Aileen Grizelle Azalea atau biasa disapa Aileen ini kabur dari rumahnya karena tak mau dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Saat kabur dari rumah,entah kenapa ia selalu bertemu dengan cowok yang selalu membuat moodnya down.
Hingga pada suatu hari ia tak sengaja bertemu dengan kedua orang tuanya dan orang tua cowok yang akan dijodohkannya dengannya.Dan mereka kaget karena Aileen kabur tapi malah ditemukan berdua dengan cowok yang akan dijodohkannya.
Setelah itu apakah yang akan terjadi?
Yukkk simak ceritanya...
p.s. Jangan terlalu dianggap serius ceritanya. Ini hanya sebuah fiksi. So, enjoy aja! but, cerita ini masih banyak kekurangan. Dan bagi yang gak suka pernikahan dini, gak usah baca daripada baca tapi berkomentar yang gak enak! Okay?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RiniAngraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telat
Budayakan like sebelum baca...
Happy Reading
.
.
.
Pagi ini berbeda seperti pagi kemarin. Aileen dan Vano tengah sibuk bersiap-siap ke sekolah. Sebenarnya Aileen saja sih. Vano dengan tenang menyisir rambut Aileen. Sedangkan istrinya itu? Sibuk memasang kancing kemeja sekolahnya.
Siapa suruh Aileen dibangunin Vano pagi-pagi tapi gak bangun. Bagaimana mau bangun kalau masih mengantuk? Dan bagaimana juga tidak mengantuk jika begadang nonton drama kesukaannya hingga menjelang pagi? Hmm tidak patut dicontoh.
Vano sudah berkali-kali melarangnya tadi malam. Tapi begitulah Aileen, keras kepala. Jadi beginilah kegiatan di pagi hari ini.
Ini bukan pertama kalinya sih. Sudah hampir sepuluh kali terjadi seperti ini. Dan semuanya karena Aileen.
"Aduh. Aku lupa! Belum nyiapin buku!" Jerit Aileen mengoles bedak dengan cepat di wajahnya.
"Aku udah siapin tadi malam," balas Vano sembari mengambil lip balm untuk Aileen yang langsung diterima sang istri.
"Makasih," ucap Aileen segera memoles tipis lip balm itu di bibirnya.
"Hmm."
"Yuk berangkat. Bentar lagi masuk!" Ucap Aileen tergepoh-gepoh mengambil tasnya.
xxx---
Setelah sampai di parkiran sekolah, Aileen langsung turun dari motor sport suaminya. Memang mereka memilih pake motor agar mudah nyelip-nyelip di jalan kata Aileen. Gadis itu berniat menyalami tangan suaminya seperti biasa. Namun ia tak menyadari bahwa ia sama sekali belum membuka helm doraemonnya.
Baru saja Vano ingin mengingatkan Aileen, tapi helm sudah kepentok di punggung tangan Vano.
"Awssss! Sakit, kok lupa kalau masih pake helm!" Ringis Aileen membuka helmnya yang dibantu oleh Vano.
"Makanya tidak usah terburu-buru," nasihat Vano.
"Gimana gak buru-buru kalau udah hampir telat! Udah ya aku ke kelas dulu. Assalamualaikum!" Pamit Aileen mencium kilat tangan Vano.
Vano memandang Aileen disertai senyum geli. Istrinya sudah ngacir. Vano menurunkan pandangannya pada jam yang melingkar di tangan kirinya. Lalu kembali mendongak menatap tubuh Aileen yang semakin menjauh.
"Padahal kita sudah telat 4 menit."
xxx---
Aileen memelankan larinya saat mendengar suara salah satu guru killer yang setaunya mengajar di kelasnya jam pertama. Aileen menghentikan larinya dan melangkah pelan. Apa ia telat? Demi apa? Ia telat di hari pertama masuk sekolah di semester genap?
Aileen bisa melihat dari jendela kelasnya. Temannya sedang sibuk mencatat apa yang dijelaskan oleh guru biologi tercinta mereka yang killer itu. Aileen melambaikan tangannya hingga Rena melihatnya. Ia berjingkrak senang.
Bu Hasna -guru bilogi- yang sibuk menulis sesuatu di papan tulis mengalihkan pandangannya ke arah luar kelas. Mendapat kode dari Rena, Aileen segera menunduk hingga tubuhnya tersembunyi dari balik tembok.
Aileen jalan jongkok mendekati pintu dan mengintip di celahnya. Setelah merasa aman karena Bu Hasna kembali menulis di papan tulis, Aileen perlahan berdiri dan melangkah pelan memasuki kelasnya. Rasanya Aileen ingin berteriak kesenangan saat ia sebentar lagi mencapai mejanya.
"Hmm!"
Dehaman seseorang membuat Aileen menghentikan langkahnya. Aileen memandang Rena yang menunjuk ke belakangnya dengan muka horor. Sudah bisa ditebak siapa yang berdeham. Perlahan Aileen membalikkan badannya dan cengir menatap guru killer di depannya ini.
"Ehh Ibu, assalamualikum, Bu." Aileen langsung menium punggung tangan guri biologinya itu.
"Waalaikumsalam. Aileen Grizelle Azalea, kamu tau 'kan harus kemana?" Balas bu Hasna sambil memainkan spidol di tangannya.
"Hehe tau dong, Bu. Ke kursi saya 'kan? Makasih lho, Bu. Ibu emang the best!" Ujar Aileen lalu segera ke kursinya dan menyimpan tasnya di atas meja.
"Siapa yang nyuruh kamu duduk? Kamu keluar sekarang! Dan hormat menghadap tiang bendera!" Ucap bu Hasna dengan lantang membuat Aileen menunduk.
"Padahal 'kan bukan hari senin, kenapa harus hormat coba? Apa karena pas hari senin gue gak dateng? Tau gini gue perpanjangin izin gue sampai hari ini!" Cibir Aileen yang ternyata bisa didengar sang guru.
"Kamu mau hukuman kamu ditambah? Cepat keluar! Gak usah protes! Siapa suruh terlambat!"
"Iya, Bu. Iya."
Dengan kesal Aileen melangkah keluar menuju lapangan upacara. Memang ia tak datang ke sekolah selama tiga hari ini karena lelah setelah liburan panjang bersama suaminya. Tentu dengan paksaan Aileen. Vano mana mungkin.
Dan betapa senangnya Aileen saat mendapati seseorang yang sangat dikenalinya berdiri menghadap tiang bendera sambil hormat. Langsung saja Aileen berlari menghampiri Vano.
"Kamu dihukum juga?" Tanya Aileen yang sudah pasti jawabannya 'Ya'. Buat apa Vano cape-cape berdiri hormat kalau tidak dihukum? Huh! Pertanyaan konyol.
"Iya," jawab Vano dengan senyum kecilnya.
"Ayo hormat! Kenapa masih diam!" Teriak bu Hasna di pinggir lapangan yang membuat Aileen mau tak mau hormat.
"Saya awasin kamu. Jadi jangan coba-coba kabur," ucap bu Hasna sebelum pergi.
Aileen memandangi tubuh guru biologinya itu hingga hilang di belokan. Lalu pandangannya terjatuh pada guru olahraga yang sempat bercakap dengan bu Hasna tadi.
"Guru olahraga itu ngawasin kita," ucap Vano yang tak tau nama guru olahraga baru yang masih honor itu.
Aileen mendengus kesal menyesali kenapa tadi malam ia tak mendengarkan titah suaminya agar menunda untuk menonton drakor hingga weekend. Kalau begini ia sendiri 'kan yang susah. Bukan sendiri sih tapi ia menyeret suaminya juga.
Matahari mulai terik hingga peluh perlahan mulai keluar dari kulit putih Aileen. Pantas saja, saat ini sudah pukul 8 pagi.
Tiba-tiba Aileen tidak merasakan terpaan sang surya lagi. Ia berbalik. Dan rupanya sang suami tercintanya yang berdiri di belakangnya mengahalangi sinar matahari.
Mereka saling pandang dan tersenyum. Hal kecil yang dilakukan Vano begitu manis di mata Aileen. Entah sudah berapa kali Aileen bersyukur karena ialah yang menjadi pasangan cowok di depannya ini. Dan semoga selamanya akan seperti itu.
-TBC-
di hp dulu x ya... 🤗🤗🤗
padahal disini dy yg paling nyebelin