Setelah diselingkuhi, Brisia membuat rencana nekat. Ia merencanakan balas dendam yaitu menjodohkan ibunya yang seorang janda, dengan ayah mantan pacarnya. Dengan kesadaran penuh, ia ingin menjadi saudara tiri untuk mengacaukan hidup Arron.
Semuanya berjalan mulus sampai Zion, kakak kandung Arron muncul dan membuat gadis itu jatuh cinta.
Di antara dendam dan hasrat yang tak seharusnya tumbuh, Brisia terjebak dalam cinta terlarang saat menjalankan misi balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ken Novia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermain cantik dibelakang Brisia
Dikamarnya, Brisia sedang belajar, tapi gadis itu dari tadi nggak bisa fokus. Seolah kepikiran terus sama obrolan dua orang yang entah siapa pas di toilet.
"Ar, Lo nggak mungkin kaya gitu kan? Gue resah banget beneran." Gumamnya sambil menggigit kuku.
"Gue telfon aja apa ya? Pengin tau dia lagi ngapain?"
Brisia mengambil ponselnya lalu menghubungi Arron, tapi cowok itu sedang berada dipanggilan lain.
"Lo telfonan sama siapa sih Ar? Tumben banget."
Dikamarnya Arron lagi telfonan sama Disa tentu saja cewek itu yang nelfon duluan. Tadi Brisia lagi belajar jari Arron nggak mau ganggu.
"Dis, kayaknya kita di sekolah harus hati-hati mulai sekarang. Gue beneran nggak mau ketahuan! Nanti kita yang dicap jelek!"
"Tapi Lo jangan mesra-mesraan terus sama Brisia dong Ar, gue cemburu banget beneran."
"Ya gimana dia pacar gue, nggak mungkin lah gue tiba-tiba dingin ke Brisia, hubungan kita baik-baik aja asal Lo tau."
"Ya udah." Jawabnya jutek.
"Kok gitu sih, kan udah sepakat. Lo sendiri yang mau sama gue."
"Iya-iya, tapi gue beneran beliin hadiah kaya Brie, jangan dia doang Ar, Lo harus adil."
"Iya, mau apa emangnya?"
"Mau gelang juga."
"Ya udah, tapi ada syaratnya!"
"Syarat apa?"
"Puasin gue dulu!"
"Dih, ketagihan ceritanya?" Balas Disa dengan suara manja.
"Mau nggak?"
"Gampang soal itu mah Ar, gue bisa ngasih buat Elo kapan aja. Brisia nggak bisa kan?"
"Jangan bahas dia Disa!"
"Iya-iya. Mau dimana emangnya? Dirumah Lo lagi?"
"Liat kondisi besok gimana."
"Ya udah. Eh gue matiin ya telfonnya Ar, gue lagi maskeran mau bilas dulu."
"Ya udah."
Arron menatap ponselnya ada satu panggilan tak terjawab dari Brisia. Buru-buru Arron menghubungi balik, takut ceweknya ngambek.
"Halo." Sapa Brisia di seberang sana, orangnya lagi uring-uringan dikasur.
"Sayang lagi ngapain? Maaf tadi lagi telfonan sama Papa."
"Papa kamu belum pulang?"
"Belum, lagi ketemu client katanya. Eh lagi ngapain tadi belum jawab?"
"Lagi tiduran aja, Aku lagi lemes."
"Kenapa kok dari siang lemes. Udah makan?"
"Belum, aku nggak laper Ar."
"Makan dong, jaga kesehatan Brie kita mau ujian."
"Iya nanti, aku beneran lagi nggak mood."
"Besok aku beliin coklat ya! Biar good mood hehe. Kamu gitu kalau mau dapet, pasti banyak yang dirasa."
"Gitu ya? Kayaknya emang iya."
"Ganti VC ya Brie, aku pengin liat wajah kamu!"
"Iya."
Panggilan itu sudah berubah jadi video call, wajah cantik Brisia terlihat dilayar ponselnya Arron.
"Cantik banget sih." Puji Arron.
"Gombal." Balas Brisia jutek.
"Beneran cantik, aku beruntung banget punya cewek secantik kamu."
"Pinter banget sih gombalnya!"
"Aku jujur Brie. Nggak lagi gombal."
"Iya percaya."
Arron tersenyum, mereka berdua ngobrol sampai Brisia ngantuk dan pamit tidur.
Setelah ngobrol sama Arron, seenggaknya perasaan Brisia sedikit lebih lega.
Esoknya Arron beneran bawa coklat buat Brisia, nggak tanggung-tanggung beliinnya lima buah.
"Nih biar nggak bete!" Arron menyodorkan plastik isi coklat almond kesukaan Brisia.
"Makasih." Brisia menerima coklat itu, lalu keduanya berjalan menuju kelas.
Hari-hari berlalu, Brisia nggak menemukan gelagat aneh dari Arron dan juga Disa. Mereka berdua bahkan nggak keliatan ngobrol sepatah katapun. Bikin Brisia jadi tenang menjalani hari, mungkin Arron sama Disa ngobrolin hal lain pas dibelakang gudang. Yang jelas Brisia nggak mau nuduh kalau belum ada bukti.
Hari sabtunya, Brisia sibuk membantu mamanya diwarung makan. Sementara Arron sedang menunggu Disa yang katanya mau nyamperin ke rumah.
Baguslah Arron nggak perlu repot-repot jemput, orangnya datang sendiri.
"Nggak ada orang Ar?" Tanya Disa pas udah dibukain pintu sama Arron.
"Lah gue apa bukan orang?"
Disa langsung ngakak, tumben Arron ngelawak.
"Bisa aja ngelawaknya!"
"Sini masuk!" Ajak Arron.
Disa mengikuti Arron ke kamarnya di lantai dua. Tanpa sungkan mereka berdua langsung masuk kamar.
Begitu pintu kamar ditutup, Disa langsung memeluk Arron dari belakang. Lalu tangannya dengan nakal mengelus parenya Arron seakan menggodanya.
Arron langsung tersenyum licik, dia suka Disa kalau lagi agresif begini.
Disa meremas parenya Arron dari luar celana, bikin jadi bereaksi itu pare didalam sana.
Arron balik badan dan langsung mendorong Disa sampai jatuh ke ranjang lalu mencium dengan agresif. Disa menyambut dengan senang hati, dia juga sedang ingin. Arron kan ganteng, bikin Disa tergila-gila.
Seperti sebelumnya, tangan Disa akan bergerak aktif menjelajahi tubuh Arron. Sekarang tangan itu menarik kaos Arron agar dilepas.
"Ar mau coba sesuatu nggak?" Tanya Disa genit.
"Apaan?"
"Lepas dulu celana Elo!"
Arron menurut, dia pasrah aja diapa-apain sama Disa, pengin tau sejauh mana kebolehannya.
Disa mengambil alih permainan, cewek itu memainkan pare milik Arron, bikin cowok itu merem melek.
"Oh shit! Lo pinter banget Dis." Ucap Arron sambil mengelus kepala Disa.
Disa tersenyum puas karna dipuji, dengan penuh semangat dia memberikan servis terbaik buat Arron biar lupa sama pacar kandungnya.
"Gue nggak tahan Dis."
"Gue belum keluar Ar, Lo harus bikin gue pelepasan dulu!"
Arron mengangguk, gantian dia memimpin biar Disa cepet keluar dan timunnya bisa masuk keranjang. Mereka berdua bahkan sudah sama-sama polos.
Disa melenguh menikmati pemanasan dari Arron, sampai akhirnya tubuhnya menggelinjang karna pelepasan.
Arron bersiap memasukkan pare berbulunya ke keranjang sayurnya Disa. Dengan sekali hentakan pare itu masuk sepenuhnya.
Arron terus bergerak, salah dia karna nyobain hal kaya gini berujung ketagihan.
"Arrrr..." Racau Disa kala parenya Arron terus bergerak keluar masuk.
"Nikmat banget Dis...."
"Cepetin dikit Ar!"
"Kaya gini?" Tanya Arron setelah mempercepat gerakannya.
"Yes baby..." Jawab Disa sambil meremas rambut Arron.
Berbagai gaya Disa ajarkan ke Arron, bikin cowok itu penasaran Disa belajar dari mana. Tapi bodo amat, dia nggak pengin cari tau siapa yang udah ngajarin Disa. Nggak papa lah dirinya jadi bahan praktek.
Dirumah makan mama Rosa, Brisia tengah sibuk membantu mengantarkan minum ke pelanggan yang sedang makan.
Papa Handi juga ada disana sendirian, udah dua kali Brisia ngeliat karna ke warungnya pas sabtu soang. Padahal hampir tiap hari papa Handi makan disana, karna emang lagi ada proyek pembangunan hotel dikomplek itu.
"Silahkan minumnya Om!" ucap Brisia ramah meletakkan teh tawar hangat dimeja.
"Sama-sama.Kamu anaknya yang punya warung?"
"Iya Om, kalau libur saya bantu-bantu Mama."
"Ooh, bagus malah bantuin orangtua."
"Iya Om, silahkan dilanjut makannya."
Papa Handi mengangguk dan melanjutkan makannya, sesekali melirik ke mama Rosa yang kini sedang ngobrol sama Brisia. Kaya gimana sih, seneng ngeliat anak sama orangtua akrab, sekalipun nyesek dia nggak bisa kaya gitu sama anaknya.
aron mah sesetia itu
kan kalo lagi sama kamu ingat disa
kalo lagi sama disa ingat kamu
😸😸😸