Di jebak oleh sahabat nya sendiri tepat di malam pertunangan nya, membuat Anastasya di tinggalkan oleh calon tunangan nya kerena terpergok di dalam kamar hotel bersama seorang pria yang ternyata adalah Housekeeping di hotel tempat nya menggelar pesta pertunangan.
Pria miskin yang bekerja di bawah suruhan orang, harus menjadi suami nya karena kejadian tersebut.
Seperti apa kisah mereka? Dan bagaimana kelanjutan nya?
Ayo ikuti hanya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Pekerjaan Diam-diam
"Aku berjanji ini yang terakhir kali nya.."
Seperti nya kata-kata tersebut hanya lah formalitas untuk menenangkan Luca beberala hari lalu, bukti nya siang ini Ana kembali keluar dari rumah tanpa izin terlebih dahulu pada suami nya.
"Maafkan aku, Luca. Tapi aku harus mencari pekerjaan untuk membantu keuangan kita" Gumam nya yang sudah berdiri tepat di depan sebuah pintu kedai coffee.
Beberapa hari lalu saat Ana berjalan melewati kedai ini, ia melihat selembar kertas yang bertuliskan 'Lowongan Pekerjaan Sebagai Barista Part Time'.
Walau pun hari itu kertas itu sudah tidak di tempel lagi di dinding kaca itu, namun Ana akan mencoba nya karena meracik minuman adalah hobi nya.
"Semangat Ana!" Seru nya yang kemudian melangkah masuk.
"Selamat datang" Sapa seorang pria di balik meja kasir itu.
Ana mengangguk samar, wanita itu menggunakan masker untuk menutupi sebagian wajah nya.
"Apa dia barista nya?" Batin Ana menatap pria yang baru saja memberikan sapaan nya.
"Ingin pesan apa nona?" Tanya ramah pria itu dengan senyum nya.
Ana termangu sesaat begitu melihat lesung fi kedua pipi pria itu saat tersenyum. "Dia sangat manis!" Puji nya dalam hati yang kemudian menggelengkan kepala nya. "Ingat kamu sudah punya suami, Anastasya!"
Melihat kelakuan Ana kedua alis pria di balik meja itu bertaut. "Anda baik-baik saja nona?" Tanya nya lagi.
"Ah iya, gapapa kok" Jawab Ana tersadar.
Pria itu mengangguk mengerti kemudian kembali bertanya. "Ingin pesan apa nona?"
Sebelum menjawab Ana melihat sekitar nya yang hanya ada beberapa orang, hingga akhirnya mata wanita itu kembali menatap pria di depan nya.
"Boleh saya bertemu dengan pemilik kedai coffee ini?" Tanya Ana.
Terdiam sesaat kemudian pria itu mengangguk. "Dengan saya sendiri, ada perlu apa nona?"
Ana melotot tidak percaya saat melihat pria muda dengan umur kisaran tiga tahun lebih muda dari nya menjadi seorang pemilik kedai coffee ini.
"Nona?" Pria itu mengayunkan telapak tangan nya di depan wajah Ana.
"Ah begini, kemarin saya melihat ada lowongan sebagai barista part time di depan sana. Apa lowongan itu masih ada?" Tanya langsung Ana sedikit ragu.
"Permisi nona, apa anda sudah selesai memesan?" Tanya seorang wanita di belakang Ana.
Ana pun langsung menoleh menatap wanita itu.
"Maaf nona, bisa kah saya menyelang anda? Saya terburu-buru sebentar lagi klien bos saya akan datang" Ucap wanita itu dengan sopan.
"Tentu, silahkan" Jawab ramah Ana yang menggeser posisi nya.
"Nona tunggu saja di meja sana, nanti setelah saya selesai kita bicarakan lagi" Ujar pria itu pada Ana yang mengarahkan nya untuk duduk.
"Baiklah" Ana pun menurut dan berjalan ke arah meja yang di tuju oleh sang pemilik kedai coffee itu.
Karena begitu mendengar kalimat terakhir yang pria itu ucapkan berarti lowongan tersebut masih ada membuat Ana tak segan menunggu satu jam pun.
"Semoga saja masih ada" Batin nya sedikit ragu.
Sekitar lima belas menit Ana menunggu karena setelah wanita sebelum nya, ada beberapa orang yang mengantri. Kini pria itu menghampiri Ana dengan membawa se-cup coffee.
"Maaf lama menunggu" Ujar pria itu memberikan coffee yang di bawa nya.
"Tidak masalah, untuk ku?" Jawab Ana seraya melirik cup coffee tersebut.
Pria itu mengangguk. "Gratis sebagai permintaan maaf ku, nona"
"Dia bukan pria yang membosankan, pantas saja kedai nya maju" Nilai Ana begitu mengamati sosok di depan nya.
"Oh iya perkenalkan nama saya, Andre" Pria bernama Andre itu mengulurkan tangan nya bermaksud untuk berkenalan.
Tanpa ragu Ana menyambut uluran tangan itu dengan sebelah tangan nya yang menurunkan masker nya.
"Anastasya"
Mata Andre melotot sempurna begitu melihat wajah Ana, bahkan mulut nya menganga tidak percaya saat mendapati sosok idola nya berada tepat di hadapan nya.
"Hei, kamu baik-baik saja?" Tanya Ana yang bergantian mengibaskan tangan nya di depan wajah Andre.
"Tidak,, maksud saya. Ini benar nona Ana? Anastasya?" Gugup nya masih terkejut.
Melihat respon berlebihan itu membuat Ana terkekeh samar. "Iya ini aku, kenapa? Kamu kaget ya aku menanyakan lowongan pekerjaan di sini?"
Tidak mampu berkata-kata, pria itu hanya menggeleng lalu mengangguk. Hingga beberapa saat kemudian baru lah ia kembali menormalkan ekspresi nya walaupun tidak senormal sebelum nya.
"Bagaimana? Apa lowongan itu masih ada?" Tanya Ana lagi.
"Masih nona, lowongan itu masih ada hanya saja saya cabut karena banyak yang tidak jadi bekerja di sini ketika mengetahui bayaran nya" Jelas Andre.
"Bagus lah, sekarang aku ingin melamar jadi barista part time di sini. Apa bisa?"
"Tentu bisa, tetapi saya hanya sanggup membayar seratus lima puluh ribu dolar perbulan nya"
Mendengar bayaran itu Ana hampir saja menjatuhkan rahang nya. Bahkan harga rumah kontrakan nya saja sebesar lima ratus ribu dolar perbulan.
Melihat ekspresi Ana, Andre pun menghela napas nya. "Saya sudah menduga jika nona tidak jadi--"
"Jadi! Aku jadi melamar di sini" Potong Ana cepat. "Tapi apa bisa di naikkan menjadi dua ratus ribu dolar?" Tawar nya.
"Maaf nona tapi harga sebelum nya sudah paling tinggi, karena nona hanya bekerja dari pukul sembilan pagi hingga dua siang saja selagi saya kuliah" Jelas nya.
Ana langsung menghitung dengan jari. "Berarti aku bekerja selama lima jam saja?"
Andre mengangguk. "Benar nona, tetapi setiap satu minggu sekali akan saya berikan tip sebesar tiga puluh ribu dolar dan nona bisa memakan makanan di sini untuk makan siang"
Terdengar menguntungkan walaupun gaji nya kecil dan sangat sedikit, namun seperti nya tidak ada pilihan lain terlebih lagi ia harus pulang sebelum Luca pulang dan pergi setelah pria itu pergi bekerja yang pas sekali dengan kedai ini.
"Baiklah aku mau" Jawab yakin Ana membuat Andre langsung menatap nya tidak percaya.
"Nona Ana serius?" Tanya nya.
"Iya aku mau, tetapi apa boleh menggunakan masker?" Tanya Ana sedikit ragu.
"Jika bisa jangan menggunakan masker, karena itu terlihat tidak sopan di mata pelanggan"
Ana meremat jari-jari nya sesaat memikirkan bagaimana jika nanti ia bertemu dengan para fans toxiic yang sejak kejadian itu selalu menghina nya.
"Saya mengerti ke khawatiran nona, entah berita beberapa waktu lalu benar atau tidak tetapi saya tetap mendukung nona" Ujar tiba-tiba Andre.
"Kamu..?"
"Benar nona, saya salah satu fans anda dan fans sejati tidak akan peduli dengan hal-hal seperti itu"
Ana tertegun tidak mampu berkata-kata lagi, ucapan pria di depan nya sama seperti yang Luca ucapkan untuk menyemangati diri nya.
...****************...