"Ahh indah sekali ciptaan mu tuhan, bahkan selain senja, suara deburan ombak saja membuat hatiku tenang."-
"Hmm mulai sekarang aku juga suka ombak."-
"Benarkah? apa karena ombak juga menenangkan mu? "-
"Tidak juga, karena aku suka apa yang kamu suka saja."-
"Kalau begitu, Aku akan suka semua yang kamu suka deh, kamu suka apa?"-
"Aku suka kamu."-
"Ohh kalau begitu aku akan menyukai diriku sendiri."-
"Dasar nih cowo gak peka-peka."-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amari Antares, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepucuk Surat.
"Dhilan, Mamah kamu di mana!?" tanya Kinaan pada putranya itu, yang masih saja sibuk memakan kue.
"Sedang dalam perjalanan pulang." jawabnya dengan muka datar. 😑
"Papah ke kamar dulu." Kinaan pun menaiki lift, sepertinya ia sudah tak sanggup menaiki tangga setelah berjalan seharian di mall dengan Delvin.
"Oh iya, kalau Papah sudah pulang, berarti bang Vin juga sudah dong." batin Dhilan, ia berniat mengatakan terimakasih tapi dia masih gengsi🤣
"Susulin jangan ya." Dhilan tampak berpikir sejenak, tapi....ya mau gimana lagi, ia harus berterimakasih walaupun dia masih kesal dengan abangnya itu.
Dhilan pun segera merobek secarik kertas dan menuliskan sesuatu, ia berniat menyelipkannya di bawah pintu kamar Delvin.
"Sip, dah beres." ia membentangkan kertas tersebut dan berlari menuju anak tangga.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Taro sini." Dhilan pun hendak menyelipkan kertasnya, tapi saat ia berjongkok ia mendengar sesuatu dalam kamar abangnya itu.
"Suara apa tuh." batinnya, ia pun menempelkan daun telinga di pintu, dan terdengar suara Delvin yang mual di dalam kamar mandi.
"Bang Vin sakit... eh kenapa gue peduli sih." gumam Dhilan, saat hendak beranjak dari jongkok nya tiba-tiba pintu kamar pun terbuka.
"Astagfirullah..." Dhilan pun langsung terjungkal ke belakang karena merasa terkejut bukan main.
Delvin yang berdiri di ambang pintu pun bingung, tapi saat ia melihat ke bawah ada sebuah kertas kecil yang tergeletak.
Delvin pun merunduk dan mengambilnya, sebelum dapat membuka surat tersebut, Delvin melihat Dhilan sudah lari terbirit-birit menuruni tangga.
Merasa penasaran, Delvin pun membuka isi surat tersebut.
SURAT
Lo beliin gue kue? Iya, banyak banget! Sampai gue mikir, jangan-jangan lo mau nyuap gue biar gue diem aja hehehe... becanda, Bang! (tapi serius juga sih, kalo lo mau nyuap gue pake kue, gue terima kok. Kue Nastar ya, Bang!).
Oke, serius sekarang. Makasih banyak ya, kue-kuenya enak banget! Gue udah makan hampir setengahnya tapi separuh nya lagi gue bagiin kok. Ampun deh, perut gue kayak mau meledak. Rasanya? Enak banget, sampai gue lupa sebentar kalo lo itu kadang menyebalkan. Kadang, ya, Bang, bukan selalu! (Eh, kok jadi curhat?).
Lo emang abang terbaik se dunia, (meskipun cerewet, dan agak pelit, tapi masih tetap sayang kok).
Sekali lagi, makasih banyak, Bang! Muah! (ciuman dari adik lo yang super duper ganteng). Wlee🤪
Dari,
(Dhilan Alfarez) .
Setelah membaca surat pemberian Dhilan, Delvin langsung terduduk menyandarkan di pintu sambil memegangi perutnya yang keram akibat tertawa. Benar-benar adiknya ini selalu ada saja gebrakannya.
"Eh bang ngapain di situ." tanya Meina ketika baru saja beberapa langkah keluar kamar, ia melihat Delvin terduduk tak berdaya.
"Gak kok, tadi ada yang lucu aja." Delvin pun segera beranjak dan membenarkan bajunya yang terlipat.
"Kamu mau ke mana rapih gitu!?" tanya Delvin.
"Mau pergi lah bang." jawab Meina.
"Abang sakit?" tanya Meina spontan
"Gak apa-apa, udah pergi sana tapi pulangnya jangan malam iya." balas Delvin.
"Beneran gak kenapa-napa, sakit kah? periksa ke dokter atuh." ujar Meina.
"Gak pa-pa, cape doang." sahut Delvin sambil membalikkan badan adiknya itu "Udah pergi aja."
"Iya bang. Jaga kesehatan loh." Meina pun segera berlalu.
-
-
-
Jangan lupa like dan kritikannya Guyyss💙💙 🤟