Niat hati menolong seorang wanita yang nyaris diperkosa, Rain justru diperlakukan layaknya sampah. Sebab setelah difitnah oleh para pelaku, Echa selaku wanita yang nyaris diperkosa juga membenarkan, bahwa justru Rain pelakunya.
Karena kenyataan tersebut juga, warga yang telanjur datang ke lokasi, langsung mengeroyok Rain. Rain yang nyaris meregang nyawa sengaja dibuang ke sungai berarus deras. Mereka yakin, dengan begitu Rain akan benar-benar mati. Hingga mereka tak perlu bertanggung jawab, apalagi berurusan dengan polisi.
Padahal, harusnya satu minggu lagi Rain menikah dengan Hasna. Malahan saat Rain mengalami kejadian tragis saja, keduanya baru saja meninjau lokasi resepsi pernikahan. Hanya saja, menghilangnya Rain tak membuat Hasna curiga. Terlebih selain tipikal periang, Rain yang berasal dari keluarga kaya raya juga terbiasa jail. Meski di hari pernikahan mereka, Hasna berakhir pingsan karena Rain tetap tak kunjung datang. Namun di tempat berbeda, Rain yang terluka parah akhirnya sadar. Rain dirawat di rumah seorang dukun dan ternyata merupakan orang tua angkat Echa. Masalahnya, Echa yang hamil di luar pernikahan mengaku dihamili Rain.
Satu-satunya yang ingin Rain lakukan hanyalah balas dendam. Rain sungguh langsung memulainya, dan menjadikan Echa sebagai target pertama sekaligus utama. Meski karena keputusan itu juga, sederet fakta mencengangkan membuat hidup Rain layaknya menaiki roller coaster.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24 : Misi Menyelamatkan Rain
“Aku pikir, fitnah akan menjadi hal paling menyakitkan dalam hidupku. Namun ternyata, menyaksikan orang yang aku sayangi justru histeris karena mengkhawatirkan aku, ... sumpah, aku hancur.”
“Daddy, ... padahal baru kemarin aku memohon agar Daddy selalu sehat. Namun kini, aku menjadi alasan Daddy kembali tak baik-baik saja.”
“Mommy ... sampai kapan pun, Mommy tetap mama terbaik. Bagaimana pun masa lalu Mommy, Mommy sungguh membuktikan ke dunia, bahwa hijrah yang Mommy jalani istiqomah!”
“Hasna ... kesayanganku, ... istriku. Enggak apa-apa, ya, untuk sementara, kita kembali pisah. Meski kita beneran masih pengantin baru, aku janji, semuanya akan baik-baik saja!”
Rain yang sibuk berbicara dalam hati, susah payah mencoba tegar. Ia yang duduk di apit polisi memang hanya diam. Namun, dari kedua sudut matanya, butiran bening terus berlinang. Rain tidak bisa untuk tidak menangis atas musibah yang kembali menyapanya, di awal pernikahan.
***
“Tersangka mengakui apa yang dituduhkan—” Polisi yang menangani kasu.s Rain menjelaskan.
“Mengakui dengan catatan, dia melakukan itu karena kejahatan pelaku yang sebelumnya. Kasusnya kan jelas, klien kami menolong Echa, yang saat itu entah sudah atau memang terbiasa dirud.apaksa. Buktinya, dia hamil. Meski ternyata, masalahnya makin melebar, melibatkan perdukunan dan jampi-jampi.” Mas Narendra tidak bisa untuk tidak emosional. Ia bahkan tak sanggup duduk dengan benar karena Rain sudah langsung ditahan.
“Iya,” ucap si polisi yang kemudian menghela napas dalam. Ia memang merasa dongkol kepala Narendra. Meski menghadapi sosok-sosok seperti Narendra yang membela tersangka sudah menjadi hal biasa. Tetap saja, ia harus pandai bersabar agar tidak bermasalah.
“Untuk kasu.s itu kan sudah beda, Pak. Sudah ada tersangk.a juga. Mereka yaitu warga yang melakukan pengero-yokan, selain dua tersang.ka yang membuang Rain ke sungai,” lanjut si polisi.
“Pertanyaannya, kenapa yang dua ini tidak ikut ditetapkan sebagai ter.sangka. Dan malah membuat laporan sendiri?” kesal Mas Narendra.
“Ya, memangnya masih perlu dijelaskan? Satu minggu keduanya dalam keadaan begitu. Keadaan mereka sangat mengenaskan, Mas. Bahkan mereka sampai lump.uh total. Sementara sebagai pengacara, harusnya Mas ini juga paham. Bahwa setiap orang memiliki hak yang sama di mata hukum!” balas polisinya.
Mas Narendra sampai tidak bisa berkata-kata. Kesabarannya sungguh tak tersisa. “Karena pernyataan Bapak begitu, baik Pak. Saya jelaskan alasan ini terjadi. Dari awal, Rain sengaja menolong Echa yang bahkan sudah nyaris sepenuhnya telan.jang! Sementara saat itu, Amir si anak juragan tanah dan memang paling disegani yang sudah menind.ih tubuh Echa di semak-semak kebun teh!”
“Sementara jika Bapak menanyakan alasan Rain sampai mengikat Amir dan Asep. Itu murni karena saat akan melarikan diri dari rumah dukun yang menyeka.p, Rain yang sengaja menyamar memakai gamis ....” Mas Narendra menjelaskan sejelas-jelasnya.
Sang polisi masih menyimak dengan sangat tenang. “Oke. Itu menurut keterangan dari Rain, kan? Masalahnya tidak ada yang membenarkan itu, Mas. Fitnah yang katanya dilakukan kepada Rain, sebenarnya juga tidak seperti yang Rain gembar-gemborkan.”
“Maksud Bapak bagaimana?” Suara mas Narendra sampai tertahan di tenggorokan. Ia benar-benar sulit percaya jika keadaan Rain sungguh dipersulit.
“Apakah ini karena efek pengaruh guna-guna dan ilmu hitam? Jadi, mereka kayak kesirep?” pikir mas Narendra yang benar-benar syok. Sebab menurut keterangan dari polisi, tidak ada yang membenarkan pengakuan Rain. Bahkan meski penyelidikan sudah berulang kali dilakukan. Semuanya kompak sebenarnya, awalnya Rain hanya salah paham.
“Echa, Amir, dan sederet samp.ah yang tergabung, dibikin jadi bersahabat baik? Lelucon macam apa ini. Semuanya sudah diubah, sementara di sana enggak ada CCTV!” batin Mas Narendra yang jadi kepikiran pesan Aqwa.
“Masa sih, beneran harus dapat dua cincin itu dulu, kasu.s ini jadi terang benderang? Masalahnya, ... bagaimana caranya agar kami bisa dapat cincin itu?” pikir mas Narendra tak memiliki celah untuk kembali memperjuangkan hak Rain. Bukti dari polisi yang baru saja dijabarkan, benar-benar memberatkan Rain.
***
Misi mendapatkan dua cincin pak Dartam, menjadi hal yang langsung dibahas dalam kebersamaan.
“Kalau urusannya sudah menyangkut ilmu hi.tam, sekelas mafia paling kejam pun angkat tangan,” komentar pak Syam.
“Kata siapa? Kalau Allah sudah berkehendak, enggak ada yang mustahil!” tepis pak Helios yang lagi-lagi kembali datang.
Tentu perkumpulan mereka demi bisa menyelesaikan kasu.s Rain secepatnya.
“Kencengin doanya. Jangan menyerah.” Kemudian, tatapan pak Helios juga tertuju kepada mas Narendra. “Kamu kalau lagi ke TKP juga wajib kencengin doa, Mas. Enggak menutup kemunginan, kamu juga akan dikirimi ilmu hit.am.”
Mendengar itu, Mas Narendra langsung kepikiran.
“Sebenarnya, menghadapi laki-laki hidung bel.ang seperti dukun ca.bul itu, lawannya cukup wanita cantik. Wanita cantik yang pandai memikat, tapi jago bela diri. Selain, agamanya yang wajib kuat!” ucap Hasna yang baru datang.
“Malam ini juga aku akan ke rumah dukun itu. Aku akan pura-pura menjadi calon pasien!” tegas Hasna yakin. “Dendam aku ... aku beneran enggak terima suamiku dibeginikan!” ucap Hasna.
“Kalau begitu, nanti Daddy jadi Umi kamu! Kita sama-sama bercadar biar enggak ketahuan!” ucap pak Ojan yang baru datang.
Ibu Rere yang mendorong kursi roda pak Ojan duduk, langsung setuju. “Iya. Begitu saja. Sementara yang lain, jaga-jaga dari kejauhan. Sambil kencengin doa juga.”
“Biar Papa ikut! Buat jaga-jaga. Nanti, Papa nyamar juga!” usul pak Syam yang juga langsung disetujui ibu Cinta.
“Iya, begitu saja. Mama lebih tenang kalau Papa ada di samping kalian!” ucap ibu Cinta masih memangku Aafreen yang sudah tidur di pangkuannya. Apalagi, kini memang sudah tengah malam.
“Kalau begitu, sekarang juga kalian berangkat. Perginya pakai motor biasa saja. Kalian wajib menyamar jadi orang susa.h. Irang susa.h yang sedang berusaha mencari berkah,” ucap pak Helios yang berdalih akan mengawal dari kejauhan.
“Tapi Besan Syam, ... nanti aku boncengnya di depan, ya. Takut diji.lat s.yetan! Duh, kita mau ke rumah dukun, otomatis banyak sy.etan ya di sana. Sudah sekalian si Akua dibawa saja!” rempong pak Ojan.
Pak Helios yang sudah tahu kisah sekaligus kebiasaan pak Ojan, tidak bisa untuk tidak tertawa.
Namun sesuai rencana, penyamaran dan misi menyelamatkan Rain, sungguh mereka mulai. Pak Ojan dan Hasna sama-sama bercadar. Sementara pak Syam sengaja memakai rambut palsu penuh uban. Selain itu, pak Syam juga memakai kumis dan berewok putih. Namun, Aqwa tak sampai ikut karena dikhawatirkan akan langsung membuat pak Dartam curiga.
Lantas, apakah misi mereka akan berhasil?