Cerita Generik tentang reinkarnasi di dunia lain dengan gimik sistem ala-ala game.
.
Arga mati tertabrak truck (standar awalan kisah isekai) kemudian berienkarnasi di dunia yang serupa dengan game favoritnya, sebagai Argeas Danae, seorang Penjahat Sampingan, yang akhirnya akan mati di tangan tokoh jagoan.
.
Ikuti kisah Arga/Argeas dalam upayanya menghindari kematian menggunakan pengetahuan tentang seluk beluk dari game favoritnya tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan
Di tahap keenam ini Argeas akan melawan gadis yang sudah membencinya sejak awal masuk Akademi. Yaitu Bellatrix. Murid Kelas Elit tahun pertama.
"Kulihat kau hanya menggunakan 3 atribut saja. Dan semua itu bukan Atribut serangan."
Gadis dengan rambut dianyam rapi ke belakang itu berucap saat tengah berhadapan-hadapan dengan Argeas sebelum pertandingan dimulai.
"Jangan berharap kau bisa menang melawanku hanya dengan sihir-sihir itu saja." Gadis itu melanjutkan.
Sedang Argeas hanya terdiam tidak menjawab.
'Akan semakin menjadi-jadi bila aku ladeni,' pikirnya dalam hati.
Kemudian terdengar wasit memberi aba-aba mulai.
"Aku tahu kau menyembunyikan kemampuanmu. Jangan sungkan untuk mengeluarkan. Karena aku tidak akan segan untuk menyerangmu," ucap Bellatrix sebelum kemudian mengarahkan tongkat sihirnya ke atas.
"Control Incarnation, Rapid Cast, Flare Orb," serunya menyusul.
Dan puluhan bola api keluar dari tongkat sihir Bellatrix meluncur cepat ke arah langit.
'Oh, Magic Skill [Control Incarnation]? Gadis itu bisa mengendalikan arah dari serangan sihirnya?' batin Argeas yang cukup terkesan.
Dan tak lama kemudian puluhan bola api tadi mulai merubah jalur lanjunya menuju ke posisi Argeas dari berbagai arah.
'Apa dia cheater? Mengendalikan semua [Flare Orb] itu secara sekaligus?'
Argeas segera melompat untuk menghindari bola-bola api yang menyerangnya seperti peluru kendali itu.
Namun secekatan apapun Argeas menghindari serangan yang bertubi-tubi tersebut, pada akhirnya pemuda itu tidak mampu menghindari seluruhnya.
"Cover, Light Shield." Dan Argeas pun memasang perlindungan.
"Kau akan terus mengelak dan bertahan? Kau tidak akan menyerang?" Bellatix mencoba untuk memprovokasi Argeas.
'Ya, kalau dibiarkan lebih lama, aku yang akan kehabisan stamina dibuatnya,' batin Argeas.
"Terpaksa harus menggunakan cara yang biasanya."
Dan segera Argeas mengarahkan tongkat sihirnya ke arah Bellatrix.
"Bind," ucapnya kemudian.
"Curse Break!" sahut Bellatrix dengan cepat. Seolah ia sudah menunggu-nunggu untuk menggunakan sihir tersebut.
'Oh, dia memiliki sihir itu?' Argeas tidak menyangka lawannya memiliki sihir untuk menangkal sihir andalannya.
"Kau terkejut? Kau pikir aku melakukan pertempuran tanpa persiapan?" ucap Bellatrix terlihat sedikit bangga dan penuh percaya diri.
'Ah, gadis ini benar-benar sangat merepotkan. Kalau begini aku terpaksa harus menggunakan sihirku yang lain.' Argeas mulai mengubah rencananya.
"Mungkin ini akan membuatmu semakin kesal, tapi hanya ini cara untuk menyelesaikan pertandingan dengan cepat," ucap pemuda itu kemudian.
"Bind!" Sekali lagi Argeas mengeluarkan sihir pengikatnya kepada Bellatix.
"Curse Break." Dan sekali lagi Bellatrix berhasil menangkalnya.
"Apa kau tidak belajar dari ke.."
Ucapan Bellatrix terpotong oleh serangan Argeas berikutnya.
"Inverse, Purify."
"Apa?!" Belatrix terkejut dengan sihir baru yang dikeluarkan Argeas.
Dan dengan tiba-tiba saja gerak gadis itu terhenti bersamaan dengan tubuhnya yang mulai mengeras kaku.
Penonton yang menyadari sihir tersebut mulai berkasak-kusuk membicarakan.
"Bukankah itu tadi kombinasi [Inverse] dan [Purify]?"
"Itu tehnik cepat menyerang lawan dengan banyak kutukan secara sekaligus."
"Benarkah bocah itu murid kelas B? Cara bertarung itu adalah cara penyihir berpengalaman."
'Ya, aku memang seorang veteran. Dalam hal gamenya,' batin Argeas membenarkan komentar orang-orang.
'Kombinasi dua sihir itu memang terkenal paling sering digunakan oleh para pemain untuk menghadapi bos-bos yang bukan monster. Meski tak jarang juga digunakan untuk monster-monster tertentu.
'Itu karena sihir [Purify] memiliki kemampuan menangkal 10 jenis status efek negatif tingkat rendah, yang bila digabungkan dengan kemampuan membalik cara kerja sihir milik [Inverse], maka membuatnya menjadi sihir debuff dengan 10 jenis status efek negatif secara sekaligus,' batin pemuda itu lagi yang seolah sedang menjelaskannya kepada para penonton.
Dan karenanya saat ini Bellatrix menerima 10 status efek negatif seperti Petrify, Numb, Paralysis, Stunt, Blind, Silence, Confuse, Freeze, Burn, dan Bleed.
Biarpun sebagian dari status negatif itu tidak berpengaruh karena ketahanan tertentu yang dimiliki Bellatrix, tapi tetap beberapanya berhasil aktif.
"Sial! Ternyata kau masih menyembunyikan sihir pengecut seperti ini." Bellatrix terlihat kesal menatap Argeas.
Sedangkan Argeas hanya berjalan mendekat ke arah Bellatrix dengan tak acuh.
"Dual Cast, Curse Break," ucap Bellatrix belum menyerah mencoba menangkal status efek negatif pada tubuhnya.
"Curse Break."
"Percumah saja. Meski pun kau berhasil menghilangkan seluruh status negatif itu, MP mu pasti akan kosong. Karena [Curse Break] membutuhkan MP yang bahkan lebih besar dari [Purify] karena fungsinya memang untuk mematahkan status negatif tingkat menengah ke atas." Argeas berucap memberi penjelasan.
"Dasar sial! Aku tidak akan memaafkanmu dasar kau pengecut! Semua ini tidak akan berakhir sampai disini saja. Tunggu saja pembalasanku setelah ini."
Bellatrix mulai mengoceh marah-marah sementara Argeas mengangkat tubuhnya dan kemudian menurunkannya di luar arena.
"Pemenang pertandingan kali ini adalah Argeas Danae dari Kelas B tahun Pertama," ucap sang wasit begitu kaki Bellatrix menyentuh tanah lapangan.
Dan penonton pun kembali dibuat riuh. Ada yang bersorak atas kemenangan Argeas, ada pula yang mencemooh karena cara bertarungnya yang pengecut.
Sedangkan Argeas sendiri buru-buru pergi meninggalkan arena, karena kuatir Bellatrix akan mengamuk bila ia masih berada di dekatnya saat durasi dari status negatifnya habis.
.
"Ya, tidak heran bila dia juga memiliki attribute [Dark]. Hanya saja dia berhasil mengejutkan kita dengan menggunakannya untuk kombinasi serangan itu." Gustave berucap.
"Apa kombinasi sihir [Inverse] dan [Purrify] itu legal?" Yohan merasa tidak nyaman mengetahui adanya kombinasi sihir dengan dampak seperti itu.
"Ya, kombinasi sihir ini bukanlah kombinasi sihir baru. Para Petualang sesekali menggunakannya pada monster saat melakukan penjelajahan. Bahkan para Penyihir Petarung juga tak jarang menggunakannya saat berada di medan perang." Jack mencoba memberi penjelasan.
"Hanya saja kombinasi sihir ini umumnya dilarang untuk digunakan dalam berduel. Tapi Festival ini memang tidak mengikuti peraturan berduel pada umumnya," lanjutnya menambahi.
"Tapi dengan begini pasti akan ada banyak orang yang coba untuk meniru dan menggunakan kombinasi itu." Yohan mencoba memperkirakan.
"Apa kombinasi itu memiliki penangkal?" susulnya dengan pertanyaan.
"Ada. Sihir seperti [Mental Fokus], [Mind Focus], [Brave], atau [Reflect] bisa jadi pilihan untuk menangkal atau bahkan terbebas dari status negatif kombinasi sihir itu." Kali ini Regina yang memberikan jawaban.
"Itu benar. Tapi jauh lebih baik lagi bila kita memiliki ketahanan akan status negatif tersebut, atau kalau tidak memiliki peralatan dengan efek [Auto-Reflect]," sahut Sophie menyeletuk.
"Tapi memang dasar bocah itu. Tingkahnya selalu saja bikin heboh." Raynold menggeleng pasrah.
"Berarti besok adalah pertandingan terakhir Argeas sebelum memasuki babak semi-final antar jurusan?" Jack bertanya memastikan.
"Dan siapa lawannya untuk besok?" Kali ini Jeda yang bertanya.
"Illaria En'ger." Tiba-tiba Ashley yang jarang sekali bicara menjawab. Terlihat gadis itu membaca papan pengumuman di dekat pintu masuk.
"Illaria En'ger? Bukankah dia tidak ikut berpartisipasi dalam Festival tahun ini?" Lufaine memastikan apa yang ia dengar barusan.
"Ya, dia menyusul di hari kedua ini." Tiba-tiba Rodio muncul dari kerumunan orang-orang yang bersiap untuk pulang.
"Ro? Bagaimana hasil pertandinganmu?" Jeda bertanya.
"Ya, aku gagal di tahap kelima." Rodio menjawab sambil tersenyum masam.
"Ya, mungkin akan lebih baik tahun depan." Jeda mencoba menyemangati Rodio.
"Aku juga berpikiran demikian," balas Rodio.
"Lalu kenapa si En'ger itu tiba-tiba ingin mengikuti festival ini? Apa jangan-jangan dia ingin melawan Argeas?" Lufaine mencoba menebaknya.
"Ya, tepat sekali. Dia ingin melawan Argeas," jawab Rodio cepat.
"Wah, ini akan jadi pertandingan yang benar-benar patut untuk dinantikan." Jack menyahut.
"Benar sekali."
\=
Di gedung Tata Usaha beberapa saat setelah Festival selesai digelar.
"Bagaimana menurutmu dengan pertempuran Argeas hari ini tadi, Illaria?" Seorang perempuan berambut sedagu bertanya kepada gadis berwajah lesu.
Terlihat pula bersama mereka, pria berjubah merah dan pria berkumis tebal.
"Ya sudah bisa dipastikan dia memang berpengalaman dalam bertarung. Setidaknya dia pasti sering melakukan penjelajahan Reruntuhan." Gadis lesu bernama Illaria itu menjawab.
"Dan aku rasa dia pasti masih menyembunyikan kemampuannya yang lain. Bukankah begitu?" Perempuan berambut sedagu tadi menambahi.
"Ya, aku setuju dengan anda nona Emilia," balas Illaria sependapat.
"Tapi ada hal tentang pemuda itu yang membuatku penasaran," lanjutnya kemudian.
"Apa?" Perempuan yang dipanggil Emilia tadi bertanya.
"Kenapa pihak Akademi menempatkannya di Kelas B? Apa tuan Balreeg dan Kepala Akademi tidak memeriksa hasil Uji Masuknya?" tanya Illaria kepada pria berjubah dan pria berkumis di hadapannya.
"Kami memeriksanya. Tapi hasil Uji Masuknya memang setingkat Kelas B," jawab pria berkumis yang dipanggil Balreeg itu dengan jujur.
"Bagaimana bisa? Setidaknya nilai MP nya pasti akan tinggi." Illaria masih belum percaya dengan jawaban yang ia terima.
"Ya, sepertinya dia juga berhasil mengelabuhi Alat Pembaca Aura saat Uji Masuk kemarin." Kali ini pria berjubah yang disebut dengan Kepala Akademi itu yang menjawab.
"Begitu kah? Jadi dia sengaja untuk menghindari Kelas Elit?" Tersirat Illaria masih belum benar-benar percaya dengan hal itu.
"Mungkin lebih tepatnya, dia mencoba untuk menghindari perhatian." Emilia berpendapat.
"Ya, kurasa itu tidak akan berhasil karena alasan sebenarnya Yang Mulia Raja ingin menghadiri semi-final festival ini adalah untuk melihat kemampuannya." Balreeg menanggapi.
"Ah, begitu rupanya. Berarti pertandingan besok dia akan mencoba untuk menang dariku," duga Illaria.
"Ya, kurasa." Emilia menjawab.
"Baguslah kalau memang begitu." Terlihat Illaria tersenyum kecil.
\=
Sementara itu Argeas tengah berada di taman asramanya berbincang dengan Evangeline sambil menunggu jam makan malam.
"Besok lawanmu gadis yang kemarin kita temui saat bersama Putri Anastasia," ucap Evangeline kemudian.
"Ya, Rodio sudah memberi tahu ku tadi." Argeas menjawab.
'Memang sepertinya aku tidak bisa lepas dari orang-orang itu,' batinnya kemudian.
"Apa besok kau berniat mengalah darinya?" Evangeline bertanya.
"Sepertinya tidak bisa. Karena aku setidaknya harus menunjukan kemampuanku di hadapan Yang Mulia Raja. Mungkin aku akan mengalah di babak semi-final itu nanti." Argeas memberi jawaban panjang.
"Tapi bagaimana kalau gadis itu mengetahui tentang rahasiamu? Dari informasi yang kudengar Putri Anastasia sedang mencari orang-orang yang memiliki sihir [Thunder Spear]. Bagaimana kalau kau harus berhubungan dengan keluarga kerajaan?"
Evangeline membagi kekuatirannya.
"Ya, sepertinya aku harus mengalahkannya dengan sangat hati-hati." Argeas hanya bisa menjawab seperti itu. Tanpa adanya solusi yang pasti.
-
-
-
Pagi berikutnya.
Pertarungan Argeas dengan Illaria itu menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan oleh semua orang. Tidak hanya murid tapi juga orang-orang di luar Akademi.
Karena Illaria adalah penyihir jenius dari keluarga En'ger yang terkenal dengan keahlian sihir mereka secara turun temurun.
Bahkan class nya kini sudah berubah menjadi [Battlemage] yang tidak mengherankan bila kemampuannya digadang lebih tinggi dibanding Argeas yang memiliki class [Arcmage].
Sedang Argeas sendiri tidak perduli dengan semua itu. Yang ia perdulikan sekarang ini adalah bagaimana caranya untuk menang tanpa mengungkap kemampuannya pada publik.
.
Terdengar sorakan para penonton saat Argeas dan gadis berwajah lesu itu menaiki arena pertarungan.
Beberapa meneriakan nama Illaria dan En'ger sebagai bentuk dari dukungan mereka kepada gadis yang terlihat ogah-ogahan itu.
"Hai, kita bertemu lagi," sapa Illaria saat mereka sedang berdiri saling berhadap-hadapan sebelum pertandingan dimulai.
"Ya, kita bertemu lagi," balas Argeas berbasa-basi.
Dan setelah wasit memberikan aba-aba mulai, gadis berwajah lesu dan tampak tidak bersemangat itu mulai mengangkat tongkat sihirnya.
"Mental Focus, Mind Focus, Spirit Enhance, Brave, Protect, Light Shield," ucapnya mengaktifkan beberapa sihir pelindung dan sihir penguat secara beruntun.
"Aku hanya bersikap waspada karena kau punya cara bertarung yang cukup menghawatirkan setiap kali melawan seorang wanita," tambahnya kemudian.
"Menghawatirkan?" Argeas tidak mengerti maksud dari ucapan gadis itu.
"Membuatnya tertidur? Mengikatnya? Membuatnya tidak bisa bergerak? Benar-benar menghawatirkan." Illaria memberi penjelasan sambil membuat gerakan mengigil.
'Ah.... Kalau dilihat seperti itu memang aku jadi terkesan seperti orang sesat.' Argeas membatin.
"Baiklah, sekarang aku sudah siap. Mulailah menyerang," ucap gadis itu seraya memasang kuda-kuda bertarungnya.
"Atau haruskah aku dulu yang melakukan serangan?" tanyanya kemudian dengan intonasi malas tak bersemangat.
'Aku samar-samar ingat, gadis ini memang selalu berkata sarkas dan sinis. Tapi terasa lebih mengena saat mendengarnya secara langsung dengan intonasi tidak perduli seperti ini ketimbang membacanya dari sebuah jendela teks,' batin Argeas.
"Baiklah kalau kau memang masih menjunjung sikap sopan satunmu itu dalam sebuah pertempuran, maka sebagai seorang Lady, aku akan melakukan serangan terlebih dahulu."
Illaria terlihat merubah kuda-kudanya.
"Multi Cast. Gravity Crush, Gale Blade," lanjutnya kemudian.
Dan dengan mendadak tubuh Argeas menjadi sangat berat dan tak dapat digerakan. Sementara dua buah pisau angin yang cukup besar bergerak cepat mengarah ke kepala dan juga perutnya.
'Ah, sial. Gadis itu wajahnya saja yang terlihat lesu, tapi serangannya agresif sekali."
"Heavy!"
Argeas mengaktifkan sihir tersebut ke dirinya sendiri agar gaya tarik grafitasi yang diterima tubuhnya bertambah lebih besar.
Dengan kata lain untuk membuat tubuhnya terjatuh dengan lebih cepat.
Dan meski sihir [Heavy] tadi melukai dirinya sendiri, namun Argeas berhasil lolos dari dua bilah pisau angin yang mengincar bagian vitalnya.
'Damage dari hempasan sihir [Heavy] itu tidaklah seberapa bila dibanding dengan luka yang diakibatkan bila aku terkena dua pisau [Gale Blade] tadi,' batin Argeas.
Terlihat Illaria bertepuk tangan kecil. Tampak benar-benar terkesan dengan Argeas.
"Dalam waktu sesingkat itu kau berhasil menemukan cara untuk menghindar dari serangan favoritku tadi. Bahkan dengan cara yang sangat unik," ujarnya masih terlihat kagum. Meski tidak terlalu kentara.
"Kombinasi serangan tadi jadi serangan favoritku bukan tanpa alasan. Terbukti tidak ada orang yang berhasil mengelak darinya. Hanya kau satu-satunya yang berhasil lolos dari kombinasi serangan itu."
Illaria menurunkan tongkat sihirnya dan kemudian menatap ke atas seolah sedang mengingat-ingat.
"Dan sekarang setelah dipikir-pikir lagi, mengetahui kau juga telah mempelajari elemen turunan [Gravity], membuatku jadi curiga. Jangan-jangan [Thunder Spear] tempo lalu adalah milikmu," duganya kemudian.
'Wah, gadis ini punya insting yang cukup tajam,' batin Argeas yang mulai merasa sedikit was-was dibuatnya.
"Kenapa? Masih belum ingin berbincang denganku? Baiklah kalau begitu akan kulanjut seranganku. Dan aku peringatkan kali ini aku akan bersungguh-sunhguh."
Dan kembali gadis itu memasang kuda-kudanya.
'Apa maksudmu yang barusan tadi cuma bercanda? Yang benar saja.'
"Instant Cast, Thundra," ucap Illaria kemudian mengaktifkan salah satu dari sihir tingkat tinggi yang ia punya.
'Dia tak segan-segan menggunakan sihir tingkat tingginya di awal? Apa dia tidak kuatir dengan jumlah MP nya?'
Udara dingin secara cepat mulai terasa di sekitaran Argeas. Dan bertambah semakin dingin hingga kabut pekat pun mulai terbentuk.
'[Thundra] ini jenis sihir area yang punya efek damage over time. Meski hanya melukai 3% dari nilai keseluruhan HP, karena Grade [Elemental Resistance] ku yang sudah tinggi, tetap akan lumayan terasa bila dibiarkan berlama-lama,' batin Argeas.
'Aku harus segera menyelesaikan pertarungan ini.'
Dan Argeas pun mulai mengaktifkan sihirnya.
"Speed Cast, Dual Cast, Fire Ball, Fire Ball, Fire Ball, Fire Ball."
Di remang kabut dingin yang menyelubungi sekitaran tempatnya berdiri, Argeas mulai terlihat mengeluarkan banyak sihir bola api yang dilemparkannya ke segala arah.
Sihir bola api itu kemudian meledak di udara ketika bersinggungan dengan kabut beku milik Illaria. Dan ledakan tersebut menyebabkan kabut dingin di sekitar Argeas menghilang.
"Spirit Infuse," ucap Illaria kemudian.
'Spirit Infuse? Bukankah itu sihir untuk menyerap aura di sekitar untuk dijadikan MP? Mirip dengan Combat Move [Chakra].' Argeas mencoba menganalisa gerak-gerik lawannya.
'Tapi kenapa ia menggunakannya? Apa dia membutuhkan... Oh, aku paham sekarang. Jadi ini alasan kenapa di awal tadi dia mengaktifkan [Spirit Enhance].
'Agar dia mendapat status MP regeneration saat [Spirit Infuse] diaktifkan. Cerdik sekali."
Argeas cukup terkesan dengan rencana matang lawannya itu.
"Multi Cast, Bind, Haste," ucap Illaria kemudian. Yang masih disambung dengan pengaktifan sihir yang lain lagi.
"Dual Cast, Javelin Frost."
"Barrier," sahut Argeas merespon dengan mengaktifkan sihir pelindung tingkat menengahnya, sebelum menerima tombak-tombak es yang meluncur cepat ke arahnya disaat ia sudah tak dapat bergerak.
"Shadow Walk," lanjut pemuda itu yang kali ini menggunakan sihir attribute [Dark]nya untuk melepaskan diri dari sihir ikatan [Bind] milik Illaria.
Sedang Illaria sendiri terlihat santai menunggu jumlah MP nya kembali pulih sebelum mulai mengaktifkan sihir lagi, karena mengira bahwa Argeas masih dalam durasi ikatan sihirnya.
Namun memanfaatkan ke tidak tahuan Illaria, Argeas pun segera bertindak.
"Float."
Argeas mengaktifkan sihir melayang kepada lawannya, kemudian nyaris disaat yang bersamaan ia juga mengaktifkan Combat Move nya.
"Dash!"
Illaria yang masih terkejut karena tiba-tiba saja tubuhnya menjadi ringan dan mulai melayang, tidak mengantisipasi kemunculan mendadak Argeas yang dengan cepat meraih tubuhnya kemudian membawanya menuju ujung arena.
Merespon hal tersebut Illaria segera mengarahkan tongkat sihir ke wajah Argeas dan mulai mengaktifkan sihirnya.
Namun karena jumlah MP nya yang belum pulih benar, maka hanya sihir tingkat rendah saja yang dapat dikeluarkan.
"Ice Shard!"
Dan meski dari jarak sedekat itu Argeas masih dapat meresponnya.
"Iron Body," ucapnya mengaktifkan Combat Move pertahanan tubuh.
Yang lalu mendorong Illaria sebelum kemudian melakukan gerakan salto ke belakang.
Sementara tubuh Illaria yang masih dalam pengaruh sihir [Float] tadi menuncur cepat karena tidak menerima friksi sama sekali.
Dan setelah Argeas sudah kembali berdiri, segera ia mengaktifkan sihirnya sebelum didahului oleh lawan.
"Heavy."
Dan tubuh gadis yang melayang tadi tiba-tiba menjadi berat kemudian jatuh ke bawah dengan cepat seperti terbanting. Tepat di luar arena. Hanya berjarak beberapa centi dari pinggirannya.
Penonton terdiam melihat pertarungan yang cukup mendebarkan meski tidak mengikut sertakan sihir tingkat tinggi dari Argeas itu.
"Pemenang pertandingan kali ini adalah Argeas Danae dari kelas B tahun pertama."
Dan setelah pemberitahuan dari wasit itu sorakan penonton pun sontak terdengar.
Sementara Argeas bergegas mendatangi Illaria.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan kuatir.
Sedang Gadis dengan wajah tidak bersemangat itu berdiri sambil membersihkan baju dan roknya.
"Tak kusangka kau juga memiliki Combat Move," ucap Illaria kemudian.
"Ya. Aku harus menggunakannya bila ingin menang melawanmu." Argeas menjawab.
"Oh... kalau kau tidak bisa berbohong dengan baik jangan coba-coba untuk berbohong. Kau bahkan tidak berusaha menggunakan sihir tingkat tinggi. Kau pikir aku percaya kau tidak memilikinya?" balas gadis itu santai.
"Hm...." Argeas tidak dapat membalas ucapan tersebut.
"Apa kau meloloskan diri dari [Bind] tadi dengan menggunakan [Inverse]? Tapi sepertinya tidak mungkin. Aku pernah mendengar [Inverse] tidak bekerja pada sihir yang sudah aktif. Atau jangan-jangan kau menggunkan Combat Move juga?" Illaria bertanya karena tidak menemukan jawabannya.
"Eh... tidak. Aku menggunakan [Shadow Walk]." Argeas menjawab.
"Oh? Tak mengherankan kau juga memiliki sihir itu. Jadi sihir mesum itu juga bisa digunakan untuk meloloskan diri dari sihir pengikat?" ujar Illaria sambil memasang wajah seperti sedang berusaha memahami sesuatu.
'Sihir mesum? Hei, apa kau tidak memikirkan perasaan orang saat bicara?' sewot Argeas dalam hati.
"Baiklah aku kalah untuk kali ini. Tapi pertarungan tadi cukup seru. Lain kali kita berduel lagi. Tanpa penonton tentu saja. Jadi kau bisa dengan puas mengeluarkan seluruh kekuatanmu," lanjut gadis itu sambil tersenyum kecil.
Yang hanya mampu Argeas balas dengan senyuman canggung.
.
apakah tubuh tidak akan meledak jika tidak mampu menampung beban level ?