Menikah bukanlah target seorang Loralei Nyx dalam waktu dekat. Tapi, pada kenyataannya, dia harus berakhir menjadi seorang istri juga.
Menyandang status sebagai pendamping CEO dari keluarga Dominique yang tersohor adalah impian banyak wanita. Namun, tidak bagi Loralei yang membenci suaminya sendiri, tak lain adalah bosnya.
Agathias Gemala Dominique. Pria galak yang selalu membuat hidup Loralei tidak tenang satu detik saja. Tiba-tiba memaksa untuk menikah dengannya tanpa memberikan pilihan, pertanda harus mau menjadi mempelai wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34
Agathias tidak mau ditinggal begitu saja. Harus tahu istrinya bertemu siapa sampai ia tak boleh melihat riwayat panggilan. Mencurigakan.
Pria itu begitu santainya berjalan menggandeng Loralei dengan tas wanita menyampir pada bahu. Berjalan gagah menuju lift dan membiarkan sang istri mencebikkan bibir menghadapi sisi keras kepalanya.
“Memangnya tidak malu kalau dilihat karyawanmu?” tanya Loralei sembari meminta lagi tasnya.
“Tidak, untuk apa?” Tapi Agathias menepis tangan sang wanita. Justru merangkul Loralei ketika pintu lift terbuka.
Masih kosong di dalamnya. Jadi, sepasang suami istri itu hanya berdua. Tapi, disetiap lantai berhenti terus, pasti ada karyawan yang mau masuk.
“Kenapa diam saja?! Mau masuk atau tidak?!” bentak Agathias ketika beberapa orang yang mengantri depan lift tak kunjung ke dalam.
Semua yang melihat bosnya pun menggeleng bersamaan. “Nanti saja, setelah ini, Tuan.” Mereka tentu saja takut pada CEO yang galak bukan main.
“Ck! Kalau tak mau naik lift, jangan kau pencet! Membuat waktuku terbuang saja.” Siapa lagi yang suka marah-marah kalau bukan si bos menyebalkan.
Loralei lekas menekan tombol supaya pintu tertutup kembali. Ia mencubit lengan suaminya dengan ukuran sangat kecil. “Kau membuat mereka takut, makanya tak mau masuk,” decaknya.
“Memangnya aku ini hantu yang harus ditakuti?” Agathias mendekatkan wajah tepat di depan mata sang istri supaya dilihat secara jelas. “Tampan begini?”
Loralei meraup muka pria itu dengan satu tangan. “Tampan kalau tak berperi kemanusiaan juga apa gunanya?” Lalu sedikit mendorong hingga bosnya sedikit terhuyung ke belakang.
Agathias menyandarkan punggung, memasukkan kedua tangan di saku dan terus menatap si cantik yang selalu mampu menyita perhatiannya. “Kalau kau, takut juga denganku?”
“Em ....” Loralei memutar bola mata seakan berpikir, dan berakhir melirik saja pada Agathias. “Kalau dulu iya, tapi sekarang tidak.”
Dan seringai mengerikan lagi-lagi hadir di wajah Agathias. “Oh, begitu, ya? Jadi, kau tak takut denganku?” Ia semakin mendekati wanita itu.
Loralei tentu saja segera mundur setiap kali kaki Agathias melangkah. Apa lagi tatapan yang menusuk itu membuatnya ngeri sendiri. “Ya, untuk apa takut? Lagi pula aku sudah biasa menghadapi bos menyebalkan.”
Tangan Agathias berhasil meraih pinggul Loralei. Menahan wanita itu supaya tak bergerak menghindar dan mendorong hingga punggung istrinya mendempel lift. Ia mendekatkan bibir di telinga, lalu berbisik, “Di sini hanya ada kita berdua, bagaimana kalau coba bermain dalam lift? Bukankah sangat seru?” Suaranya sengaja dibuat sensual.
Loralei sampai bergidik geli. Hembusan napas hangat menyapu dan menari di kulit leher. “Gila, bisa jadi gosip besar kalau dilihat karyawanmu.” Ia mencoba mendorong dada bidang suaminya, tapi sulit juga.
“Oh, bagus. Mereka mendapatkan tontonan gratis.” Agathias tertawa terbahak-bahak ketika melihat wajah Loralei melotot mendengar responnya.
“Suami sinting!” Loralei bergeleng kepala merutuki imajinasi pria itu yang terlampau liar.
“Kau baru saja memanggilku apa?” Agathias seakan tak percaya dengan apa yang didengar. Tumben sekali.
Namun, Loralei mengedikkan bahu, enggan mengulangi. “Sudah sampai.” Dia justru melenggang dahulu saat pintu lift terbuka.
Agathias lekas menyusul dengan bibir tersenyum. Padahal hanya dipanggil suami, sudah membuatnya seperti diakui oleh wanita itu. Ia pun melingkarkan telapak kekar di pinggul sang istri ketika berjalan.
“Tidak naik mobil?” tanya Agathias ketika Loralei justru melangkah ke arah jalanan.
“Aku hanya bertemu di coffee shop depan.” Loralei menunjuk sebuah ruko yang tak jauh dari perusahaan.
Agathias begitu menjaga istrinya. Ketika menyeberang, ia tidak membiarkan Loralei ada di bagian yang searah dengan lajunya kendaraan.
Mereka pun sampai juga di dalam lokasi tujuan. Agathias mengerutkan kening ketika ada seorang wanita yang amat dikenal tengah melambaikan tangan. “Annora?”
“Ya, aku mau bertemu dengannya.”
Waduh ... seketika feeling Agathias menjadi tak enak. Jangan sampai kembarannya mengatakan sesuatu yang membuat segala rencananya kacau.
panggil aja cloo
penulisan rapi
alur jelas
kocak abis...