NovelToon NovelToon
Dark Knight

Dark Knight

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: PenjagaMalam

Nolan seorang sarjana fisioterapi yg memiliki mimpi menjadi seperti ayahnya seorang dokter hebat yg berhasil menyelamatkan banyak nyawa.

Tetapi dalam prosesnya banyak masalah muncul hingga akhirnya Nolan kehilangan kedua orang tuanya dan harus berjuang bertahan hidup bersama adiknya.

Disaat situasi yg putus asa, orang yg tidak pernah terpikirkan olehnya datang dan memberi secercah harapan.

Sebuah jalan baru yg memungkinkan Nolan untuk mengubah kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenjagaMalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Pahlawan Elvin

Matahari pagi menyinari halaman Klinik Mahaputra. Burung-burung berkicau riang, menyambut hari baru yang tampak begitu damai.

Nolan sedang membereskan beberapa dokumen, sementara Nadia duduk di sofa dengan ransel besar di sampingnya, memeriksa ulang daftar keperluan untuk perjalanan ke Bali.

“Sudah siap?” tanya Nadia

“Kurang lebih,” jawab Nolan tanpa mengalihkan pandangan dari berkas-berkas. “Kita tunggu Karisa."

“Aku sudah menghubungi kak Karisa tapi belum ada jawaban." sahut Nadia cepat.

Tepat setelah itu ketukan pelan terdengar dari arah pintu depan klinik. Dinda dengan setelan sekretaris kantor yg seksi perlahan masuk.

“Ada yg bisa ku bantu.” kata Nolan.

"Jangan terlalu formal, kebetulan lewat jadi aku meluangkan waktu berkunjung menemui teman lama."

Dinda duduk dengan sikap santai, seolah ini bukan pertama kalinya ia berkunjung.

“Sepertinya klinik tutup hari ini, apa kalian akan jalan jalan ke suatu tempat? Boleh aku ikut bersama kalian." kata Dinda setelah mengamati situasi sekitar.

“Kami akan pindah ke Bali, memulai semuanya dari awal.”

Dinda terdiam sesaat mendengar jawaban Nolan sebelum dia bertanya dengan wajah gelisah. "Bersama Karisa?"

"Rencananya seperti itu tapi bahkan tanpa dia aku akan tetap pergi ke Bali."

Wajah Dinda semakin kusut. "Dulu kamu bilang tidak suka dengan keluarga besar mu di Bali, apa semua sudah berubah?"

"Ini tidak ada kaitannya dengan keluarga ku di Bali."

"Jika aku ingin kamu tetap tinggal di sini apa kamu akan membatalkan kepergian mu?"

"Jelas tidak, kamu tahu sendiri apa alasannya. Aku nggak hidup di masa lalu, Din.”

“Dulu kamu nggak sedingin ini, lan” ucap Dinda pelan. “Apa Karisa membuat jadi seperti ini? Apa kamu pikir dia tulus mencintai mu?"

Nolan tersenyum. Kali ini, senyum yang dalam dan mantap—bukan basa-basi, tapi juga bukan keramahan. Lebih mirip kekuatan yang datang dari pengalaman pahit.

“Selalu ada alasan di balik perasaan cinta seorang wanita dan cinta yg muncul tanpa alasan khusus adalah sebuah cinta murni yg hanya ada di dalam novel. Aku tahu semua ini berkat mu jadi terima kasih.” jawabnya tenang.

Dinda menggigit bibirnya, mencoba menahan emosi. “Dulu aku melakukan hal yg kejam pada mu."

“Hal yg normal bagi seseorang membuang barang tak berguna ke tempat sampah." ucap Nolan, suaranya datar namun penuh ketegasan.

“Kamu masih menyimpan dendam?”

“Bukan dendam. Ini soal prinsip. Sekali kepercayaan hancur, semua akan berubah. Aku bisa memaafkan, tapi bukan berarti aku harus membuka ruang lagi untuk hal yang sama.”

Dinda menunduk. Ia mungkin berharap Nolan masih pria yang sama seperti dulu yang mudah tersentuh dengan air mata dan kenangan. Tapi yang berdiri di hadapannya kini adalah pria yang telah melewati dua dunia dan pelatihan mental ektrim dari sosok misterius tak tahu malu yg di berikan sistem penjaga malam.

Dinda merasakan sesak di dadanya, air matanya jatuh kali ini murni karena dia merasakan rasa sakit kehilangan dan penyesalan yg luar biasa.

"Apa tidak ada kesempatan?"

Nolan mengangkat alis. “Kamu hanya FOMO (Fear Of Missing Opportunity) jadi sebaiknya kamu kembali dan renungkan diri mu sendiri, apa kamu benar benar ingin kembali pada ku atau kamu takut kehilangan kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari ku."

Dinda akhirnya berdiri, menghapus air matanya lalu berbalik pergi sambil berkata. "Maaf..."

“Aku mendoakan kebahagian mu Dinda.” jawab Nolan pelan namun mantap membuat hati Dinda semakin sakit. Dia akhirnya mengerti hal kejam seperti apa yg sudah dia lakukan pada Nolan.

Setelah pintu tertutup di belakang wanita itu, Nolan menghela napas panjang dan kembali duduk untuk menunggu kedatangan Karisa.

Satu jam... Dua jam... belum ada tanda tanda kedatangan Karisa. Nolan menghubunginya beberapa kali tetapi tidak ada jawaban sama sekali.

"Kak, kita akan telat jika tidak berangkat sekarang. Kamu tahu sendiri bagaimana jalanan di ibu kota saat jam sibuk dimulai." Nadia juga terlihat sangat gelisah.

"Kita tunda keberangkatan sampai kita tahu apa yg terjadi pada Karisa."

"Terserah kakak saja." Walaupun begitu Nadia di penuhi ekspresi keluhan dan kekecewaan, kembali memainkan ponselnya untuk mendapatkan kabar dari Karisa.

 

“Kau gagal,” ucap Aryo pelan, nyaris seperti bisikan. “Padahal kau satu-satunya yang bisa menyentuh hatinya tanpa senjata.”

Dinda menggertakkan gigi. “Jadi kamu hanya memanfaatkan ku?"

“Lalu apa lagi? Selain tubuh mu yg nikmat tidak adalah lagi yg berguna dari mu” Jawaban sarkas Aryo kembali membuat hatinya hancur, dia sadar selama ini dia sudah salah tetapi sudah terlambat baginya untuk kembali.

“aku tak bisa lagi membiarkan siapa pun mendukungnya. Jika hati tidak bisa dihancurkan… maka aku akan menghancurkan pilar-pilar yang menopangnya.” Aryo tidak lagi menyembunyikan sifat aslinya karena Dinda sudah tak lagi di perlukan.

Dinda mengerutkan dahi. “Apa maksudmu…?”

"Maksudnya sudah jelas, aku tidak lagi membutuhkan mu jadi enyahlah. Dengan wajah dan tubuh seksi mu, tidak kurang pejabat yg siap memelihara mu."

"Kamu...." Dianggap sebagai pelacur membuat Dinda sangat marah tetapi tidak ada yg bisa dia lakukan selain berbalik pergi meninggalkan Aryo.

Setelah kepergian Dinda, Aryo berdiri, menekan tombol pada konsol utama. Seluruh ruangan bergetar lembut saat jalur energi X-41 diaktifkan. Semburat ungu dan hitam menyala di sepanjang dinding, menciptakan pola rune unik yang berdenyut liar.

“Aku akan menyerang Karisa. Tapi bukan langsung. Aku akan mencabut satu-satunya orang yang membuatnya kuat—ayahnya.”

Ia menyentuh kontrol panel dimensi X-41, memicu aktivasi energi level-4. Dari balik dinding kaca, tabung reaktor bergetar hebat, menandai pemanggilan frekuensi yang belum pernah ia akses sebelumnya.

Di halaman belakang vila, ayah Karisa duduk di kursi malas sambil membaca surat kabar. Tak ada firasat apa pun. Hanya burung berkicau dan angin pegunungan yang sejuk.

Namun dari udara, partikel energi hitam tak kasatmata mulai meresap. Sekilas tampak seperti debu, tapi ketika menyentuh kulit… suhu tubuhnya menurun drastis.

“Ugh…” gumam sang ayah, memegang dadanya.

Dalam hitungan menit, ia jatuh dari kursinya, tubuhnya kaku, napasnya berhenti—tanpa luka, tanpa suara, hanya diam dalam kematian yang tak wajar.

Berita kematian mendadak ayah Karisa menyebar cepat. Di media sosial, akun-akun palsu mulai menyebarkan narasi bahwa kematiannya terjadi setelah menjalani terapi pemulihan dari Klinik Mahaputra.

Beberapa outlet berita mencium aroma skandal medis.

Nolan yg melihat berita berusaha menghubungi Karisa tetapi setelah beberapa panggilan yg di tolak, Nolan memilih berhenti dan memberi ruang untuk Karisa.

Saat kremasi, Nolan dan Nadia datang untuk berbelasungkawa tetapi yg dia dapatkan hanya tatapan sinis dari orang orang yg hadir. Karisa sendiri bahkan menjauh, berusaha menjaga jarak yg membuat Nolan tak bisa berkata kata selain pasrah.

Di langit malam yang remang, tepat di atas bumi, retakan tipis membelah udara. Retakan itu berdenyut, memancarkan cahaya biru pucat dan dari celah itu... sesosok tubuh jatuh melesat, menembus atmosfer dan menghantam hutan terpencil di Jawa Barat.

Tubuh itu bergerak. Laki-laki muda dengan rambut putih keperakan, pakaian lapis baja ringan dan lambang phoenix emas di dadanya. Matanya perlahan terbuka—mata yang mencerminkan tekad seorang pahlawan.

“Di mana... ini?” bisiknya.

Namanya adalah Elvin, pahlawan dari dunia lain yang sedang menyelidiki anomali yg terjadi di kerajaannya dan tanpa sengaja, dia kini terjebak di bumi.

Karisa berdiri di luar kantor forensik. Di tangannya, hasil autopsi yang dikirim melalui jalur internal. Hasilnya mencurigakan: kematian mendadak, tubuh tanpa luka, sel tubuh terbakar dari dalam seperti terkena radiasi asing.

Ia menatap langit. “Ini bukan kematian biasa…”

Seseorang mendekatinya dari kejauhan.

“Sedang menyelidiki sesuatu?”

Karisa menoleh. Seorang pria tampan dengan aura percaya diri berdiri di sana. Elvin, dengan gaya elegan dan sopan, mengenakan jas gelap yang dipinjam dari penduduk lokal.

“Aku mendengar soal kematian aneh. Aku juga mencari jawaban... tentang mengapa aku ada di dunia ini.”

Karisa menatapnya curiga. “Siapa kamu?”

“Elvin. Aku… dari tempat yang sangat jauh.” Ia tersenyum, kemudian mendekat. “Dan aku yakin, kematian ayahmu... terkait dengan kekuatan yang sama yang menyeret ku ke sini.”

 

Malam Hari

Karisa dan Elvin duduk berdua di pojok kafe. Elvin menjelaskan tentang dunia asalnya yang pernah hancur karena energi jahat mirip X-41. Dia melihat pola yang sama pada laporan otopsi.

“Aku punya kemampuan mendeteksi sisa energi itu,” ucap Elvin. “Energi itu mengarah pada tubuh ayah mu dan aku bisa merasakan dari mana asalnya.”

Karisa mengernyit. “Apa mungkin dari seseorang yg dekat dengan ku?”

Elvin tersenyum lembut. “Jika ya maka seharunya kamu juga memiliki sisa sisa energi jahat di tubuh mu tetapi kamu bersih. Mungkin seseorang yg tidak pernah kamu temui tetapi sangat membenci mu.”

Karisa terdiam, dia memikirkan sebuah nama di benaknya. Dia adalah Aryo Prasetyo.

Elvin menatap Karisa dalam-dalam. “Kamu memikirkan sebuah nama di pikiran mu? Bagaimana jika kita mulai penyeledikan dari sana."

Karisa menggenggam cangkir kopinya. "Tidak semudah itu, dia adalah orang yg berpengaruh jadi kita perlu seseorang yg bisa melawan pengaruhnya.”

Elvin mengangguk setuju. "Aku baru di dunia ini jadi perlu beradaptasi dengan sistem dunia ini."

Karisa tersenyum kecil. "Tenang saja, aku akan jadi pemandu mu."

Elvin menatapnya beberapa detik, lalu tersenyum hangat. Dalam hatinya, ia merasakan sesuatu—ketertarikan mendalam. Misi penyelamatan dunia tampak lebih berarti dengan Karisa di sisinya.

Dan diam-diam... Elvin berpikir:

"Jika aku bisa menyelamatkan dunia dan mendapatkan cinta wanita seindah ini… maka aku sungguh pahlawan sejati."

1
Khairul Azman Abdul Kahar
kenapa nama watak didalam novel Indon memakai nama orang Hindu
PenjagaMalam: Nama atau kejadian hanya fiktif, sebuah novel fantasi yg di buat melalui imajinasi untuk hiburan semata dan tidak ada latar belakang agama di balik sebuah nama.

sekedar masukan saja, sebuah nama tidak mencerminkan agama atau baik buruknya seseorang melainkan dari tindakan mereka.

Bahkan sesuatu yg terlihat baik belum tentu baik pada kenyataannya.

Semua tergantung luasnya pengalaman hidup, buku yg kita baca, banyaknya tempat yg kita kunjungi dan tipe orang yg pernah kita ajak berinteraksi yg akan memperluas cara pandang kita dalam menilai sesuatu.

semoga bermanfaat ya kak....
total 1 replies
babyzizie
Pengen bacanya lagi dan lagi!
NotLiam
Kebangetan deh!
_Sebx_
Serius, ceritanya bikin aku baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!