Areksa terpaksa berpura-pura memiliki kekasih untuk menghindari perjodohan yang di lakukan oleh kedua orangtuanya. Akan tetapi takdir mempertemukan dirinya dengan seorang gadis bercadar yang bersifat bar-bar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Tinggallah Areksa sendiri di dalam kamar, ia meraih sesuatu di atas nakas. Lalu mengamati benda tersebut dan tersenyum kecil.
"Gue lupa balikin ke Zayna, besok aja deh" ucapnya lalu menyimpan benda kecil tersebut yang tak lain adalah brush milik Zayna. Ia tidak berniat untuk makan atau minum obat, rasanya malas.
.
.
.
Sedangkan di sisi lain, seorang gadis sedang mondar mandir di balkon kamarnya. Ia adalah Zayna Aghnia.
Sedari tadi ia kepikiran tentang Areksa "Apa dia baik-baik saja.? Semoga dia baik-baik saja.!" Gumamnya gelisah
Ingin sekali ia menelpon Areksa untuk menanyakan kabarnya, tetapi nomor teleponnya saja tak punya. Ia lupa meminta nomor Areksa.
"Kok gue jadi mikirin dia sih.?" Zayna lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
"Aduuhhh.. kok gue nggak bisa tidur sih.?" Zayna berguling ke sana kemari
Dan akhirnya ia memilih tidur sembari memeluk guling di sampingnya. Walaupun matanya sulit di pejamkan.
.
.
.
Keesokan harinya, tubuh Areksa semakin panas, sepertinya ia demam tinggi. Padahal kemarin waktu dokter memeriksa kondisinya tidak perlu di khawatirkan.
Hari ini Areksa juga tidak masuk kantor.
Tok... Tok... Tok...
Ceklek
Pintu kamar Areksa terbuka, tidak ia kunci sebab semalam tubuhnya untuk berdiri saja rasanya pusing.
Masuklah pria paruh baya dan wanita di sampingnya. Abriel dan Rita masuk menghampiri putranya yang sedang berbaring di atas ranjang dengan mata tertutup.
"Astaga Areksa.! Ternyata buburnya dari semalem belum di makan.? Obatnya juga, belum di minum.!" Ucap Rita melihat bubur di atas nakas yang masih utuh.
"Jadi dari semalem Areksa nggak makan.?" Tanya Abriel sembari menatap bubur itu.
"Bubur sama obatnya aja masih utuh" jawab Rita
Lalu Rita menyentuh kening putranya "Kok kening Areksa panas Pa.?"
Abriel lekas menyentuh kening Areksa, dan benar apa yang di katakan Rita, seluruh badan Areksa terasa panas.
"Kita harus segera hubungi dokter Rubert, Pa.! Mama takut Areksa kenapa-kenapa.!" Ucap Rita khawatir
"Iyaa sebentar, jangan panik gitu, nanti Areksa juga bakalan sembuh kok" ucap Abriel menenangkan istrinya
Lalu ia menghubungi dokter Rubert untuk datang ke mansionnya.
Skip
"Gimana kondisi Areksa, Dok.?" Tanya Rita pada dokter Rubert
"Apakah Tuan Areksa belum meminum obat sama sekali.?" Tanya balik dokter itu
"Semalam ia tidak makan dan minum obat Dok.!" Jawab Rita
"Seharusnya obat itu di minum agar tidak terjadi demam seperti ini.! Mohon di bujuk agar Tuan Areksa meminum obatnya" ucap sang dokter
Rita dan Abriel mengangguk
"Zayna... Naa... Zayna.." Areksa meracau dalam tidurnya
Ketiga orang tersebut langsung menoleh bersama
"Areksa.! Bangun Nak" ucap Rita menghampiri Areksa
"Dok.. kenapa putra dengan saya.?" Tanya Rita
"Sepertinya Tuan Areksa meracau dalam tidurnya, mungkin orang yang ia rindukan.!" Tebak dokter Rubert sedikit ambigu
"Hahh.? Apa Areksa rindu Zayna.?" gumam Rita
"Zaynaaa...." Areksa kembali meracau dengan menyebut nama Zayna
"Heyy bangun"
Areksa membuka matanya perlahan. Lalu memegang kepalanya yang terasa berdenyut karena pusing.
"Auuuhhc" ringis Areksa saat kepalanya bertambah pusing
"Dok.. periksa putra saya lagi dok" titah Abriel
Dokter Rubert pun mendekati Areksa, lalu hendak memeriksa Areksa lagi
"Enggak.! Minggir Lo" tolak Areksa saat kini dokter Rubert akan memeriksanya.
Entah kenapa di saat seperti ini Areksa malah memikirkan Zayna. Sepertinya ia hanya ingin melihat Zayna, dengan begitu ia akan kembali mempunyai semangat untuk sembuh kembali.
"Tuan harus di periksa lagi" ucap dokter Rubert berusaha membujuk Areksa
"Gue bilang nggak, ya nggak" ucap Areksa sedikit lantang
"Areksa.. udah jangan seperti ini" ucap Abriel duduk di ranjang tepat di sebelah Areksa
"Areksa hanya ingin melihat Zayna, Pa.!" Ucap Areksa lirih, kini ia menunduk
Abriel tersenyum geli melihat tingkah putranya yang biasanya cool sekarang malah seperti anak kecil yang di tinggal ibunya.
"Iyaa.. nanti Papa suruh dia ke sini.! Apa kamu tau rumahnya.?" Tanya Abriel
Areksa mendongak dengan mata berbinar. "Areksa tau kok Pa" Areksa memang sudah mencari tau tentang identitas Zayna serta rumahnya.
Tetapi yang tidak bisa di tembus datanya adalah identitas Zayna yang sengaja Zayna kunci. Membuat Tino tidak bisa meretas data itu, yang hanya ia dapat adalah Zayna Aghnia anak dari Indra dan Anis.