NovelToon NovelToon
Dewa Ninja Lima Element

Dewa Ninja Lima Element

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Igun 51p17

menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.

pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.

penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 12

Di dalam hutan yang sunyi dan diselimuti lebatnya pepohonan raksasa, lima pendekar berbaju hitam melesat dari satu dahan ke dahan pohon lain dengan gerakan yang lincah. Napas mereka terengah engah, tapi mata tetap tajam menatap tujuan.

Baru saja mereka menyelesaikan misi yang tidak pasti keberhasilannya, kini langkah mereka tergesa gesa untuk melaporkan hasil misi mereka kepada ketua mereka yang ada di perguruan.

Setelah beberapa menit meluncur di antara rerimbunan pepohonan, akhirnya mereka tiba di sebuah perguruan tersembunyi di dalam hutan, Perguruan Badai Perkasa, yang seolah menyatu dengan hutan lebat itu. Perguruan ini nyaris tidak dikenal, hanya sedikit yang tahu keberadaannya murid, guru, dan yang beniat bergabung saja yang boleh menapakkan kaki mereka di sana.

Setiap orang asing yang tersesat dan menemukan tempat ini, seolah terlilit jaring takdir yang sanagat mustahil bagi mereka untuk keluar dengan selamat. kecuali mereka bersedia menjadi bagian dari perguruan itu sendiri.

Huppp..

Lima orang pendekar mendarat kakinya tepat di depan gerbang masuk perguruan. Mereka berlalu begitu saja tanpa ada yang memperdulikan keberadaan dari penjaga gerbang yang sedang bertugas.

Lima pendekar melangkah masuk ke perguruan dengan langkah pasti, wajah mereka masih menyisakan kelelahan setelah misi yang baru mereka lakukan.

Saat sudah berada di dalam Perguraun Badai Perkasa. Kelimanya langsung berjalan menuju ruang pribadi ketua Perguruan Badai Neraka.

Tak lama kemudian, mereka sudah berada di dalam ruangan, di mana di dalamnya terdapat sati sosok lelaki tua yang tengah bersandar di kursi jati, matanya tajam menatap tanpa berkedip. Dialah Ki Saganda, sang ketua Perguruan Badai Perkasa. “Apakah kalian berhasil menghancurkan Perguruan Matahari? Dan... apakah kalian membawa benda yang aku inginkan?” tanyanya, nada suaranya serak ,menggantung di udara.

Lima pendekar itu saling bertatapan sesaat, rasa berat dan tegang jelas terpancar dari raut wajah mereka. Setelah hening sejenak, seorang di antara mereka mengangkat kepala, suara gemetar tapi mencoba memberanikan diri untuk bicara.

"Kami memang berhasil menghancurkan Perguruan Matahari, namun Rani Sartika yang merupakan menantu dari ketua perguruan itu. Berhasil membawa pergi benda tersebut bersama dengan bayinya" jawab salah satu pendekar dengan sedikit rasa takut di hatinya.

Mata Ki Saganda melotot tajam. Seolah menyimpan kemarahan atas apa yang ia dengar atas jawaban dari anak buahnya.

"Lalu mengapa kalian kembali?, seharusnya kalian mengejarnya. Aku yakin dia akan melarikan diri ke Perguruan Jaya Abadi" kata Ki Saganda dengan nada membentak.

Lima pendekar terkejut mendengar amarah yang meluap dari suara ketua mereka. Tubuh mereka seketika menegang, napas sedikit tersengal saat berusaha untuk menenangkan hati sang pemimpin.

"Maaf, Ketua," suara salah satu pendekar terdengar terbata bata, berusaha menjelaskan secepat mungkin.

"Kami sudah mengejarnya. Salah satu dari perguruan kita berhasil membunuh wanita itu, tapi sayangnya dia tewas di tangan seorang pemuda. Pemuda itu membawa bayi dan benda yang Ketua cari." kata salah satu pendekar menjelaskan situasinya.

Ki Saganda menatap mereka satu per satu, matanya yang tajam seolah menembus jiwa kelimanya. "Seorang pemuda?" gumamnya pelan, suaranya mengandung keraguan sekaligus rasa penasaran. Mereka mengangguk serempak, menyatakan kebenaran berita itu.

Ki Saganda terdiam, pikirannya berputar cepat menimbang langkah berikutnya dalam mangambil. Satu tindakan. Setelah beberapa saat kemudian, ia memecah kesunyian dengan suara yang tegas memberi perintah kepada lima pendekar yang menjadi anak buahnya itu

"Aku yakin jika pemuda itu akan menuju Perguruan Jaya Abadi di Kota Rasaujaya. Aku ingin kalian memburunya, kejar sebelum dia sampai di perguruan tersebut. Jika bertemu dengannya, ambil benda yang aku inginkan darinya." Wajahnya menegang, harapan dan ketegasan bercampur dalam tatapannya yang menusuk.

"Jangan lupa untuk membawa pendekar lain untuk membantu misi kalian" kata Saganda lagi.

Lima pendekar menganggukkan kepala mereka pelan, sebagai tanda kesiapan dalam menjalankan tugas dari Ki Saganda.

Lima pendekar keluar dari ruangan Ki Saganda. Lalu mengajak beberapa pendekar untuk ikut dalam misi mereka.

Hingga beberapa para pendekar setuju dan bergabung dengan mereka. Hingga pada saat ini, jumlah mereka yang andil dalam misi tersebut berjumlah dua puluh orang.

Dua puluh orang itu, melesat meninggalkan perguruan mereka yang tersembunyi di dalam hutan. menuju kota Rasaujaya untuk mencari seorang pemuda yang membawa bayi dan benda yang di inginkan oleh ketua mereka.

Di sisi lain.

Di balik rimbunnya daun dan cabang pohon yang terlihat seperti tangan tangan menahan langkah seseorang, Bayu Wirata melaju dengan napas terengah sembari membawa bayi mungil terikat rapi di dada agar tak jatuh.

Peluh menetes di keningnya, tapi matanya tetap waspada menembus redupnya hutan yang telah mengurungnya selama beberapa hari terakhir sebelum ia menemukan si bayi.

Tiba tiba, dari sela pepohonan, ia melihat bayangan bangunan tinggi menjulang. suatu tanda peradaban yang sudah ia rindukannya.

"Akhirnya, aku keluar juga dari dalam hutan ini," gumam Bayu dengan suara penuh lega.

Bayu Wirata mendarat kakinya di tanah kota yang berbeda dari segala yang pernah ia kenal.

"Apakah ini Kota Rasaujaya?" tanyanya lirih pada dirinya sendiri, mata yang lelah mencoba menangkap setiap detail yang terpampang.

Namun, nama kota itu tidak terlihat di sekitar pintu masuk kota.

Dengan langkah mantap dan rasa penasaran yang membuncah, Bayu memasuki kota yang belum pernah disinggahinya sebelumnya, berharap di sana dia akan menemukan Perguruan Jaya Abadi yang menjadi tujuannya.

Saat ini, bayu Wirata masih berada di pinggiran kota. Namun aktipitas dari warga yang ada di sana bisa di bilang cukup sibuk. Banyak sekali yang bekerja seperti layaknya di tengah tengah kota.

Krukkk..

Hingga tanpa sengaja perutnya sudah berbunyi. Sebagai tanda minta di isi.

"Sepertinya aku sudah lapar" gumam Bayu Wirata.

"Aku akan mencari warung makan terlebih dahulu." Gumamnya lagi sembari melangkahkan kakinya kedepan.

Beruntungnya pada saat itu, ada satu buah warung makan yang buka. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk memasuki tempat tersebut.

"Berikan aku sup jamur, dan satu botol susu" kata Bayu Wirata memesan makanannya kepada pemilik warung.

Bayu Wirata juga memesankan susu untuk bayi mungil dalam gendongannya. Setelah itu, ia mencari tempat duduk menunggu datangnya pesanan.

Beruntungnya masih ada beberapa kursi kosong yang tersedia di sana. Lalu pemuda itu memutuskan untuk duduk di sana.

Di dalam warung makan tersebut. Terdapat banyak orang orang yang sedang menikmati makan mereka. Terlihat beberapa dari mereka adalah kalangan para pendekar. Hal itu terlihat dari bilah pedang yang masing masing tergantung di punggung belakang atau juga terikat di pinggang mereka.

"Disini banyak pendekar" gumam Bayu Wirata menganggukkan kepalanya.

Hua.... hua...

Tiba tiba bayi mungil dalam gendongannya terbangun dari tidurnya. Ia menangis sejadi jadinya dengan cukup keras, hingga membuat para pengunjung yang ada di warung makan melihat ke arahnya dengan tatapan tajam.

"Suruh adikmu diam. Mengapa kau begitu bodoh membawa adik bayimu keluar rumah. Kemana orang tuamu?" Kata salah satu pendekar dengan nada membentak. Ia mengira jika bayi kecil itu adalah adik dari Bayu Wirata.

Pemuda yang bernama Bayu Wirata mendengar bentakan dari para pendekar tersebut. Namun ia tidak terlalu memperdulikannya.

Bayu Wirata yang belum pernah menenangkan bayi di buat kebingungan. Namun ia tetap mencoba berusaha untuk menenangkannya dengan cara membawanya berjalan mondar mandir di dekat meja makannya.

Tidak berapa lama kemudian, Satu wanita berusia dua puluh tahun menghampiri Bayu Wirata sambil membawa nampan yang berisi sup jamu beserta satu botol susu pesanan Bayu Wirata.

Wanita itu meletakkan pesanan Bayu Wirata di atas meja makan dengan hati hati.

"Pesananmu sudah sampai tuan muda" kata wanita itu yang ternyata adalah pelayan dari warung makan tersebut.

Wanita itu berdiri menatap Bayu Wirata yang tengah sibuk menenangkan bayi yang sedang menangis. Hingga pada akhirnya membuat wanita itu ingin membantunya.

"Tuan muda bisa menikmati makan tuan terlebih dahulu. aku bantu tuam muda untuk menenangkan adik tuan muda. Sepertinya dia sedang lapar" kata wanita itu menawarkan diri.

Bayu Wirata yang mendengar tawaran dari wanita di depannya. Lalu dengan cepat ia langsung menerimanya. Lagi pula ia sama sekali tidak ahli dalam menenangkan tangisan seorang bayi.

"Baiklah. Terima kasih" kata Bayu Wirata sembari melepaskan ikatan kain di tubuhnya. lalu memberikan bayi itu kepada wanita di depannya.

Wanita pelayan itu, sigap mengambil bayi di tangan Bayu Wirata. Lalu, saat sudah berada dalam gendonganya ia langsung mengambil botol susu yang di pesan oleh Bayu Wirata sebelumnya.

Wanita itu memberikan susu tersebut dengan penih kasih sayang, Layaknya seorang ibu. Tidak berapa lama kemudian, bayi itu langsung diam menikmati susu hangat yang baru saja masuk ke dalam mulutnya.

Bayu Wirata duduk di kursi yang sudah tersedia di sana. Lalu ia langsung menikmati makanan yang sudah ia pesan sebelumnya dengan lahap.

Akan tetapi, baru saja ia setengah menghabiskan makanannya. Wanita di depannya duduk di hadapannya sambil melemparkan senyum hangat.

"Apakah dia ini adikmu?" Tanya wanita itu.

"Iya.. dia adikku, aku sedang mengajaknya jalan jalan" jawab Bayu Wirata berbohong.

Pada saat itu, Bayu Wirata teringat dengan tujuannya datang kedalam kota tersebut. Hingga akhirnya ia mencoba untuk bertanya kepada wanita di depannya.

"Apakah ini Kota Rasaujaya" tanya Bayu Wirata sedikit berbisik. Namun masih dapat di dengar oleh wanita tersebut.

"Benar. Ini adalah Kota Rasaujaya. Tapi mengapa kau bertanya seperti itu?, apakah kau bukan penduduk kota ini?" Tanya wanita itu setelah menjawab pertanyaan Bayu Wirata.

Bayu Wirata sedikit lega setelah mengetahui jika kota itu adalah memang kota tujuannya. Namun, ia juga sedikit di buat kelagapan setelah mendengar pertanyaan dari wanita tersebut. Mau tidak mau, pemuda itu harus menjawab dengan apa adanya.

"Benar aku bukan dari kota ini, aku adalah pendatang dari kota luar" jawab Bayu Wirata.

"Pantas saja" sahut wanita itu.

Suasana hening menggantung di antara mereka dalam beberapa sesaat. hingga pada akhirnya, Bayu Wirata berbicara dengan suaranya yang lembut memecah keheningan.

"Apakah kau tahu di mana Perguruan Jaya Abadi?" Tanya Bayu Wirata.

Wanita itu menoleh, matanya seolah menyelidik, lalu menganggukkan kepala perlahan.

"Kau tinggal berjalan ke arah utara. Kalau beruntung, satu hari kau sudah sampai disana" jawabnya sambil senyum tipis mengembang di bibirnya.

Bayu menatap dalam dalam ke wajah wanita itu, sebelum akhirnya memastikan, "Aku memang berniat pergi ke sana."

Wanita itu melirik ke luar warung makan, pandangannya sejenak menatap langit yang mulai gelap.

"Saat ini, hari sudah menjelang malam. Lebih baik kau cari penginapan dulu, lalu kau bisa melanjutkan perjalanmu menuju Perguruan Jaya Abadi esok pagi." Kata wanita itu memberi saran.

Bayu Wirata ikut memandang keluar, menyesuaikan dengan suasana. Angin senja yang dingin mulai merayap, perlahan hari siang hampir berakhir berganti malam. Dia mengangguk mantap, menerima saran dari wanita itu.

"Baiklah.. aku akan mengikuti saranmu. Namun bisakah kau memberitahuku di mana tempat penginapan terdekat di sini?" Tanya Bayu Wirata sembari menyodorkan beberapa koin emas di atas meja.

Koin emas itu adalah sebagai bayaran dari makanan dan juga jasa wanita itu dalam menenangkan bayi yang sedang ia bawa.

Wanita itu menatap beberapa koin emas yang tergeletak di atas meja, matanya sesaat menyapu tiap keping berkilau yang di pantulkan oleh warna dari koin tersebut. Ia menggeleng pelan, wajahnya tenang namun tegas.

"Kau harus berjalan ke utara. Penginapan itu tak jauh dari sini, cuma sekitar satu jam jalan kaki," ujarnya sambil menunjuk arah dengan jari telunjuknya yang sedikit bergetar.

Tangan wanita itu kemudian menggapai tumpukan koin, hanya mengambil satu dan menyisakan sisanya begitu saja di meja.

"Koin emas ini terlalu banyak untuk sekadar bayar sup jamur dan sebotol susu. satu koin saja sudah cukup membayar semua pesananmu," katanya pelan, tanpa menatap Bayu Wirata.

Bayu Wirata menatap wanita itu, rasa kagum muncul dari cara dia hanya mengambil bagian yang pantas tanpa berlebih.

Perlahan ia mengangkat bayi kecil dari tangan wanita itu, memeluknya dekat dada dengan lembut. "Aku berikan koin ini untukmu, sebagai ucapan terima kasih sudah menenangkan tangis adikku," ucap Bayu Wirata sambil mengikatkan gendongan agar bayi itu aman dan nyaman di pelukannya.

Wanita itu diam mematung. Ia melihat beberapa koin emas tersebut di atas meja.

"Apakah koin emas ini benar benar kau berikan padaku?" Tanya wanita itu seolah tidak percaya.

"Benar... itu untukmu" jawab Bayu Wirata singkat.

Wanita itu menundukkan kepalanya tanda mengucapkan terima kasih. Sudah pasti jika ia juga mengucapkannya.

"Terima kasih" kata wanita itu sembari mengambil koin emas yang ada di atas meja tersebut.

Bayu Wirata mengangguk pelan, matanya seolah menyimpan beban yang sulit diungkapkan. Tanpa banyak bicara, dia melangkah keluar dari warung makan saat matahari mulai merunduk ke ufuk barat, langit perlahan berubah dari jingga menjadi gelap. Suasana sepi menyambutnya, pertanda hari sudah berganti malam.

Di sudut lain warung, dua pendekar yang duduk di dalam warung makan tersebut diam diam mendengar dan mengamati sosok Bayu Wirata sejak tadi, mata mereka mengikuti jejak Bayu dengan tajam saat pemuda itu keluar meninggalkan warung makan.

"Lihat, pendatang baru dari luar kota itu," bisik yang satu sambil menatap dingin.

"Sepertinya dia bakal jadi mangsa kita malam ini. Semoga saja ia membawa banyak koin emas," kata pendekar lain dengan senyum penuh niat buruk. "Kau benar, kita akan merampok pemuda itu. Pemuda itu pasti mudah kita jatuhkan," timpal rekannya, mata mereka menyala penuh ambisi.

Tidak lama kemudian, keduanya berdiri dan beranjak keluar dari warung makan, menyusul langkah Bayu Wirata yang belum sadar dirinya telah menjadi incaran dua pendekar.

1
nts 03
no komen yg jelas keren banget
nts 03
keren/Good//Good//Good//Good/
nts 03
keren
igun 51p17
berikan bintang lima kalian sebagai penyemangat saya dalam berkarya.
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
Claudia - creepy
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Zuzaki Noroga
Kece banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!