Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota metropolitan, adalah seorang pemuda yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan bullying. Setiap hari di kampusnya, ia menjadi sasaran ejekan teman-teman sekampusnya, terutama karena penampilannya yang sederhana dan latar belakang keluarganya yang kurang mampu. Namun, segalanya berubah ketika sebuah insiden tragis hampir merenggut nyawanya. Dikeroyok oleh seorang mahasiswa kaya yang cemburu pada kedekatannya dengan seorang gadis cantik, Calvin Alfarizi Pratama terpaksa menghadapi kegelapan yang mengancam hidupnya. Dalam keadaan putus asa, Calvin menerima tawaran misterius dari sebuah sistem Cashback yang memberinya kekuatan untuk mengubah hidupnya. Sistem ini memiliki berbagai level, mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi, di mana setiap level memberikan Calvin kemampuan dan kekayaan yang semakin besar. Apakah Calvin akan membalas Dendam pada mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayya story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Strategi Balasan Harsono
Di tengah malam yang sunyi, gedung perkantoran Sentosa Corporation masih dipenuhi aktivitas. Di dalam ruang rapat utama, Harsono Sentosa duduk dengan ekspresi dingin. Di hadapannya, beberapa eksekutif senior perusahaan sedang memberikan laporan mengenai kekacauan yang terjadi dalam bisnis mereka.
"Kita mengalami keterlambatan distribusi di tiga proyek besar, dan beberapa investor mulai menarik dana mereka," kata salah satu direktur dengan nada cemas.
Harsono mengetuk-ngetukkan jarinya di meja, matanya tajam menatap layar proyektor yang menampilkan grafik keuangan mereka yang mulai menurun.
"Ini bukan kebetulan," katanya dingin. "Calvin Alfarizi sedang mencoba menggoyahkan kita."
Seorang pria berkacamata, asisten pribadinya, mengangguk. "Kami sudah mengkonfirmasi bahwa sebagian besar investor yang mundur telah bergabung dengan Alfarizi Group."
Harsono tersenyum tipis, lalu menyesap anggur merahnya. "Bagus. Jika bocah itu ingin bermain, kita akan bermain lebih keras."
Harsono bukan orang yang hanya duduk diam saat bisnisnya diserang. Dia telah menguasai dunia bisnis selama puluhan tahun dan memiliki banyak koneksi, termasuk di dalam pemerintahan, dunia hukum, bahkan di dunia gelap.
Serangan Hukum
"Kita akan menyerang Alfarizi Group dari sisi hukum," ujar Harsono.
"Siapkan gugatan terhadap mereka. Cari celah hukum di setiap kontrak dan transaksi mereka."
Beberapa pengacara terbaiknya langsung bergerak, mencari celah untuk menekan Calvin dari sisi legalitas. Mereka mulai mengajukan tuntutan terkait dugaan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Serangan Media
Harsono tahu betapa pentingnya citra di dunia bisnis. Ia segera menghubungi beberapa media besar yang selama ini memiliki hubungan baik dengannya.
"Saya ingin Alfarizi Group muncul di berita utama, tapi dengan narasi negatif," perintahnya.
Dalam hitungan hari, berbagai artikel mulai bermunculan di media. Tuduhan tentang strategi bisnis agresif dan taktik kotor Alfarizi Group mulai tersebar. Nama Calvin mulai diperbincangkan secara luas, sebagian orang mulai meragukan keabsahan kesuksesannya.
3.Gangguan Operasional
Harsono juga bergerak di balik layar untuk menghambat operasional bisnis Calvin. Ia menggunakan koneksinya di sektor perbankan untuk menunda pencairan dana yang dibutuhkan Alfarizi Group. Bahkan beberapa supplier mulai menerima tekanan untuk tidak bekerja sama dengan perusahaan Calvin.
"Pastikan dia merasakan betapa sulitnya berbisnis di negeri ini tanpa perlindungan," katanya.
Di sisi lain, di Kantor Alfarizi Group, Calvin sedang mengadakan rapat darurat bersama tim intinya.
"Laporan terbaru, Bos. Mereka sudah mulai bergerak," ujar Aldo sambil menyerahkan berkas kepada Calvin.
Calvin membaca cepat laporan tersebut, matanya sedikit menyipit. "Mereka menggunakan cara-cara klasik. Serangan hukum, media, dan tekanan operasional."
Lara menambahkan, "Berita-berita negatif tentang kita mulai menyebar. Banyak yang mulai mempertanyakan metode bisnis kita. Ini bisa memengaruhi kepercayaan investor."
Calvin tersenyum tipis. "Harsono memang lawan yang cerdas. Tapi kita tidak akan diam saja."
Menghadapi Gugatan Hukum
"Kita punya pengacara terbaik, bukan?" tanya Calvin.
Aldo mengangguk. "Benar, Bos. Tapi kita juga bisa melawan dengan cara lain."
Calvin berpikir sejenak.
"Baik, kita tidak hanya bertahan. Cari celah dalam bisnis Sentosa Corporation. Jika mereka ingin menyerang kita lewat jalur hukum, kita serang balik dengan gugatan yang lebih kuat."
Lara tersenyum. "Aku akan menghubungi tim investigasi. Aku yakin Sentosa Corporation tidak bersih."
Mengendalikan Opini Publik
"Aldo, siapkan strategi untuk membalikkan opini publik," kata Calvin.
"Kita bisa menggunakan media sosial, influencer, dan membuat press release yang menunjukkan bagaimana kita membangun bisnis dengan cara yang bersih," Aldo memberi usul.
Calvin mengangguk. "Dan jangan lupa, kita buat Harsono terlihat seperti sosok kapitalis serakah yang menindas pengusaha muda."
Mengamankan Operasional
"Kita harus memastikan bisnis kita tetap berjalan," ujar Calvin.
"Aku sudah menghubungi beberapa supplier cadangan. Mereka siap bekerja sama dengan kita, meski dengan harga sedikit lebih tinggi," kata Lara.
"Bagus. Dan satu hal lagi," Calvin menatap Aldo, "Siapkan rencana jika mereka mulai menggunakan cara di luar bisnis."
Aldo mengangkat alisnya. "Maksud Bos...?"
"Jika mereka mulai bermain kotor, seperti ancaman atau tindakan fisik, kita harus siap. Aku tidak mau kejadian seperti ini hanya selesai di meja rapat."
Aldo tersenyum. "Mengerti, Bos. Aku akan siapkan tim keamanan."
Dalam waktu satu minggu, pertempuran bisnis antara Alfarizi Group dan Sentosa Corporation semakin memanas. Gugatan hukum muncul dari kedua belah pihak. Media terus memberitakan kontroversi mereka. Dan di balik layar, strategi-strategi bisnis licik terus dimainkan.
Di kantornya, Calvin duduk sambil menatap layar berita yang menampilkan fotonya dan Harsono Sentosa berdampingan dengan judul:
"Perang Bisnis Besar: Calvin Alfarizi Tantang Taipan Lama?"
Dia tersenyum tipis. "Baiklah, Harsono. Mari kita lihat siapa yang akan bertahan lebih lama."
Di ruang rapat mewah Sentosa Corporation, Harsono duduk dengan ekspresi dingin. Ia menatap laporan terbaru yang menunjukkan bagaimana Calvin masih bisa bertahan dari serangan awalnya.
"Kita sudah menjatuhkan beberapa tuduhan hukum, tapi bocah itu masih bisa bertahan," ujar salah satu eksekutifnya.
Harsono mengetuk meja dengan jari. "Dia punya tim hukum yang solid. Tapi itu tidak cukup."
"Kami juga sudah menekan beberapa supplier dan mitra perbankan mereka," tambah asistennya. "Beberapa mulai mempertimbangkan untuk menarik diri dari Alfarizi Group."
Harsono tersenyum tipis. "Bagus, tapi itu belum cukup untuk menjatuhkannya. Kita perlu langkah yang lebih drastis."
Dia lalu menatap pria bertubuh besar yang duduk di pojok ruangan. "Bagaimana dengan rencana B?"
Pria itu, seorang eksekutor bayaran bernama Aron, tersenyum dingin. "Kami sudah mengatur beberapa ‘kecelakaan bisnis’. Beberapa gudang dan aset milik Alfarizi Group akan mengalami masalah teknis dalam beberapa hari ke depan."
Harsono mengangguk puas. "Pastikan terlihat seperti kecelakaan. Jangan tinggalkan jejak."
Aron tertawa kecil. "Jangan khawatir. Saya sudah menangani banyak kasus seperti ini."
"Bagus," Harsono berkata sambil menyesap anggur merahnya. "Sekarang, mari kita lihat bagaimana Calvin menanggapi ini."
Di Kantor Alfarizi Group, Calvin duduk bersama timnya. Wajah mereka terlihat serius saat Aldo meletakkan beberapa berkas di meja.
"Bos, ada indikasi bahwa Sentosa Corporation mulai menggunakan cara-cara kotor," ujar Aldo.
Calvin menyipitkan matanya. "Apa maksudmu?"
"Ada laporan bahwa beberapa gudang dan kantor kita mengalami gangguan listrik yang mencurigakan. Bahkan salah satu kendaraan logistik kita hampir mengalami kecelakaan karena rem yang tiba-tiba tidak berfungsi."
Calvin mengepalkan tangannya. "Mereka mulai bermain kotor."
Lara, yang selama ini lebih banyak mengurus media dan opini publik, menghela napas. "Jika ini benar, mereka bisa saja menyabotase bisnis kita secara fisik. Kita harus bersiap menghadapi skenario terburuk."
Calvin mengangguk. "Aldo, tingkatkan keamanan di semua aset kita. Jangan biarkan mereka dengan mudah menghancurkan kerja keras kita."
Meningkatkan Keamanan
Aldo segera menghubungi beberapa perusahaan keamanan swasta. Dia juga merekrut mantan anggota militer untuk menjaga gudang dan aset penting lainnya.
"Kita juga bisa memasang sistem pengawasan tambahan," tambah Aldo. "Setiap pergerakan mencurigakan harus segera dilaporkan."
Calvin setuju. "Kita tidak hanya bertahan. Aku ingin kita juga menyusun rencana untuk menyerang balik."
Mencari Bukti Sabotase
Calvin memutuskan untuk menggunakan koneksi yang ia miliki untuk mengumpulkan bukti bahwa Sentosa Corporation berada di balik sabotase ini.
"Lara, aku ingin kamu bekerja sama dengan tim investigasi kita. Cari bukti bahwa mereka yang bertanggung jawab atas semua kecelakaan ini."
Lara mengangguk. "Aku akan menghubungi beberapa orang di media. Jika kita bisa membuktikan bahwa mereka melakukan sabotase, itu bisa menghancurkan reputasi mereka."
Menyusun Strategi Balasan
Calvin tersenyum tipis. "Jika mereka ingin bermain kotor, kita akan memberi mereka kejutan."
Dia lalu menatap Aldo. "Cari tahu aset paling berharga dari Sentosa Corporation. Kita buat mereka merasakan apa yang kita rasakan."
Aldo tersenyum. "Aku sudah menyiapkan beberapa skenario. Kita bisa mengincar bisnis ekspor mereka atau menggoyahkan kepercayaan investor mereka."
"Bagus," Calvin berkata. "Mulai dari sekarang, kita tidak hanya bertahan. Kita mulai menyerang."
Dalam beberapa hari berikutnya, perang bisnis antara Calvin dan Harsono semakin brutal.
- Keamanan di aset Alfarizi Group diperketat, dan beberapa upaya sabotase berhasil digagalkan.
- Tim investigasi Calvin menemukan bukti bahwa orang-orang Harsono berada di balik beberapa insiden yang terjadi.
- Di media sosial, opini mulai berbalik. Alfarizi Group dianggap sebagai korban dari permainan kotor para konglomerat lama.
Di ruang kantornya, Calvin duduk dengan tenang, menatap laporan yang diberikan Lara.
"Harsono pasti tidak menyangka kita bisa bertahan sejauh ini," kata Lara.
Calvin tersenyum dingin. "Ini baru permulaan. Aku akan memastikan dia merasakan akibat dari semua perbuatannya."
Dia lalu berdiri dan menatap ke luar jendela.
"Harsono, kau telah memilih lawan yang salah."
(Jika kalian bertanya kenapa sistem tidak memberi peringatan,itu karena sistem ingin Calvin menggunakan kekuatan Yang nyata bukan dari sistem selalu)