Kisah seorang Wanita bernama Reyna yang mampu berjuang menghadapi kehidupan dengan iman dan keyakinannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Kenyataan Pahit
"Assalamualai....Kum...."Reyna membeku melihat pemandangan di depannya, Dinda memeluk seorang wanita yang menagis tersedu dan dia adalah AZETA, di sampingnya Rehan yang mengelus punggung Azeta pelan menenangkan, sedangkan Agam terdiam menunduk duduk di kursi
Reyna memejamkan mata sebentar dan mengulangi salamnya
"Assalamualaikum...!" Sambil tersenyum yang sangat di paksakan
"Waalaikumsalam..." Semua menjawab serentak dan berdiri kaget melihat kedatangan Reyna
"Ada tamu Bun..?" Kata Reyna tenang sambil berjalan mendekat
"Rey...sayang...aku bisa jelaskan semuanya...tolonglah...aku mohon sayang..." Kata Reyhan
"Aku mandi dan sholat dulu yang..."
"Silahkan menikmati kunjungan anda nyonya Rehan.." kata Reyna sambil berlalu meluruskan pandangannya.
Degg..!
Rehan terdiam, semua orang yang ada disana tidak ada yang bersuara mendengar bagaimana Reyna memanggil Azeta, Azetapun tertunduk
Dikamar Reyna langsung masuk kamar mandi di hidupi shower dan menangis pelan, memejamkan mata sambil memegang dadanya yang terasa sangat sakit "Kau diciptakan oleh Alloh untuk menjadi wanita kuat Reyna.." batin Reyna memberikan support untuk dirinya.
Setelah itu Reyna keluar dan merias wajahnya agar tidak kelihatan pucat, kali ini riasan Reyna berbeda dari biasanya, sedikit agak tebal terkesan dingin dan tegas.
Dengan langkah tenang Reyna berjalan di Ruang Tengah, disana sudah ada Dinda,Agam,Rehan dan Azeta,
Semua menatap Reyna dengan takjub karena terlihat begitu cantik tapi juga dingin.
"Bagaimana kalau kita makan malam dulu sayang..? "Tanya pelan Dinda ke Reyna dengan wajah cemas
"Reyna ikut aja bun..." Jawab Reyna sambil tersenyum dan menggandeng Dinda
Di ruang makan yang biasanya hanya ada 4 kursi sekarang ada 5 kursi, satu sisi ada 2 kursi dan sisi lainya ada 3 kursi, Agam dan Dinda duduk di sisi meja yang ada 2 kursi, Rehan dan Azeta duduk di sisi yang ada 3 kursi , Rehan berada di kursi yang tengah, tersisa satu kursi kosong di sebelah kanan Rehan dan semua berharap Reyna duduk disana.
Reyna melangkah dengan tersenyum dan menuju ke kursi kosong itu, tapi bukan untuk duduk melainkan memindahkan kursi itu ke sebelah Agam tepat di depan Rehan
"Maaf saya rasa seperti ini lebih nyaman" kata Reyna
Semua terdiam
"Baiklah mari kita makan..." kata Agam memimpin doa, setelah itu menikmati menikmati makanan dengan tidak nyaman, kecuali Reyna yang sengaja memakan makanannya dengan lahap, tanpa menoleh ke arah manapun, baginya hanya ada makanan dan dirinya, tanpa perduli Azeta yang meladeni Rehan
Setelah makan, semuanya di bersihkan oleh pembantu rumah tangganya, setelah bersih semua, Agam mulai berbicara
"Sebelumnya maafkan kita Rey... Semua terjadi karena kita semua tidak terbuka tentang masa lalu Rehan"
Reyna hanya terdiam sambil menatap Rehan, dengan setenang mungkin
"Maafkan aku yang...aku bersalah...dan jujur aku tidak sengaja melakukannya.. sungguh yang.." Kata Rehan mengambil tangan Reyna untuk di pegang erat
"Baik...aku masih belum mengerti dengan semua ini...ceritakan semuanya sekarang... Sepahit apapun akan aku terima" kata Reyna sambil melepaskan genggaman Rehan
"Dia adalah Azeta, wanita pertama yang berhasil membuatku jatuh cinta, kami menjalin hubungan selama 4 tahun"
Rehan terdiam sesaat dan berusaha menahan air matanya, sementara Reyna terdiam selalu beristighfar untuk mengendalikan rasa sakit hatinya
Azeta menyambung cerita Rehan
"Kami terpisah karena kesalahanku Rey...di tahun ke empat kami melakukan sebuah kesalahan, dengan melakukan hubungan intim yang membuatku hamil" kata Azeta terisak
Reyna meremas tangannya sendiri untuk menahan rasa sesak yang semakin menjadi
"Kami berdua sebagai orang tua tidak mau mengambil resiko sehingga menikahkan mereka secara siri, karena waktu itu semuanya benar-benar belum siap" kata dinda tertunduk
"Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa aku hamil, dan aku sangat setres, hingga melakukan tindakan bunuh diri, yang ternyata itu tidak membunuhku tapi bayiku.." Azeta semakin terisak, dan Rehan menahan pundaknya agar Azeta tidak terjatuh
"Setelah kejadian itu aku merasa sangat membenci Rehan, dan meninggalkannya, dengan harapan aku bisa kembali tenang...tapi selama 5 tahun aku melakukan itu malah membuatku tersiksa...dan maaf aku tidak kuat hidup tanpa Rehan... Maafkan aku Reyna...aku minta maaf..." Kata Azeta sambil menangis dalam pelukan Rehan
Reyna semakin muak dengan kenyataan yang sangat menyakitinya
"Baiklah...aku sudah mengerti... sekarang apa yang kamu inginkan dengan hubungan kita Han..?"
Tanya Reyna menatap intens Rehan
"Maaf Rey...aku mencintai Azeta dan tidak mungkin melihatnya menderita...tapi aku juga tidak bisa kehilanganmu...kalian berdua adalah jiwaku yang saling melengkapi" ucap Rehan
"Kurang ajar, dasar ba**ngan, bre*sek, keterlaluan kau Han..." Batin Reyna
"Apakah aku ada pilihan lain selain harus berbagi suami Han..?" Ucap Reyna dengan tenang
Dinda langsung menyahut
"Saya mohon sayang...usia pernikahan kalian masih belum ada 2 bulan...apa kata orang nanti kalau kalian sampai bercerai...bunda takut nama kelurga kita semua akan jadi taruhannya" kata Dinda memohon ke Reyna
"Reyna belum bisa memutuskan sekarang Bun... beri Reyna waktu 3 hari untuk berfikir, dan Reyna mohon ijin untuk ke Surabaya" kata Reyna
"Aku akan mengantarmu yang... kemanapun kamu pergi, biar aku ada disisimu..." Kata Rehan
"Tidak perlu, aku hanya akan menenangkan diri di sana...bukan untuk menceritakan aib keluargaku.." kata Reyna sambil berdiri dan menuju ke kamar untuk beristirahat
Semua terdiam dan tidak ada yang bergerak, hanya menatap ke mana Reyna pergi
"Seandainya ayah boleh memilih... Lebih baik aku kehilanganmu dari pada harus kehilangan Reyna...gadis yang harus menanggung sakit akibat perbuatan bejat kalian dimasa lalu" ucapan Agam ke Azeta dan Rehan
Azeta langsung menangis dan memeluk Rehan, Rehan pun ikut meneteskan air mata , sedangkan Dinda sudah tidak kuat lagi hingga berlari masuk ke kamarnya dan menangis sejadi-jadinya, disusul Agam yang segera menghampiri Dinda dan memeluknya.
Keesokan pagi habis sholat subuh Reyna sudah bersiap-siap untuk segera pergi ke Surabaya, tentu saja dengan taksi onlinenya menuju bandara, tanpa berniat membangunkan penghuni rumahnya, Reyna meninggalkan selembar pesan di kertas
Saat jam sarapan pagi seperti biasa semua berkumpul di meja makan
"Panggil Reyna Han...mungkin dia masih ketiduran, dari pagi bunda tidak melihatnya" kata Dinda
"Tengok saja di kamar, kalau Reyna masih tidur biarkan saja... Bersyukurlah dia hanya tertidur setelah apa yang sudah kamu lakukan padanya... bawakan saja makanannya ke kamar" kata Agam ke Rehan
Rehan segera ke kamarnya
"Rey...sayang....aku masuk ya..?" Kata Rehan sambil membuka pintu kamar yang tidak di kunci
Rehan bingung melihat kamar sepi dan sudah tertata rapi, dengan cepat Rehan membuka kamar mandi yang juga kosong, dan akhirnya Rehan menemukan secarik kertas berisi pesan dari Reyna yang mohon pamit untuk berangkat ke Surabaya
"Maaf Rey... Begitu bencikah dirimu padaku... Sampai berpamitanpun kamu tidak Sudi lagi..." Rehan duduk lemas di kasur dan menangis
Agam dan Dinda yang mendengar tangisan Rehan segera menyusul ke kamar dan melihat Rehan menangis sambil memegang selembar kertas
Agam dan Dinda membaca tulisan Reyna yang berpamit untuk berangkat ke Surabaya
"Kenapa Reyna tega seperti ini...." Tangis Dinda
"Bukankah lebih tega kita yang sudah begitu menyakitinya...tidak usah menyalahkan Reyna...dosa kita terlalu besar padanya..." Kata Agam sambil berlalu meninggalkan kamar Rehan
"Bersabarlah Han...bunda yakin Reyna wanita yang baik dan berfikiran matang"
"Iya Bun...aku tidak sanggup jika harus kehilangan Reyna...aku juga sangat mencintainya" jawab Rehan lirih
Rehan dan Dinda semakin menangis dan berpelukan saling menguatkan.