Nia terpaksa menikah dengan Abizar untuk balas Budi. Karena suatu alasan Nia harus merahasiakan pernikahannya termasuk keluarganya. Orang tua Nia ingin menjodohkan Nia dengan Marcelino. Anak dari teman papanya.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Abizar dan Nia ? Siapakah yang akan di pilih oleh Nia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Terakhir
Abizar membawa Nia pergi makan malam romantis di sebuah restoran dengan ruangan privat.
"Terima kasih sudah mau membantu ku selama ibu disini." kata Abizar setelah mereka duduk.
"Apa ini semua sebagai bentuk ucapan terima kasih ?" Nia menatap ke sekeliling ruangan dengan senyum. Abizar mengangguk membenarkan perkataan Nia.
Setelah selesai makan malam mereka kembali ke apartemen. "Kau tidurlah dulu di kamar. Aku masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan." ucap Abizar sambil menuju ruang kerjanya. "Iya. Terima kasih untuk makan malamnya." suara Nia masih terdengar sampai Abizar menutup pintu ruang kerjanya.
Abizar melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Selama dua jam Abizar hanya duduk berdiam diri tanpa melakukan apa-apa. Kemudian dia keluar dari ruang kerja dan menuju kamarnya. Abizar melihat Nia sudah tertidur pulas. Begitulah setiap malam yang dilakukan oleh Abizar selama seminggu ini.
Setelah berganti pakaian Abizar membaringkan tubuhnya di tempat tidur di samping Nia. Abizar akan memandang wajah cantik Nia hingga dia tertidur tanpa pernah menyentuhnya meski hanya sehelai rambut Nia.
Entah mengapa malam ini tangan Abizar terulur untuk menyentuh wajah damai Nia yang sedang tertidur pulas. Mungkin malam ini adalah malam terakhir Nia tidur di sampingnya.
Pagi hari Nia sudah bangun membuat sarapan untuknya dan Abizar. Memasak adalah hobi Nia jadi sedikitpun dia tidak merasa terbebani untuk membuat sarapan maupun untuk makan siang dan malam.
"Selamat pagi, Abi." sapa Nia saat Abizar tiba di meja makan.
"Pagi, Nia." Abizar melihat beberapa menu masakan di atas meja. Dia merasa heran karena tidak biasanya Nia memasak makanan yang banyak saat mereka hanya tinggal berdua.
Nia yang menyadari ekspresi wajah Abizar dapat menebak apa yang dipikirkan oleh laki-laki itu. "Aku sengaja memasak lebih. Sekalian untuk kamu makan siang nanti. Sebentar lagi aku akan pulang."
Abizar merasa terharu dengan perhatian Nia sekaligus terenyuh saat Nia mengatakan akan pulang. Dalam hati Abizar seakan tidak rela berpisah dengan Nia.
"Aku akan mengantarmu." ujar Abizar datar.
Hari Senin kini sudah tiba. Semua orang kembali disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing. Begitu juga denga Nia dan Abizar.
Nia sedang larut dengan pekerjaannya ketika pintu ruangannya di ketuk. Setelah mendengarkan perintah masuk, seorang laki-laki datang sambil membawa berkas di tangannya.
"Selamat siang, nona." Nia mengangkat kepalanya mendengar suara seseorang pria menyapa.
"Oh. Marcel. Jangan terlalu formal. Panggil saja Nia."
"Tapi ini masih di lingkungan kantor." ujar Marcelino.
"Sama saja. Silahkan duduk. Ada yang bisa aku bantu ?" tanya Nia.
"Iya. Ada sedikit yang ingin aku tanyakan tentang ini." Marcelino meletakkan berkasnya di atas meja.
"Apa itu ?"
Marcelino melihat jam tangannya "Sebentar lagi jam istirahat. Lebih baik kita membahasnya sambil makan siang. Lebih hemat waktu." tawar Marcelino.
"Hmm. Ide bagus." Nia menyetujui ajakan Marcelino.
"Tunggu sebentar. Aku akan membereskan pekerjaan ku dulu." Nia mulai merapikan berkas-berkas di atas meja kerjanya. Kemudian mereka keluar dari ruangan bersama-sama.
"Kita akan makan siang di mana ?" tanya Marcelino sambil berjalan menuju lift.
"Terserah kau saja. Karena kau yang mengajak ku makan siang." jawab Nia.
"Baiklah. Aku tau sebuah restoran yang bagus yang tak jauh dari kantor ini. Bagaimana kalau kita ke sana saja." saran Marcelino yang langsung disetujui oleh Nia.
Tanpa mereka sadari seseorang yang berada di belakang sejak tadi sedang memperhatikan sampai mereka memasuki lift.