Aku Shella, seorang gadis yang masih duduk dibangku sekolah Menengah Atas.
Berawal dari penolakan ibu dan saudariku yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dariku, membuatku berubah menjadi gadis yang tidak memiliki hati dan pendendam.
Aku juga bertekad ingin merampas apa yang dimiliki oleh saudariku.
Aku bahkan tidak mengeluarkan air mataku saat ibuku dinyatakan meninggal dunia.
Hingga terungkapnya sebuah rahasia yang begitu mengguncang kewarasan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Cinta
kupandangi ponsel rahasia yang diberikan pria itu padaku sambil duduk memandangi langit malam. Sebuah notifikasi tiba-tiba muncul membuat kenyamanan ku teralihkan.
Kapan kau ada waktu, paman ingin bicara...
Pesan pertama, aku masih membaca dan tak membalas nya sama sekali.
Aku adalah pamanmu, percaya padaku...
Ada sesuatu yang membuat pertemuan kita harus menjadi rahasia...
Aku hanya bisa menghela nafasku pelan. Aku tidak berniat untuk menemuinya, karena aku tidak ingin gegabah dalam pergerakanku.
Hari ini adalah hari kepulangan Ayah, aku segera menyembunyikan ponsel itu kembali sebelum Ayah menyadari nya.
Aku akan meminta maaf setelah semuanya jelas, namun tidak untuk saat ini. Aku juga harus menyelidiki siapa pria yang menjadi selingkuhan ibuku.
Tak lama aku melamun memandangi langit malam, Ayah benar-benar muncul. Kali ini tidak ada luka seperti kemarin.
Aku bernafas lega, sambil memandangi wajahnya yang masih sangat tampan walau usianya sudah tidak muda lagi.
Kapan Ayah pensiun,,?
Pertanyaan itu sudah menjadi pertanyaan favoritku saat bertemu dengan Ayah. Aku selalu takut jika terjadi sesuatu yang buruk dengan Ayahku.
Masih lama, setelah kasus Ibumu selesai. Mungkin Ayah akan mempertimbangkan untuk istirahat.
Aku hanya tersenyum mendengar penuturan Ayah yang tidak konsisten. Menurut ku Ayah sangat lucu saat menjawab pertanyaan ku dengan jawaban yang berubah-ubah.
Rasanya seperti sedang berhadapan dengan musuh, penuh dengan taktik. Membuatku semakin yakin akan memantapkan cita-cita ku menjadi seorang detektif.
Dua minggu lagi, pernikahan kakakmu Maurice akan diadakan...
Aku terkejut, tapi mencoba tetap tenang walau jantungku ingin melompat dari tempatnya. Rasa tidak rela kembali menyelimuti hatiku, namun apakah mungkin aku dapat mencegah semua itu?
Aku tidak yakin. Banyak hal yang tidak kuyakini, terutama Maurice. Namun aku lebih tidak yakin dengan diriku sendiri yang tak mampu menyuarakan isi hatiku.
Mengapa Ayah sangat yakin menyerahkan Maurice pada keluarga bibi Anggie,,,
Dia memiliki kekasih nya sendiri Dad,,,
Aku mencoba menggoyahkan keputusan Ayah ditengah waktu dan tanggal pernikahan yang telah ditetapkan.
Karena Ayah tidak yakin dengan kekasihnya itu, makanya Ayah mempercayakan Rangga untuk menjaganya..
Nyes,, darah yang mengalir di nadiku rasanya teramat dingin setelah mendengar betapa pedulinya Ayah pada Maurice.
Aku tidak paham, apakah aku yang tidak tahu diri atau memang Ayah yang sangat menyayangi Maurice.
Namun dimataku, semua yang dilakukan Ayah selalu lebih mengutamakan Maurice. Ayah hanya mengatakan sebuah kalimat yang mungkin dianggapnya sebagai kalimat penenang untukku.
Ayah selalu ada di samping mu, sedangkan saudarimu berada jauh dari kita...
Aku hanya bisa menatap getir pada Ayah, karena aku tidak bisa menyangkal atau pun membenarkan perkataannya.
Bukankah itu pilihannya,,,?
Mengapa aku yang harus bertanggung jawab untuk kenyamanan seorang Maurice..?
Pertanyaan-pertanyaan itu bergejolak didalam kepalaku, keberuntungan siapa yang sedang dicuri oleh Maurice, sehingga ia selalu dikhawatirkan dan disukai oleh semua orang.
***
Pagi harinya, aku pergi sendiri kesekolah dengan menaiki bus. Tidak ada lagi ketakutan yang bersarang didalam dadaku.
Sendirian memandangi jalanan sambil mendengarkan musik sudah menjadi hobiku akhir-akhir ini.
Saat sedang asyik menikmati pemandangan bunga-bunga dijalan yang sedang bermekaran, pandangan mataku teralihkan pada sebuah mobil sport yang dikendarai oleh seseorang yang tidak asing bagiku.
Raymond, si anak baru di kelasku, ia membuka kaca mobilnya dan memandang ku sesekali sambil tersenyum. Aku menatap lebih lekat lagi, mungkin ia sedang menyapa orang lain yang ada di bus ini.
Namun tidak ada yang menoleh ke arah pria itu, hingga bus berhenti dihalte dekat sekolah. Dan pria itu masih setia berada disamping bus yang ku tumpangi.
Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum tipis. Ini sangat lucu, seorang lelaki sepertinya ingin membangunkan seekor beruang yang sedang berhibernasi.
Aku segera turun dan berjalan tanpa peduli pada pria yang mengikuti ku tepat dibelakangku. Bahkan kini tak lagi dibelakangku, namun sudah berada tepat disampingku, mengikuti langkah kakiku.
Sepertinya aku melewati daerah rumahmu,,.
Bukankah kita bisa pergi dan pulang bersama.?
Aku berhenti dan menoleh padanya.
Kau bicara denganku,? tanya ku sambil menunjuk pada diriku sendiri.
Yes,, hanya ada kau disamping ku saat ini..
Maaf, aku lebih menyukai bus.
Aku mempercepat langkahku, namun tetap saja kaki panjangnya mampu menyusulku. Sepertinya aku tidak dibiarkan untuk tenang barang sejenak, ada saja yang membuat ku merasa kelelahan.
Beruntung sekali Ella segera bergabung dan mengambil tempat tepat ditengah antara aku dan Raymond.
Ella sibuk menarik-narik tanganku dan membawaku menjauh dari Raymond. Ia juga memarahiku yang dekat-dekat dengan orang yang jelas-jelas memiliki hubungan dekat dengan Irene.
Kau tidak trauma saat Irene membuangmu kejurang waktu itu,,?
Mengapa masih tidak mengerti juga,,,?
Aku hanya diam memandangi Ella yang ketakutan setengah mati, sedangkan aku hanya melipat tanganku didadaku.
Aku harus menghadapi nya jika perlu.. jawabku menambah kepanikan diwajah Ella.
Jangan bercanda Shell,!!
Aku tertawa terbahak-bahak, ia yang mendekati ku, bukan aku. Lantas mengapa harus bersembunyi seolah merasa takut,?
Irene tidak akan berani lagi berkutik, rahasia nya ada ditanganku.
Memang benar kata orang-orang, jangan terlalu senang dulu, karena kita tidak tahu apa saja yang menanti didepan kita.
Setibanya dikelas, Irene sudah duduk tepat dibangku ku. Ia menghancurkan buku-buku yang ada dilaciku hingga tak berbentuk.
Kebetulan kelas masih sepi, tidak ada Raymond dan yang lainnya. Ingin ku balas namun aku masih teringat penyiksaan brutal yang mereka lakukan padaku.
Alhasil aku harus mengganti sejumlah kerugian yang dilakukan oleh si Irene gila. Kekasihnya yang ber main-main, namun aku yang kena getahnya.
Aku hanya mampu memasang wajah dongkolku, ingin membalas namun tak bisa. Jika kudiamkan, rasanya api didalam jantungku membara hebat.
Kau yakin dia kekasihmu,,?
Akhirnya kalimat itu lolos juga dari bibir mungilku. Membuat Ella kembali melayangkan cubitan maut pada pinggang ku.
Hah,! Apa katamu,,,? ? ?
Irene ingin menarik rambutku namun dengan cepat Raymond datang menghentikan nya. Laki-laki itu segera menariknya pergi keluar kelas.
Aku duduk sambil mengelus-elus pinggang ku yang masih sedikit sakit. Tak kusangka Ella akan memperlakukan aku seperti ini. Sungguh menyakitkan.
***
Ditaman sekolah, Raymond melepaskan pegangan tangannya dari Irene. Ia berkacak pinggang menghadap Irene yang juga memandangnya.
Orang tua kita memang berhubungan baik, namun kau tahu kan kalau kau tidak berhak mengurusi urusan pribadiku.?
Irene yang berada didepan nnya hanya mampu memasang wajah terkejutnya.
Kau tahu perasaanku padamu sejak kecil, orang tua kita juga menjodohkan kita Ray..
Tapi aku tidak mencintai mu.. Elak Raymond.
Mengapa,,? Kurang apa aku,?
Aku hanya menganggapmu sahabat ku sejak kecil, sampai saat ini juga akan tetap sama.. jawab Raymond mematahkan harapan yang selama ini dibangun oleh Irene.
.
.
.
Next...