Anindita dipaksa menjalani pernikahan dengan seorang pria yang bernama Adam Dharmawan. Dan di malam pertamanya Anindita mendapati kenyataan bahwa suaminya sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku sudah menikahi wanita lain, sebelum menikah denganmu!" Perkataan itu yang terlontar di malam pertamanya.
Adam Darmawan adalah seorang pria yang baik namun terjebak di dalam sebuah pernikahan dengan dua wanita. Akankah pernikahan yang penuh dengan konflik berakhir bahagia atau sebaliknya?
Ig : mom_tree_17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24 Membulatkan Tekad
"Ya sudah, kau duduklah" ujar Adam pada Alya.
Setelah selesai makan malam, Alya langsung masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Adam seperti biasa akan kembali ke ruang kerjanya.
Anin yang dari tadi sore menangis seharian tidak terasa dirinya sampai tertidur, Anin pun terbangun karena rasa lapar yang mendera di perutnya.
"Jam berapa ini?" gumam Anin membuka ponselnya untuk melihat jam.
"Jam dua belas malam.... !" pekik Anin, dan segera keluar dari kamarnya untuk mencari makan.
Dengan berjalan perlahan Anin turun dari tangga menuju ruang makan.
"Apa sekarang kau sudah lapar?" tanya Adam menatap Anin yang turun dari anak tangga.
Anin yang mendengar ucapan Adam hanya terdiam, dan dengan cuek melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Anin membuka penutup makanan yang ada di meja makan, tapi sudah tidak ada apa-apa.
"Duduklah," ujar Adam yang sudah ada di belakangnya, membuat Anin langsung terkejut.
"Kau itu bisa tidak jangan mengagetkanku," pekik Anin masih dengan wajah kesalnya karena teringat dirinya yang sudah dibentak tadi sore oleh Mas Adam.
"Aku bilang duduklah," ujar Adam menarik tubuh anin untuk duduk.
Anin yang sudah duduk di kursi makan, menatap Mas Adam yang menuju dapur. Entah apa yang sedang di buat oleh Mas Adam, dan setelah lima menit. Mas Adam menuju ke tempat duduk dengan membawa mangkuk di tangannya.
"Makanlah.... !" ujar Adam menaruh mangkuk yang tadi dia bawa ke hadapan Anin.
"Ini untuk ku?" tanya Anin dengan tidak percaya, yang di jawab anggukan kepala oleh adam.
Anin melihat isi mangkuk tersebut, mie kuah dengan telur rebus membuat perutnya semakin berteriak karena kelaparan.
"Aku tidak mau," ujar Anin mendorong mangkuk itu kearah Adam.
"Makanlah... sebagai permintaan maaf ku karena tadi membentakmu," ujar Adam menyerahkan mangkuk berisi mie itu kepada Anin.
"Aku tidak selera makan, perutku kenyang." Anin pun hendak bangkit dari tempat duduknya, namun langsung ditahan dan ditarik kembali ketempat duduknya.
"Kau boleh marah, tapi isi perutmu itu agar tidak lapar. makanlah sekarang atau aku akan menyuapkannya langsung padamu," ujar Adam yang sudah mengambil sendok di dalam mangkuk tersebut.
"Aku bisa sendiri," seru Anin yang langsung mengambil mangkuk dan sendok dari tangan Mas Adam.
Adam pun terdiam melihat Anin yang asik makan di hadapannya.
"Kau jangan melihatku terus, nanti kau bisa jatuh cinta padaku." ujar Anin dengan asal.
Adam pun langsung tersenyum setelah mendengar perkataan Anin.
Sedangkan Anin yang untuk pertama kalinya melihat senyuman Mas Adam entah mengapa merasa ada ketenangan di hatinya. Dan tanpa sadar Anin terus menatap wajah Mas Adam yang ada di depannya.
"Kau pun jangan melihatku terus, apa kau mau jatuh cinta padaku?" ujar Adam masih dengan senyumannya.
Anin yang baru sadar dari hipnotis senyuman Mas Adam langsung membuang wajah nya kesembarang arah.
"Alya pasti sudah tidur?" tanya Anin melanjutkan makannya.
"Iya, memangnya kenapa?" tanya Adam.
"Karena kau ada di sini dan tengah menggodaku," ujar Anin. "Laki-laki playboy itu ya begitu, akan mencari mangsanya jika kekasih hati atau istrinya sedang tidak ada disampingnya," ucap Anin menyindir Mas Adam.
"Kau itu selalu suudzon terhadap orang, lagi pula aku tidak sedang menggodamu !" ucap Adam dengan menggelengkan kepalanya. "Habiskan makanmu.... !" seru Adam yang langsung bangkit dari kursinya, meninggalkan Anin yang kini seorang diri berada di ruang makan.
Anin yang kini seorang diri diruang makan, menatap pada sekitarnya yang terlihat sangat sepi dan sunyi. Entah mengapa tiba-tiba bulu kuduk Anin berdiri saat dirinya menyadari hari ini adalah malam jumat kliwon.
Dengan terburu-buru Anin pun menghabiskan mie nya dan setelah selesai langsung masuk kedalam kamarnya. Anin yang kekenyangan pun duduk di atas kursi kecil yang ada di kamarnya, Anin mengingat kembali kejadian tadi saat Mas adam membuatkan dirinya makan.
Anin merasa binggung dengan sifat Mas Adam yang terkadang baik dan terkadang bersifat terlalu keras padanya. Anin pun kembali memikirkan perkataan Mita dan juga perbuatan Alya tadi sore yang sudah membuat dirinya di bentak oleh Mas Adam.
"Baiklah Alya, karena kau yang memulainya. Aku pun akan ikut bermain dengan permainanmu, dan mengenai pernikahanku nantinya dengan Mas Adam. Aku tidak akan memikirnya dulu, yang harus aku pikirkan sekarang adalah membuat Mas Adam berpaling darimu," gumam Anin dengan mengepalkan kedua tangannya, tekadnya sudah bulat akan membalas semua perbuataan Alya padanya.
Lagi pula dirinya itu adalah istri sah Mas Adam yang sah di mata hukum dan agama, sedangkan Alya hanyalah istri sirih Mas Adam.
"Mulai besok kita akan memulai permainannya, aku atau dia yang akan menjadi pemenangnya! karena harus salah satu yang menjadi istri Mas Adam. Karena Anin tidak suka hidup berbagi suami, Jadi apa yang sudah seharusnya menjadi miliknya. Akan iya rebut kembali."
Keesokan harinya.
Karena tidur larut malam, Anin pun bangun kesiangan. Anin terbangun karena mendengar suara Alya yang menggedor pintu kamarnya.
Tanpa mempedulikan suara Alya yang memanggil dirinya, Anin pun langsung masuk kedalam toilet untuk segera mandi. Dan setelah selesai mandi dan berganti pakaian Anin mengambil tasnya dan memasukan bedak lipstik serta sisir kedalam tasnya, Anin bermaksud untuk berdandan di kantornya saja.
Anin pun dengan segera membuka pintunya dan melihat wajah Alya yang terlihat kesal.
"Kau itu dari dulu hanya bisa menyusahkan orang saja," gerutu Alya dengan wajah sinisnya menatap Anin dari atas sampai bawah yang tampak kacau.
Anin yang tidak menghiraukan perkataan Alya langsung berlari turun dari tangga dan melihat Mas Adam yang masih duduk di meja makan.
"Apa kau terburu-buru?" tanya Adam melihat Anin yang berlari menuju kulkas untuk mengambil air minum.
"Kau bisa lihatkan," jawab Anin dengan sekenanya.
"Aku akan mengantarmu agar tidak terlambat," ucap Adam yang sudah berdiri dari duduknya.
"Tidak perlu," jawab Anin dengan ketus dan menaruh gelasnya.
"Mas, kamu masih makan. Lanjutkan dulu makanmu," ucap Alya dengan memegang tangan Mas Adam.
Anin yang melihat pemandangan di depannya, kembali teringat akan tujuannya semalam.
"Adam... , eh maksudku Mas Adam aku mau diantar oleh mu," ujar Anin tersenyum pada Mas Adam.
Alya yang mendengar Anin memanggil Mas Adam dengan sebutan Mas, mulai terbakar emosinya. Apalagi Alya mendengar Anin ingin berangkat kerja bersama Mas Adam.
"Baiklah ayo kita berangkat," ujar Adam.
"Tapi Mas, makanmu?" ujar Alya berusaha menahan Mas Adam.
"Gampang nanti di kantor," ucap Adam yang langsung berjalan kearah pintu keluar.
"Bye... !" seru Anin melambaikan tangannya pada Alya dengan senyum kemenangan.
Sementara Alya yang emosi hanya bisa menghentakan kedua kakinya serta mengepalkan kedua tanganya.
krn pd dasarnya dia itu punya prinsip
jd tidak plin plan
ihhhj najongg