Mengisahkan tentang seorang gadis muda yang bernama Mutiara Sanjaya atau biasa di sapa Ara, Ara adalah anak pertama dari seorang pengusaha yang cukup ternama bernama Surya Sanjaya
Ara juga mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Berliana Sanjaya atau biasa di sapa Nana, Nana terlahir dari pernikahan papanya yang kedua. Hal tersebut bisa terjadi karena mama kandung Ara meninggal dunia saat melahirkan dirinya
Suatu malam Ara di jebak oleh mama Tania dan Nana menyebabkan dia harus kehilangan kehormatan nya dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal
Pria tersebut adalah Raditya Mahardika seorang CEO muda yang paling di segani di kota tersebut
Hasil hubungan satu malam tersebut membuat Ara mengandung seorang anak yang menjadi kekuatan bagi dirinya, di awal kehamilannya Ara pun merasa sangat terpuruk tetapi orang di sekitarnya membuat dia bangkit kembali
Apakah takdir akan mempertemukan kembali dirinya dengan sang pria pada malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triana mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama
Ara tetap dapat tersenyum saat mengetahui bahwa kini pria yang menguasai hatinya sudah bertunangan dengan adik nya sendiri, dari situ Ara menyadari bahwa cintanya untuk Dion benar-benar sudah menghilang saat Dion memilih untuk tidak percaya pada dirinya
Hari itu semua orang di kediaman Gilang sedang sibuk merapikan barang-barang yang akan mereka bawa, mereka merencanakan akan kembali ke kota asal mereka pada esok hari
Sedangkan di seberang sana Nana sudah berkali-kali berusaha menghubungi Dion tetapi semua panggilan dari Nana di abaikan oleh Dion, hal tersebut terjadi karena Dion sedang berkumpul dengan Adit dan yang lainnya sedangkan ponselnya dia tinggalkan di dalam mobil
"Sial, aku sudah serahin semuanya tetapi kak Dion masih aja bersikap dingin sampai saat ini, bahkan dia sering banget ga mau angkat telpon dari aku"
Saat Dion akan kembali ke apartemennya dia sempat memeriksa ponselnya dan melihat banyak sekali panggilan telpon dan pesan dari Nana
"Astaga belum jadi istri aja udah begini, gimana kalau kami sampai menikah? pasti aku bakal di ikat sama dia"
Dion masih membaca pesan yang di kirimkan oleh Nana dan ponselnya pun sudah berdering, dengan rasa malas Dion pun menjawab telpon dari Nana
"Kamu dari mana aja sih kak?"
"Aku ngumpul sama Adit"
"Kamu bilang kamu mau tanggung jawab!! sekarang mana buktinya? yang ada kamu selalu menghindar dari aku dan keluar dengan teman-teman kamu ke tempat ga jelas itu!!"
"Semenjak kita bertunangan aku sudah mulai bertanggung jawab sama kamu"
"Apa kak Dion pikir arti kata tanggung jawab cuma sebatas uang?"
"Terus kamu mau apa lagi?"
"Aku mau kak Dion mulai memikirkan pernikahan kita"
"Maaf aku ga bisa kasih apa yang kamu minta sekarang" dengan tegas
"Apa semua karena kak Ara?"
"Iya!! karena sampai detik ini aku ga bisa melupakan Ara, dan aku mau dengar penjelasan dari Ara tentang kejadian malam itu!!"
"Terus gimana dengan nasib aku kak? apa selamanya kita akan begini?"
Dion hanya terdiam dan tak mau menjawab pertanyaan dari Nana
"Lagi pula sampai kapan kak Dion mau tunggu kak Ara? bisa aja kak Ara ga akan pernah kembali lagi selamanya!!"
"Cukup!!"
Dion yang sudah ikut berteriak membuat Nana langsung membungkam mulutnya
"Aku yakin Ara pasti pulang, aku butuh menyampaikan permintaan maaf aku ke dia. Karena saat itu aku menjadi laki-laki bodoh yang ga percaya sama dia!!" Dion langsung memutuskan sambungan teleponnya
Nana pun langsung melempar ponselnya ke sembarang arah
"Dia sudah pergi selama ini bahkan ga pernah kasih kabar sekali pun ke papa, kenapa dia masih aja jadi penghalang untuk hubungan aku dan kak Dion? aku harap selamanya dia ga akan pernah kembali lagi ke sini"
Pagi itu setelah sarapan semua sudah bersiap untuk pergi ke bandara dan kembali ke kota asal mereka, Gilang saat itu tampak sangat bahagia karena dia bisa berada di dekat mamanya. Ara pun merasa sedikit bersalah di dalam hatinya
"Maaf ya kak karena aku dan Daffa kalian sampai sekarang masih ada di kota ini untuk menemani kami, seandainya aku tau lebih awal bila keadaan tante sedang tidak baik. Aku yang akan meminta kita semua untuk kembali, karena tante adalah orang yang memeluk aku dengan tulus saat aku terpuruk"
Tanpa sadar mata Ara pun mulai berkaca-kaca karena merasa bersalah dan kesadaran nya mulai kembali saat sebuah tangan yang mungil menggenggam tangan Ara
"Mama jangan sedih ya kan ada Fafa yang akan selalu jaga mama di sana" tersenyum
"Makasih ya sayang" tersenyum
Saat pesawat yang mereka tumpangi baru saja mendarat, mereka semua bergegas untuk keluar. Dan saat sedang menunggu supir yang akan menjemput Daffa ingin pergi ke toilet sehingga Gilang yang pergi menemani, sedangkan Ara dan Merry memilih untuk duduk di salah satu bangku yang telah di sediakan
Daffa sudah terlebih dahulu keluar dari dalam toilet sedangkan Gilang masih berada di dalam, Gilang berteriak agar menunggu dirinya terlebih dahulu dia hanya tak mau bila Daffa nanti akan tersesat. Dengan berat hati Daffa terpaksa menunggu Gilang di sana
Tiba-tiba saja ada dua orang pria muda yang masuk ke dalam toilet, pria yang berdiri di depan langsung terdiam membeku saat melihat Daffa dengan tatapan mata yang heran
"Kenapa anak ini bisa mirip banget sama gw waktu kecil ya?"
Daffa yang selalau di ajarkan untuk tidak mendekat dengan orang yang tidak di kenal mulai merasa risih karena pria tersebut terus menatap ke arah dirinya, Daffa pun menatap balik orang tersebut tanpa rasa takut sama sekali Dengan tatapan mata yang sinis
"Papi aku ada di dalam, jadi ga usah punya pikiran yang aneh-aneh" menunjuk ke arah toilet di mana Gilang berada
Saat itu Daffa salah paham dia pikir orang tersebut akan melakukan hal buruk terhadap dirinya, sedangkan Gilang yang mendengar kata-kata dari Daffa langsung mempercepat apa yang sedang dia lakukan
"Kenapa aku merasa tingkah sombong anak ini juga sama dengan aku?"
Pria tersebut yang tak lain adalah Adit hanya mengerutkan keningnya sambil tersenyum tipis, karena untuk pertama kali ada seorang anak kecil yang tidak takut saat berhadapan dengan dirinya. Tak lama kemudian Gilang pun keluar dari dalam kamar mandi karena merasa khawatir
"Pak Adit"
Adit mengalihkan pandangannya kepada Gilang sambil berusaha mengingat
"Maaf pak saya Gilang saya pernah menjadi manager hotel bapak yang ada di luar kota"
"Oh itu anak kamu?" menatap ke arah Daffa
Gilang pun langsung menggendong Daffa seperti yang biasa dia lakukan
"Ya pak"
"Muka dia kan beda banget sama gw, tapi kenapa anak dia bisa mirip banget sama gw pas kecil? Akh bisa aja ini cuma kebetulan"
"Fafa ayo minta maaf sama pak Adit"
"Fafa ga mau minta maaf papi soalnya tadi dia yang liatin aku terus, kan kata mami kalau kita kayak gitu berarti ga sopan" memasang wajah tak berdosa
"Aduh, maaf pak kalau anak saya menyinggung perasaan bapak"
"Ga apa, ga masalah kok namanya juga anak-anak"
"Kalau begitu saya permisi dulu pak"
"Oke"
Gilang mulai melangkahkan kakinya ke arah pintu sambil menggendong Daffa dengan posisi kepala Daffa mengarah ke belakang, entah mengapa saat itu Adit benar-benar merasa tertarik akan wajah dan tingkah Daffa. Adit pun menolehkan wajahnya kembali ke arah mereka, dan tiba-tiba saja Daffa menjulurkan lidahnya meledek Adit
Adit bukannya merasa kesal dia malah tersenyum tipis melihat tingkah Daffa, ada sebuah perasaan yang dia sendiri tak mengerti sedang bergejolak di dalam hatinya. Karena selain wajah Daffa yang sangat mirip dengan foto saat dia kecil tetapi tingkah mereka pun hampir sama
"Benar-benar aneh, gw ngerasa suka melihat anak itu. Baru sekali ini gw merasa suka terhadap anak kecil"
Ternyata saat itu Adit akan pergi ke luar negeri karena ada urusan bisnis yang sangat penting, tetapi tanpa dia sadari dia sudah berjumpa untuk pertama kalinya dengan anak kandungnya sendiri
smgt trs
tapi jgn terlalu baik.sb klau lemah dgn mudah nya kamu di tindas. jadi lah wanita yg kuat di mata mereka. aku sbgai wanita ibu tunggal akan mendukung mu. smgt thor
1 malam bersama dan berdekatan wajah pun gk tau. waktu berciuman psti kan ttp wajah nya. dunia novel mmg nyleneh. smgt ae thor