Dina, Syifa dan Juned mereka bertiga adalah anak Sania dari Sofwan. setelah mengalami pahit dan manisnya kehidupan, hidup mereka kembali diuji.
Setelah Sofwan bapak mereka meninggal dunia, menyusul lagi ibunda tercinta pergi menghadap yang kuasa. Dina sebagai anak sulung harus berjuang untuk adik-adiknya.
Mampukah mereka bertiga melewati semua cobaan yang kelak akan dilewati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senajudifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Teror Lewat Mimpi
"Ya iyalah ayah...gila aja Juma mau sama Juned, mau main pedang-pedangan?" Tanya Juma juga ikut tertawa.
"Wah asyik benar kalian, lagi bahas apaan sih?" Tanya Maya tiba-tiba ikut nimbrung bersama mereka berdua.
"Yang jelas lagi bukan bahas kamu!!" Kata Niko enteng.
"Jangan gitulah mas, mestinya sebagai keluarga kita itu harus selalu kompak!!" Jawab Maya.
"Ayah mau melihat kios sebentar Juma, kamu mau ikut?" Tanya Niko tanpa menggubris perkataan istrinya.
"Ikut yah, Juma bete di rumah!!" Jawab Juma.
"Hei Juma kamu mau kemana? Nanti kalau Cecilia datang bagaimana?" Tanya Maya.
"Ibu lah yang menghadapi, ibu kan calon mertuanya!!" Jawab Juma lalu melangkah pergi bersama Niko.
"Dasar ayah dan anak sama-sama brengsek!!" Maki Maya.
***************
"Lho, bang Hans kok belum pulang? Tanya Dina.
"Ehmmm...abang malam ini mau tidur di ruang kerja abang!!" Kata Hans.
"Ada apa bang? Apa yang membuat abang tidak mau pulang kerumah? Pasti ada sesuatu di rumah, bukannya Hana lagi nggak ada ya!!" Cecar Dina.
Hans serasa mati kutu menghadapi gadis cerdas yang seolah serba tau itu.
"Di rumah ada Sandra, jadi abang nggak berani pulang!!" Jawab Hans pelan.
"Kok perempuan ada di rumah laki-laki sudah malam begini mau apa?" Tanya Dina.
Hans hanya mengangkat kedua bahunya.
"Makanya abang nggak berani pulang ke rumah." Jawab Hans.
"O begitu ya...!!" Jawab Dina sambil manggut-manggut.
Tiba-tiba...
"Hei kamu mau membawa abang kemana?" Tanya Hans saat lengannya ditarik oleh Dina.
"Pulang!!" Jawab Dina singkat.
"Hidupkan motornya bang, kalau abang tidak berani menghadapinya, biar Dina yang menghadapinya!!" Kata Dina.
Mereka berdua meluncur kembali ke rumah Hans.
"Assalamualaikum!!" Hans mengetuk pintu rumah.
"Waalaikum salam!!" Tak lama ada sebuah jawaban dari dalam rumah dan pintupun terbuka.
"Lho bang, Hana sudah operasi plastik ya...kok wajahnya sudah berubah menjadi orang lain?" Seru Dina pura-pura kagum melihat orang yang berdiri di depannya.
"Mana ada...Hana kan masih di kampung belum kembali!!" Kata Hans.
"Lho terus ini siapa??" Tanya Dina pura-pura lupa pada Sandra padahal mereka baru mengenal tadi siang.
"Memang kamu lupa sama saya ya?" Tanya Sandra sinis.
"Kita bertemukan tadi siang? Bagaimana sih Hans kok mau bertunangan dengan gadis bodoh dan pikun sepertimu!!" Sindirnya.
"Mungkin saya gadis bodoh dan pikun, tapi saya nggak murahan...masa sudah tau mantan pacar sudah ada yang punya masih mau ngejar juga pakai acara tinggal dan mau nginep lagi? Kamu lihat pacar saya gimana? Dia risih tau melihatmu ada di rumahnya makanya tadi dia pergi ke kafe untuk meminta bantuan pada saya untuk mengusirmu dan saya sebagai pacar yang baik pastilah akan mengusirmu dengan senang hati, enak aja ada wanita tak tau malu tinggal bersama pacarku!!" Jawab Dina pura-pura sewot.
"Memang kenapa kalau saya tinggal di sini? Mas Hans juga nggak keberatan kok?? Ini malah kamu yang sewot!!" Gerutu Sandra.
"Oh ya?? Nggak keberatan ya, coba kita tanya sama yang punya diri!!" Kata Dina.
"Sayang, kamu keberatan nggak nih perempuan ada di sini??" Tanya Dina lagi.
"Keberatanlah...pacarku itu kan kamu bukan dia...kok malah dia yang tinggal di rumah ini?" Kata Hans menyambut sandiwara Dina.
"Nah...nah...nyonya Sandra yang terhormat sudah dengarkan? Jadi sebagai orang yang masih tau malu, kau pergilah dari rumah pacarku ini!!" Kata Dina
"Mas Hans!!! Keterlaluan kamu mas!!" Teriak Sandra marah dan kesal.
"Kok keterlaluan sih? Wajar dong dia bilang begitu saya kan pacarnya jadi harus dong dia bisa menjaga perasaan saya!!" Kata Dina.
Tiba-tiba Sandra tersenyum.
"Aku tau kalian berdua bukan sepasang kekasih, jika betul kalian sepasang kekasih cobalah beri bukti padaku!!" Kata Sandra.
Hans dan Dina saling berpandangan nggak tau hatus ngapain.
"Oke kamu minta buktikan?" Kata Hans.
Cup...Cup
Sebuah kecupan di pipi kanan dan kiri Dina dihadiahkan oleh Hans.
Dina langsung nampak tertegun sesaat dan salah tingkah tapi dia cepat menguasai keadaan.
"Terima kasih sayang!!" Kata Dina.
Sandra menutup mulutnya tak percaya pada apa yang telah dia lihat.
"Sekarang kamu percayakan? Kamu pergilah bawa semua pakaianmu, saya tidak ingin ada perempuan lain di rumah ini kecuali Hana!!" Kata Dina.
"Tapi...tapi aku masih sayang sama kamu mas Hans...aku nggak ingin pisah darimu!!" Jerit Sandra.
"Sayang sekali Sandra, kesempatanmu sudah habis, pintu hatiku telah tertutup!!" Kata Hans.
"Pergilah Sandra dan jangan pernah datang kembali di hidupku!!" Kata Hans datar.
Sandra berlari masuk kedalam dengan berurai air mata, membawa semua pakaiannya dan bersiap pergi.
"Awas kalian, aku sungguh tidak terima diperlakukan seperti ini!!" Teriak Sandra sebelum pergi.
"Nah masalah abang bereskan?? Gitu aja kok dibuat susah!!" Kata Dina.
"Iya, terima kasih ya Dina...maaf abang telah menciummu agar Sandra percaya pada kebohongan kita." Ucap Hans lega.
"Mungkin bagi abang ciuman itu hanya sandiwara tapi bagiku itu adalah sungguhan, abanglah yang telah mencuri ciuman pertamaku!!" Batin Dina.
Sepanjang perjalanan diantar pulang oleh Hans, Dina selalu tersipu karena selalu teringat pada ciuman Hans tadi di pipinya.
*************
"Mau apa kalian datang kemari??" Della mencoba menutup pintu tetapi sebuah tangan kuat menahannya.
Tubuh Della gemetar hebat saat di depannya telah berdiri sosok Bram dan Livia.
"Sekarang kamu tidak bisa pergi lagi dariku Della!! Kamu dan bayimu harus ikut kami!!" Tiba-tiba sosok Bram menarik kencang tangan Della sementara Livia mengambil bayi Devina dari dalam boks bayinya.
"Jangan...tidak...lepaskan bayiku, dia tidak bersalah jangan libatkan dia!!" Della terus berteriak hingga suaranya menjadi parau dan habis.
Keringat sebesar jagung terus mengalir deras di seluruh wajahnya.
Tangan Della terus menggapai-gapai dan berusaha berteriak untuk meminta pertolongan.
"Dek...bangun...kamu mimpi apa? Seluruh badanmu menggigil hebat seperti orang yang sangat ketakutan." Kata Johan suaminya.
Hosh...hosh...
Della bangun dengan nafas memburu.
"Kamu mimpi apa? Akhir-akhir ini tampaknya kamu sering bermimpi buruk!!" Kata Johan sambil menyodorkan segelas air putih pada istrinya.
"Aku mimpi mereka datang mas...mereka mau menangkap aku dan Devina!!" Kata Della nampak masih tegang.
Johan mendekati istrinya lalu duduk di sampingnya.
"Sini mas peluk!!" Kata Johan mendekap istrinya.
"Kamu nggak usah khawatir, kami semua tidak akan pernah membiarkan siapa pun menyakiti kalian lagi!!" Kata Johan.
"Tapi mimpi terasa begitu nyata mas!! Seolah dua manusia jahat itu tepat berada di sampingku tadi." Jawab Della.
Di lain tempat....
"Bagus Livia, kita teror terus dia lewat mimpi-mimpinya, tidak rugi kamu meminta dari nyi Seketi, kita akan membuat Della kembali stres seperti dulu, agar satu rahasia besar yang dia ketahui dan selama bertahun-tahun ini tenggelam di dalam kepalanya tak akan pernah bisa dia ingat kembali!!" Kata Bram tertawa lebar.
"Mas yakin Della tidak pernah menceritakan itu kepada siapapun?" Tanya Livia.
"Yakin sekali!! Karena saat masih bersamaku aku terus memberinya ramuan pencuci otak!! Jangankan orang lain keluarganya aja dia sakiti!!" Jawab Bram.
"Baguslah, karena aku tak masuk penjara gegara perempuan gila dan bodoh itu!!" Ucap Livia tertawa senang.
*
*
***Bersambung...
Jangan lupa selalu dukungannya ya reader, like, komen, vote, favorit dan rate nya🙏🙏