Sofia Ariadne seorang wanita cantik, mandiri dan kuat, terjebak dalam permainan taruhan yang dibuat oleh Alessandro Calvin Del Piero, seorang mafia playboy, tampan dan berkuasa.
Ketika Sofia mengetahui dirinya hamil benih dari Alessandro, dia harus menghadapi ancaman dari musuh Alessandro yang ingin menggunakan bayi itu sebagai alat untuk menghancurkan Alessandro.
Namun, Sofia yang tidak ingin terlibat lagi dengan Alessandro memilih untuk melarikan diri sejauh mungkin. Meskipun harus menjalani susahnya hidup dengan kehamilan tanpa adanya pasangan.
Bagaimana kelanjutan kisah percintaan antara Sofia dan Alessandro yang penuh dengan intrik serta konflik etika. Yuk, kepoin terus ceritanya hanya di Noveltoon. Update setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tahu Kan Alasanku?
"Bukankah itu Alessandro? Semakin tampan dan menggoda." Ucap seorang wanita sexy berpakaian mini pada temannya.
"Benar, tapi aku tidak mau lagi berurusan dengannya." Ucap temannya.
"Kenapa Cindy? Bukankah Alessandro menyukai kita berdua? Tapi memang dia sudah lama tidak menghubungi lagi."
"Tidak apa jika kamu ingin mendekatinya, aku akan pindah tempat."
"Kamu memang aneh Cindy, sejak kapan kamu menjauhi Alessandro. Biasanya justru kamu yang paling antusias menggoda pria. Bahkan kamu juga yang paling sering mendatangi dia di rumahnya." Ucap teman Cindy.
Dalam hati Cindy berbisik, 'aku bisa selamat dan kembali dari hutan saja sudah bagus. Sekarang aku tidak akan mengusik Alessandro.'
Ya, hari dimana Cindy dilempar ke hutan dalam keadaan te lanjang masih selalu menjadi momok menakutkan bagi wanita itu. Beruntung ada seorang penduduk pencari kayu bakar yang menolongnya. Jika tidak, mungkin dia sudah habis menjadi santapan binatang buas. Sejak itu, menjauh dari Alessandro menjadi pilihan hidup Cindy. Dia memilih aman.
"Laura, aku pergi dulu. Kamu silahkan jika ingin menemui Alessandro. Semoga nasibmu tidak seperti aku."
"Apa maksud perkataan kamu Cindy?"
"Tidak ada maksud apa-apa, hanya saja aku ingin mengingatkan kamu untuk berhati-hati mulai sekarang. Karena Alessandro sudah berubah." Ucap Cindy, dia memang merahasiakan yang dialaminya pada siapa pun."
"Kamu saja yang aneh, menghindar tanpa alasan yang jelas. Sudahlah, jika kamu mundur itu lebih baik. Jadi Alessandro hanya menjadi milikku." Ucap Laura percaya diri.
Tanpa pembelaan lagi, Cindy langsung pergi dari acara pesta. Dia memilih pulang, dan mungkin setelah ini Cindy akan pergi jauh. Hidup tanpa ketakutan lebih nyaman.
"Hai... Alessandro apa kabar? kenapa tidak pernah memintaku datang lagi untuk memuaskan hasratmu. Aku kangen suara eranganmu." Ucap manja Laura.
"Menjijikkan..." Mendengar ada suara wanita berkata vulgar terhadap Alessandro membuat Sofia seketika mual. Bahkan dengan kasar Sofia melepas genggaman tangan Alessandro dan berlari mencari toilet.
Huek... Huek... Huek...
"Alessandro sialan."
"Astaga, kepalaku pusing sekali. Baru satu wanita yang bicara sudah membuatku merasa jijik. Apalagi jika bertambah banyak yang datang menggoda. Aku tidak yakin bisa tetap sehat jika tetap berdekatan dengan Alessandro. Sungguh pria breng sek perutku rasanya seperti diaduk-aduk." Gumam Sofia sambil membasuh mulutnya usai mengeluarkan semua isi perutnya.
Tanpa pamit, Sofia pun meninggalkan acara pesta melalui pintu belakang. Bodo amat dengan Alessandro, mau berakhir ke ranjang wanita itu dia tidak peduli. Sakit memang, tapi tidak terlalu menyakitkan karena dia tidak memiliki hubungan dengan Alessandro kecuali di atas ranjang.
"Lebih baik aku telepon Naren saja, ke diskotik sepertinya menyenangkan."
Tut
Tut
Tut
"Naren, bersiap-siaplah 30 menit dari sekarang temui aku di club milik Brian. Bawa mobil milikku saja."
"Baiklah, tunggu aku jangan dulu pesan minuman. Ingat kamu sedang hamil..."
Tut... sambungan diputus Sofia.
"Naren sudah seperti nenek-nenek yang cerewet." Gumam Sofia, yang berjalan kaki menunggu taxi lewat.
Setengah jam kemudian, Sofia dan Naren bersamaan sampai ke halaman club yang dituju. Setelah memarkirkan mobil milik Sofia yang lain, Naren pun menghampiri sahabatnya yang terlihat sedikit pucat dan lesu.
"Kenapa bawa mobil ini?" Tanyanya.
"Kamu lupa, mobil yang satunya belum selesai perbaikan." Jawab Naren.
"Sebaiknya dijual saja mobil itu."
"Kamu yakin, bukankah itu mobil punya kenangan untukmu?" Tanya Naren.
"Kenangan bisa rusak karena waktu, jadi biarlah yang rusak kita ganti yang baru. Buat kenangan lain yang tidak membuat sakit."
"Kamu sedang tidak baik Sofia, ayo masuk mungkin bercerita dengan Brian akan membuat kamu lega." Ucap Naren mengerti kondisi sahabatnya.
Dengan telaten, Naren memapah tubuh Sofia yang sempoyongan. Bukan karena mabuk, karena mereka saja baru akan masuk. Tapi karena Sofia belum juga makan sedari sore, tapi harus memuntahkan isi perut.
Saat di dalam, mereka memilih duduk di ruang private. Setidaknya Sofia bisa sedikit menenangkan pikiran dan mengembalikan tenaga yang hilang.
"Brian, tolong berikan makanan dan minuman sehat yang kamu punya untuk ibu hamil yang satu ini." Ucap Naren pada bartender sekaligus pemilik club yang menyamar. Entah apa tujuannya, dia tidak ingin dikenal sebagai pemilik. Justru lebih senang dianggap karyawan biasa.
"Sofia hamil? Anak siapa itu?" Tanya Brian dengan tampang konyolnya.
"Tentu saja anak dari penanam saham. Sungguh pertanyaanmu tidak bermutu Brian." Ucap Sofia dengan sinis.
"Ibu hamil sensi amat, seperti kurang belaian dari penanam saham. Hahaha..." Ucap Brian semakin menggoda.
"Brian sialan, pergi atau aku hancurkan tempat ini." Teriak Sofia.
"Naren, kamu tenangkan induk singa itu." Ucap Brian sambil tertawa.
"Jadi, sebenarnya ada apa Sofia, sepertinya mood kamu benar-benar buruk. Apa ada kaitannya dengan Alessandro?" Tanya Naren tepat sasaran.
"Ya, tadi dia mengajakku pergi ke pesta ulang tahun relasi bisnisnya. Tiba-tiba ada perempuan datang dan langsung berkata jika dia merindukan suara desahan Alessandro. Mendengarnya membuatku muntah." Ucap Sofia.
"Bahkan aku belum sempat makan di tempat pesta, tapi seluruh sisa makan siangku habis tak tersisa. Sungguh, aku mual dan jijik jika mengingatnya." Lanjut Sofia.
"Apa itu artinya kamu cemburu? Seharusnya kamu tidak perlu merasa cemburu, bukankah kalian tidak punya hubungan yang spesial. Hanya partner ranjang tanpa perasaan." Cecar Naren.
Sofia diam, dia menghela nafas panjang. Jujur hatinya memang terasa panas ketika Alessandro masih berurusan dengan wanita lain. Tapi dia gengsi, Sofia tidak ingin mengakui.
"Entahlah Naren, sejujurnya aku masih sangat mencintainya. Aku ingin selalu bersamanya, dan aku juga tidak mau dia dekat dengan wanita lain. Ya, aku cemburu." Ujarnya.
"Kalau begitu buang gengsimu, maafkan semua kesalahannya di masa lalu.Terima dia dengan tulus apa adanya. Mungkin dia pernah menjadi playboy, tapi itu terjadi karena dia kecewa dan menganggap kamu telah mengkhianati cintanya. Terkadang mengalah bukan berarti kalah, tapi berdamai dengan keadaan akan membuat hidupmu terasa lebih bahagia." Ucap Naren.
"Sekarang di mana dia? Apa kamu pergi sudah memberitahukan lebih dulu? Atau kamu sengaja kabur dan membuat Alessandro bingung?" Lanjutnya.
"Aku pergi lewat pintu belakang setelah dari toilet." Jawab Sofia.
"Coba hubungi dia, dan minta dia datang menjemputmu. Jika dia mencintaimu, pasti dia khawatir terhadapmu. Kamu bisa buktikan." Ucap Naren.
Sementara itu di tempat pesta, setelah melihat Sofia berlari pergi karena kedatangan Laura. Alessandro tidak bisa lagi menahan amarah. Tanpa memperhitungkan reputasi dan harga diri, Alessandro menampar kuat wajah Laura hingga wanita itu tersungkur ke lantai. Setelah itu, Alessandro berjongkok dan menjambak rambut Laura kasar hingga wajahnya mendongak ke atas.
"Lancang sekali ja lang sepertimu berbicara tidak senonoh di depan calon istriku. Kamu pikir, seberharga itu dirimu hingga membuatmu tidak sadar diri dari mana kamu berasal. Karena mulut busukmu itu, Sofia menjadi salah paham terhadapku. Jika dia tidak mau memaafkan aku, maka nyawamu sebagai pengganti kata maafnya." Ucapnya Alessandro dingin.
"Bukankah dia juga sama sepertiku, wanita malam pemuas nafsumu Alessandro. Jika dia ingin kamu jadikan istri, maka aku pun meminta hak yang sama seperti dirinya." Ucap Laura berani, dan hal itu membuat Alessandro semakin murka.
"LANCANG." Alessandro berteriak sambil menodongkan sebuah pistolnya di kening Laura.
"Kenapa kamu marah Alessandro..."
DOR
ayo lanjut lagi, thor.