Jingga membenci kakaknya yang sudah berada di surga.
Kakak perempuannya itu sudah tiada sebelum Jingga lahir.
Membencinya adalah satu-satunya cara Jingga untuk menghadapi ibunya. Dia sering membandingkan dan mengira dirinya adalah mendiang kakaknya, Biru.
Jingga juga membenci Bagus dan Nadine, mereka adalah pacar dan sahabatnya yang tega mengkhianatinya.
Orang yang bisa mengerti Jingga hanyalah ayahnya, tapi dia jarang di rumah.
Sebenarnya masih ada satu orang lagi, meski terkadang menyebalkan, tapi sikapnya begitu baik dan pengertian terhadap Jingga. Dia adalah Langit.
Jingga butuh dukungan dari Langit, tapi Langit adalah mantan pacar mendiang kakaknya.
Langit jauh lebih tua darinya!
Tapi, daripada punya pacar seumuran yang mengkhianatinya, lebih baik punya pacar tua. Bukan?
Temui kisahnya hanya ada di Langit Jingga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fokus Lang!
“Lang, Lang, tunggu dulu!” Maxim sengaja menahan tangan Langit ketika laki laki itu hendak masuk ke dalam ruangan nya. Meeting yang seharusnya hanya memakan waktu satu jam, nyatanya dirinya sampai menghabiskan waktu hampir tiga jam karena terlalu banyak mengobrol dengan pak Faris.
“Kenapa?” tanya Langit mengerutkan dahi nya.
“Siapa cewek itu? Kamu sudah bisa melupakan Biru? Dia kah pengganti nya? Dari nama sih cocok Lang, tapi dia masih SMA. Astaga, yang bener aja Lang, jangan jadi pedofil. Anak ku aja udah mau SMP, gak beda jauh dari dia. Astaga Lang, udah kaya sugar dady aja kamu. Aku gak bisa bayangin kalau Sekar jadi—“
“Cukup Max!” saut Langit dengan cepat, “Jangan ngelantur, Otak kamu itu kejauhan mikir!Aku sama bocah itu gak ada apa- apa. Jangan ngaco deh, siapa juga yang bakal betah sama cewek kaya dia, jorok, bar bar, ceroboh, nyusahin!” cetus Langit panjang lebar kembali membayangkan sosok Jingga yang setiap kali bertemu dnegan nya selalu mengajak nya berdebat. Dan sialnya, dirinya yang selalu kalah dari gadis SMA tersebut.
“Aku cuma bertanya Lang, tapi kalau memang jodoh juga gapapa sih. Tapi kaya berasa sedikit aneh aja. Umur kalian—“
“Diem Max!” seru Langit begitu geram, “Sudahlah, dimana bocah itu?”
“Ada di dalam, tadi sebelum meeting dia bilang laper, jadi aku pesenin makanan,” kata Maxim membuat Langit menganggukkan kepala nya mengerti, “Tapi Lang—“
“Apa lagi Max?” geram Langit menahan kesal ketika setiap kali hendak membuka pintu, Maxim selalu menahan nya.
“Berapa kali kamu pakai dia? Sampai dia lemes lesu dan gak ada tenaga gitu? Aku cuma mau ngingetin kamu aja Lang, dia masih sekolah, main lah yang aman. Jangan sampai dia hamil, kalau memang kamu gak niat—“
“Tunggu!” Langit langsung menatap tajam pada Maxim, “Apa maksud mu?”
“Hah?” bukan menjawab Maxim sendiri malah jadi ikut bingung.
“Pulang lah lebih awal, seperti nya kamu udah gak betah kelamaan LDR sama istri kamu!” cetus Langit lalu ia segera masuk ke dalam ruangan nya.
Ya, saat ini, Maxim sedang LDR dengan istrinya, karena sang istri tengah berada di rumah orang tua nya yang berada di Bali. Sehingga mau tak mau ia harus berjauhan karena pekerjaan nya tidak bisa ia tinggalkan.
‘Halah, bilang saja kamu ketagihan sama rasanya. Makanya mengusir ku pulang lebih awal biar kamu bisa main di kantor. Lang, Lang, kamu pikir aku gak tau isi otak kamu!” decak Maxim memberengut kesal, lalu ia segera kembali ke ruangan nya dengan mulut terus menggerutu.
Langit langsung mengerutkan dahi nya ketika melihat sosok gadis yang masih memakai seragam putih abu. Jingga tertidur dengan begitu pulas di sofa ruang kerja nya. Ada beberapa makanan yang seperti nya belum tersentuh, masih tertata rapi di atas meja. Langit menghela nafas nya, ia melepaskan jas nya untuk menutupi kaki Jingga yang terpampang begitu jelas karena rok sekolah nya hanya sebatas lutut. Meskipun tubuh Jingga tidak terlalu tinggi, namun kaki nya yang begitu mulus serta kaos kaki yang hanya sampai pada mata kaki nya, sehingga memperlihatkan dengan jelas kaki jenjang nya yang sukses membuat jakun lelaki dewasa itu naik turun.
Hanya kaki, bukan yang lain, Langit menggelengkan kepala nya dengan cepat. Ia tidak mungkin tergoda kaki jenjang bocah SMA bukan? Lagi lagi ia menghela nafas kasar, lalu segera pergi menuju ruang kerja nya. Ia tidak mau terus memikirkan hal yang akan merusak pikiran nya.
‘Fokus Lang, fokus! Jaga mata dan pikiran kamu!’ umpat Langit pada dirinya sendiri.
