Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.
Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.
Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.
Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.
Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Korban Kecelakaan
"Area itu diperuntukkan untuk perluasan IGD. Kalau kamu mau mengambilnya, kamu harus berhadapan dengan ku!"
"Apa perlu ku ingatkan kembali posisi ku di sini, dokter Irsyad?" Sentanu melihat sekilas name tag yang terpasang di scrub dokter bedah trauma tersebut.
"Aku tidak peduli apa posisi mu di sini, yang jelas area itu sudah dialokasikan untuk perluasan IGD. Dan aku tidak peduli kamu akan menambah departemen apa di rumah sakit ini, tapi jangan ganggu area itu!"
"Aku yang membuat keputusan di sini, dokter Irsyad. Aku bisa menggunakan area itu untuk apapun tanpa persetujuan mu. Aku bisa memecat mu kapan saja, ingat itu!"
"Oh ya? Lalu apakah aku harus takut pada mu?" Irsyad balik menantang.
Suasana seketika menjadi tegang. Baik Irsyad maupun Sentanu tidak ada yang mau mengalah. Nayraya yang sedari hanya menyimak, ikut merasa tegang. Dia takut kalau Sentanu benar akan memecat Irsyad. Mereka akan kembali kehilangan dokter terbaik di rumah sakit ini.
"Aku kepala IGD yang baru. Area di sana memang sudah dialokasikan untuk perluasan IGD. Hal ini sudah direncanakan sejak lama. Kalau anda tidak percaya, bisa menanyakan perawat senior di sini, benarkan Suster Farah?" Emir melihat pada Farah.
"Ya, benar. Waktu itu dokter Ilham yang mengajukan perluasan ruangan IGD."
"Well, aku tidak peduli. Area itu akan ku ambil dan akan digunakan untuk departemen bedah plastik. Pastikan besok pekerja menutup kembali dinding yang dijebol."
"Maaf, aku tidak bisa membiarkannya. Dokter Handaru, apa anda tidak mau mengatakan apa-apa? Apa anda akan mengikuti keputusannya?" Emir melihat pada Handaru.
"Dokter Emir dan dokter Irsyad benar. Area itu akan digunakan untuk perluasan IGD. Aku sudah menyiapkan area lain untuk departemen bedah plastik."
"Kamu menentang ku?" kesal Sentanu.
"Aku adalah CMO di sini. Semua yang berkaitan dengan kegiatan medis ada di tangan ku, termasuk penggunaan area itu," tegas Handaru.
Suasana menjadi semakin panas dan tegang. Irsyad cukup terkejut melihat Handaru yang berpihak padanya dan Emir. Dipikirnya pria itu akan mengikuti keinginan Sentanu.
Di tengah ketegangan, telepon di IGD berdering. Farah dengan cepat menjawab panggilan. Tak sampai lima menit, panggilan berakhir.
"Dokter Emir, enam pasien korban kecelakaan sedang dalam perjalanan ke sini."
Mendengar ucapan Farah, Emir dan Irsyad langsung bersiap untuk menyambut kedatangan pasien. Kedua pria itu membersihkan tangan dengan sanitizer baru kemudian mengenakan sarung tangan. Bersama kru lain, mereka menunggu di dekat pintu masuk.
"Tanu, sebaiknya hal ini kita bicarakan nanti. Lebih baik kamu pergi dari sini."
Sentanu sama sekali tidak mempedulikan ucapan Handaru. Pria itu tetap bertahan di tempatnya sampai terdengar suara sirine ambulans memasuki pelataran parkir BMC dan berhenti di depan pintu masuk IGD. Dua orang paramedis menurunkan brankar dengan seorang wanita paruh baya di atasnya.
Novi, Jagat dan Ella hanya menganga melihat keadaan pasien wanita itu. Di bagian perutnya tertancap sebuah kayu yang tembus sampai ke belakang tubuhnya. Dengan cepat paramedis menerangkan keadaan pasien. Irsyad langsung menangani pasien tersebut dan minta pasien dimasukkan ke ruang tindakan satu.
"Ekon, ikut aku!" teriak Irsyad.
Berturut-turut tiga buah ambulans berhenti di dekat pintu masuk IGD. Paramedis segera menurunkan pasien menggunakan blankar. Emir langsung memeriksa keadaan pasien sambil mendengarkan penjelasan paramedis.
Emir membuka mata pria muda berusia sekitar enam belas tahun. Tidak ada luka luar, tapi pemuda itu tidak sadarkan diri. Menurut penuturan paramedis, pemuda itu terlontar dari motor yang dikendarai Ibunya dan kepalanya menghantam kaca belakang mobil di depan mereka hingga pecah. Emir mengarahkan senter di tangannya ke mata pemuda itu.
"Gusti, kamu yang tangani. Cek darah dan semua organ vitalnya. Lakukan CT scan dan tanyakan pada Ibunya apakah pasien menderita penyakit lain atau alergi obat. Dan hubungi dokter Hayden."
"Baik, dokter. Dendi ikut aku!"
Gusti berlari menuju ruang tindakan dua diikuti oleh Dendi. Paramedis segera membawa pemuda itu menuju ruang tindakan dua.
Emir kembali memeriksa pasien lain. Seorang pria yang diduga sebagai penyebab kecelakaan. Pria itu masih sadar, tapi terlihat menahan nyeri di dadanya. Emir mengarahkan stetoskop ke dada pria itu.
"Pasien mengalami tamponade jantung. Dokter Reynand, tolong tangani pasien ini."
"Oke. Jagat, ikut aku!"
Kedua pria itu segera membawa pasien menuju ruang tindakan tiga.
Kembali Emir memeriksa pasien yang datang. Kali ini korban adalah pria berusia tiga puluhan. Pria itu mengalami luka lebam di bagian dada, lalu ada sejumlah luka terbuka di beberapa bagian tubuhnya. Emir menaruh stetoskop di dada pria tersebut.
"Novi, bawa dia ke ruang tindakan empat. Aku akan segera menyusul mu."
"Baik, dokter."
Selanjutnya Emir memeriksa dua pasien tersisa. Dua pasien tersebut hanya mengalami luka ringan saja. Dia meminta Ella menangani kedua pasien tersebut. Di saat bersamaan dokter Panca datang membantu. Setelah kedua pasien terakhir ditangani oleh Ella dan Panca, Emir bergegas menuju ruang tindakan empat.
Begitu sampai di ruang tindakan empat, Emir meminta Aida yang membantunya untuk menyiapkan peralatan. Pria itu akan melakukan dekompresi jarum untuk mengeluarkan udara yang terperangkap di dinding pleura, lanjut dengan melakukan torakostomi atau pemasangan selang dada untuk drainase udara agar paru-paru kembali berkembang.
Setelah melakukan torakostomi, Emir menangani luka lain yang terdapat di berbagai bagian tubuh korban. Saat tengah menangani luka di tubuh pasien, kondisi pria itu kembali drop. Pasien tersebut masih kesulitan bernafas dan merasakan rasa nyeri di dada yang amat sangat. Keadaan diperburuk dengan batuk parah.
"Dokter, tekanan darah pasien menurun dan denyut jantungnya cepat."
Emir membuka pakaian yang dikenakan pasien, nampak dada di sebelah kiri sedikit lebih bengkak dari sebelah kanan.
"Hubungi ruang operasi. Pasien harus segera dioperasi."
"Baik, dok."
Emir bergegas keluar dari ruang tindakan empat lalu berlari menuju ruang tindakan satu. Di sana Irsyad sedang berjibaku menyelamatkan pasien wanita yang tertusuk kayu dibantu oleh Ekon dan Nayraya.
"Ada apa?" tanya Irsyad.
"Pasien ku menderita pneumothorax tension. Dia harus segera dioperasi."
"Kamu bisa menghubungi dokter Fawaz."
"Oke."
Bergegas Emir meninggalkan ruang tindakan satu lalu menuju nurse station.
Di ruang tindakan satu, Irsyad sedang berusaha mencabut kayu yang menembus tubuh sang pasien.
"Hitungan ketiga," Irsyad melihat pada Ekon. Kepala dokter magang itu mengangguk pelan. Nayraya pun bersiap dengan pendarahan yang akan segera terjadi.
"Satu.. dua.. tiga.."
Perlahan namun pasti, kayu tersebut dicabut dan seketika darah langsung menyembur keluar. Nayraya bergetak cepat memasukkan kasa untuk menahan darah agar tidak terus keluar. Setelah menyingkirkan kayu, Irsyad langsung menangani luka yang menyemburkan darah. Dengan cepat dia mencari pembuluh darah yang terluka. Wajah Nayraya nampak panik karena darah terus keluar dan kondisi wanita itu semakin turun.
"Dokter Irsyad," panggil Nayraya pelan.
"Aku menemukannya! Ekon tempel jari mu di sana dan jangan sampai lepas!"
"Baik, dokter."
"Suster Farah! Apa ruang OP sudah siap?"
"Sudah, dok!"
Bergegas Irsyad membawa pasien tersebut menuju ruang operasi. Ekon harus duduk di ranjang agar jarinya terus menempel di pembuluh darah pasien.
Mata Sentanu terus mengikuti arah ranjang di mana ada Ekon juga di atasnya. Situasi di IGD cukup kacau saat ini.
"Tanu, kamu sudah lihat bagaimana jalannya IGD. Apa kamu yakin akan menggunakan area itu menjadi ruang klinik bedah plastik? Aku yakin pasien yang datang tidak akan nyaman dengan semua situasi di sini. Bukankah mereka butuh ketenangan dan privasi? Aku pikir sayap gedung di lantai empat yang sudah ku siapkan lebih baik dari pada di sini."
"Baiklah," jawab Sentanu gusar sambil berlalu dari sana.
Melihat kondisi IGD yang sibuk, Handaru tidak langsung kembali ke ruangannya. Pria itu menuju ruang tindakan dua di mana Gusti berada. Dokter kepala residen tersebut tengah berbicara dengan Ibu pasien.
"Rian tidak memiliki penyakit kronis lainnya?"
"Tidak ada. Dia belum pernah dirawat sebelumnya."
"Alergi obat?"
"Tidak ada juga."
"Apa yang terjadi dengan pasien?" tanya Handaru menginterupsi.
"Terjadi penggumpalan darah di kepalanya. Pasien akan langsung dioperasi."
"Apa yang kamu tunggu? Segera bawa pasien ke ruang OP!"
Bersama dengan Dendi, Gusti membawa pasien tersebut ke ruang operasi. Di sana dokter Hayden sudah menunggu.
Sepeninggal Gusti, Handaru menuju ruang tindakan tiga. Nampak Reynand sedang melakukan perikardiosentesis. Dokter residen itu sedang berusaha mengeluarkan cairan di sekitar jantung dengan menggunakan jarum.
"Bagaimana kondisinya?"
"Dia mengalami tamponade jantung. Aku sudah mengeluarkan cairan dari sekitar jantungnya, tapi pasien membutuhkan operasi. Dia penyebab kecelakaan yang terjadi. Dia mengalami serangan jantung ketika berkendara, hingga menyebabkan kecelakaan. Aku akan melakukan CT Scan sekarang."
Dibantu oleh Jagat, Reynand membawa pasien untuk dilakukan pemindaian CT. Handaru pun ikut bersamanya. Di ruangan lain, Reynand dan Handaru memerhatikan monitor yang menunjukkan hasil CT scan.
"Dia mengalami infark miokard," ujar Reynand pelan.
"Dia juga mengalami emboli paru," lanjut Handaru.
"Pasien harus segera dioperasi, hubungi dokter Faisal untuk mengoperasi jantungnya."
"Bagaimana dengan paru-parunya?"
"Aku yang akan mengoperasi."
***
Waduh Handaru masuk ruang OP lagi🙈
yg ada pasien bedah kecantikan malah jadi pasien bedah jantung n jadi pasien kejiwaan gegara liat pasien lain yg masuk IGD dengan kondisinya beneran gawat n darurat juga bikin yg liat stress 😂😂