang dari kampus tadi otaknya selalu terbayang-bayangi oleh Vanya. Ia membayangkan bagaimana jika nanti Vanya menolaknya setelah itu menamparnya seperti cerita Maminya waktu menonton Film. Devan tak bisa membayangkannya jika seperti itu.

"Vanya selama ini gue suka sama lo." Gumam Devan berlatih mengungkapkan perasaanya.

"Anjing!"

Devan membuka selimut yang membungkus tubuhnya. Ia berteriak gusar karena pusing memikirkan cara mengungkapkan perasaanya besok.

Devan bangun dari tidurnya karena sepertinya ia membutuhkan asupan minum. Ia mengambil susu ultra kesukaannya dan meminumnya.

"Segarnya."

"Gue langsung tembak aja kali ya gak usah basa basi. Tapi kalau direncanakan kayak gini pasti besoknya gue lupa sama rencana gue."

"Ah....pusing gue."

"Tunggu."

Terdengar suara seseorang yang memencet tombol Apartemennya. Sial, pasti itu Vanya karena itu tak mungkin kedua sahabatnya karena mereka berdua sedang menyiapkan tempat dimana Devan akan mengungkapkan perasaanya.

Devan berlari kembali memasuki kamarnya dan membungkus tubuhnya dengan selimut. Sumpah demi apapun jantungnya semakin berpacu.

Ceklek

"Anjing."

Devan mengumpat dalam hati. Aroma Vanya semakin menguar di kamarnya. Dirinya semakin bingung harus melakukan apa disaat orang yang membuatnya uring-uringan ada di hadapannya.

"Mami sama Papi kapan pulang!" Pekik Devan dalam hati. Mami dan Papinya juga belum-belum pulang dari Mall menemani Devin.

"Dev."

Duh suaranya itu loh. Bikin Devan pipis. Terdengar lebay memang tapi Devan tak berbohong.

"Kata Noah sama Miko lo sakit parah. Kita kerumah sakit ya sekarang."

Devan merasakan Vanya mengusap kepalanya. Bukannya meleleh, dirinya malah semakin ingin pipis.

"Dev lo keringatan astaga!"

"Buka dulu Dev selimutnya."

Bola mata Devan melebar saat Vanya seperti ingin membuka selimutnya. Secepat kilat Devan langsung memegang erat selimutnya supaya Vanya tak bisa membukanya.

"Dev lo kenapa kayak gitu, buka dulu selimutnya," Suara Vanya semakin panik saat Devan mengeratkan selimutnya. Dirinya semakin percaya kalau Devan sakit parah.

"Dev astaga!"

"Anjing pengap banget. Mana gue mau pipis. Please monyet lo pergi dulu."ucap Devan dalam hati.

"Dev hiks, buka!"

Loh-loh Vanya menangis? Devan melebarkan telinganya dan benar saja suara isakan Vanya semakin terdengar. Devan cepat-cepat membuka selimutnya dan langsung di suguhi wajah Vanya yang sembab.

"Dev----"

Belum sempat Vanya menyelesaikan ucapannya, Devan sudah berlari terbirit-birit masuk ke kamar mandi. Vanya yang melihat itu langsung turun dari kasur dengan jalan yang tertatih-tatih karena lututnya masih terasa perih.

"Dev! Lo kenapa?"

"Gue pipis!"

"Oh....cepatan ya!"

"Hmm."

•••

Vanya langsung menghamburkan ke pelukan Devan setelah cowok itu sudah duduk di sofa ruang tengah. Vanya tadi menunggu Devan di depan kamar mandi sekitar setengah jam, tapi cowok itu belum keluar-keluar juga. Jadi akhirnya Vanya memilih menunggu di ruang tengah saja karena kata Devan ia ingin mandi.

"Lo sakit apa?"

"Gak sakit apa-apa."

"Loh kok suaranya beda? Kayak....." Vanya berfikir panjang karena menurutnya ada sesuatu yang beda dari sahabatnya ini.

"Apa? Gak usah ngada-ngada deh loh."

"Iyaya tapi lo gak sakit kan? Jantungnya aman kan? Atau otaknya?" Tanya Vanya bertubi-tubi memegang dada Devan setelah itu memegang kepala Devan. Tak tahukah Vanya kalau aksinya itu semakin membuat Devan panas dingin.

"Apaansih lo!"

"Tapi lo memang gak papa kan?" Tanya Vanya lagi khawatir. Karena Devan itu suka sekali menyembunyikan jika ia sedang sakit.

"Enggak Vanya."

"Syukurlah."

Vanya kembali memeluk Devan yang dibalas cowok itu. Walaupun keadaan jantung Devan masih diatas rata-rata tapi menolak pelukan Vanya itu sebuah kesalahan.

"Kencang banget suaranya."

"Acuin aja."

"Kenapa?"

"Ya karena artinya gue itu masih hidup. Kalau gak berdebar gue mati dong."

"Oh iyayaya."

Vanya tertawa diikuti Devan. Mereka berdua melepaskan pelukan mereka saat mendengar suara orang yang membuka pintu.

"Yuhu Mami sama Papi pulang!" Pekik Lena namun pekikannya terhenti saat melihat keberadaan Vanya duduk disamping Putranya.

"Mami!" Teriak Devin langsung berlari memeluk Vanya.

"Aww!" Vanya meringis karena Devin tak sengaja menyentuh lututnya.

"Ini kenapa?" Tanya Devan baru sadar kalau ternyata lutut Vanya terluka.

"Jatuh tadi pas lari ikutin lo."

Devan menghela nafas kasar. Ia jadi merasa bersalah kalau kayak gini.

"Sudah di obatin?"

"Iya kak Vegas yang obatin."

Devan terdiam sejenak setelah itu mengangguk paham. Ia tidak boleh cemburu disaat seperti ini. Justru ia harus berterima kasih pada Vegas karena sudah menolong Vanya.

"Kaki Mami kenapa?"

"Gak papa sayang. Kaki kakak cuma luka sedikit."

Lena yang melihat semuanya berjalan mendekat. Ia tahu kalau Devan sedang menahan cemburu makanya kali ini ia akan membuat kebahagiaan putranya sendiri.

"Lebih baik kamu pulang saja Vanya. Istirahat, kan kaki kamu sakit."

Michel yang mendengar ucapan istrinya memandang istrinya dengan tatapan tak percaya. Ia kira Lena tak akan terang-terangan memperlihatkan sikapnya yang sudah tidak rescpect pada Vanya namun sekarang lihatlah.

"Mami," Tegur Devan pelan.

"Gak baik anak gadis pulang malam-malam. Pak Adi sudah ada di bawah Mami lihat."

Vanya hanya menampilkan wajah plonganya. Ia tidak tahu sama sekali maksud dari Lena.

"Dev anak Ibu Indah katanya mau kuliah disini. Bu Indah berpesan tolong bantu anaknya beradaptasi selama disini."

"Mi, Please," Devan memasang wajah memohonnya.

"Vanya gue anterin ya sekarang, ayo."

Vanya berdiri saja karena jujur ia tidak tahu maksud dari semua ini.

"Mami lupa, tolong jemput anak Bu Indah di bandara setelah kamu anterin Vanya dibawah."

"Mami!"

1
Istiy Ana
Perempuan tuh butuh kepastian Dev, lebih baik nyatakan ke Vanya apapun yg terjadi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!