Tiba-tiba pernikahan Raka dan Arumi berakhir setelah 1001 malam berlalu.
“Aku sudah menjalani tugas sebagai suamimu selama 1000 hari bahkan lebih dua hari. Sekarang waktunya mengakhiri pernikahan palsu ini.”
Arumi yang sedang merapikan selimut tertegun, berbalik badan lalu menatap lekat kepada Raka yang tengah berjalan ke arahnya.
“Tidak adakah sedikit pun percikan cinta selama kita bersama ?” tanya Arumi dengan wajah sendu.
Raka tidak menjawab hanya menyerahkan amplop cokelat kepada Arumi yang bergetar menerimanya.
“Jangan mempersulit !” tegas Raka dengan tatapan tajam yang menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orangtua yang Pilih Kasih
Begitu mobil berhenti Arumi langsung turun dan bergegas menaiki tangga sambil membalas sapaan petugas sekuriti dan beberapa karyawan di lobi gedung kantornya.
Sepuluh menit yang lalu Roni mengabarkan kalau ia sudah tiba dan menunggu dekat resepsionis.
“Kamu tahu kenapa Pak Yongki datang kemari ?”
Roni mengangkat kedua bahunya. “Yang pasti bukan mau negosiasi proyek.”
Keduanya masuk ke dalam lift, tanpa bertanya Roni menekan tombol angka 3.
“Bagaimana rasanya nggak ada Raka ?” ledek Roni sambil senyum-senyum.
“B aja. Ada atau nggak ada dia sama aja,” sahut Arumi dengan acuh.
“Yakin nggak kangen sama mantan ? Aku dengar dari tante Sofia, sejak kamu jadi perawatnya Raka, kalian rajin keramas setiap pagi.”
“Ckckckck mulai jadi lambe ?” lirik Arumi sambil mencibir.
Roni kembali tertawa bersamaan dengan pintu lift terbuka di lantai 3.
“Selamat pagi Nona, Pak Roni,” sapa Sapta dan Bimo bergantian.
Roni mengangguk sambil tersenyum, tidak jadi melanjutkan meledek Arumi yang mulai merona.
“Dengan siapa Pak Yongki datang kemari ?” tanya Arumi mengikuti Sapta yang mendahuluinya sementara Bimo di belakang mereka.
“Hanya dengan asistennya.”
Arumi menghela nafas lalu menganggukkan kepala sebagai isyarat untuk Sapta. Pria itu mengetuk pintu lalu membukakan untuk Arumi dan Roni.
“Cukup saya dan Pak Roni saja,” ujar Arumi saat berada di samping Sapta yang langsung mengangguk.
Setelah saling menyapa dengan berjabat tangan, mereka duduk berhadapan di meja panjang yang ada di ruang rapat.
“Suami anda tidak ikut Nona Arumi ?”
“Untuk apa bertanya soal suami saya, bukankah anda berharap tidak akan bertemu lagi dengannya ?”
Yongki tertawa pelan sambil menggangguk-anggukkan kepala. “Saya benar-benar tidak menyangka dia akan seberuntung itu.”
Arumi mengerutkan dahi, kelihatan dia tidak suka mendengar ucapan Yongki.
“Saya rasa anda yang kurang pintar melihat potensi seseorang bahkan salah menilai hingga akhirnya mudah tertipu,” sahut Arumi dengan senyuman sinis dan melirik Roni.
“Setuju,” timpal Roni sambil tertawa pelan dan mengangguk-anggukkan kepala. Ia langsung menangkap maksud ucapan Arumi.
“Tidak semua hal bisa diukur dengan uang Pak Yongki,” lanjut Arumi.
Yongki tersenyum kecut sambil menghela nafas. “Anda berdua memang pasangan yang luar biasa.”
“Sebaiknya kita langsung pada maksud kedatangan anda kemari Pak Yongki,” ujar Roni.
Yongki menarik satu sudut bibirnya. “Masalah Anggara. Dia tidak terlibat sama sekali dalam masalah Thalia jadi tolong cabut tuntutan atas Anggara.”
“Anda bilang Anggara tidak terlibat ?” Emosi Roni langsung naik. “Kalau bukan karena Anggara mana mungkin Thalia bisa lolos malah menjadikan Rendi pelakunya ?”
“Kamu pikir Rendi anak baik-baik ? Kondisinya lebih parah dari Thalia bahkan di dalam darahnya ditemukan bukti narkotika,” sinis Yongki.
“Saya tahu kalau Rendi dalam keadaan mabuk saat ditemukan di mobil tapi dia bersumpah tidak pernah menyentuh apalagi memakai obat-obatan terlarang.”
“Mana ada maling mengaku maling,” ejek Yongki.
“Saya percaya seribu persen pada pernyataan adik saya dan fakta bahwa dia yang duduk di kursi pengemudi adalah konspirasi. Semua bukti-bukti yang dipaparkan di pengadilan adalah settingan.”
“Settingan seperti yang kamu lakukan pada kami selama 7 tahun ?”
Roni tergelak, “Senang rasanya bisa membuat seorang Yongki Sukmana merasa dibodohi. Bukan salah saya kalau anda percaya mentah-mentah pada data yang anda dapatkan tentang saya.
Yongki menghela nafas. Dari bentuk rahang yang mengeras dan wajahnya mulai merah padam, Roni dan Arumi bisa menangkap kalau lawan bicara mereka sedang mencoba menahan emosinya.
“Tujuan utama saya kemari ingin menyampaikan fakta kalau Anggara tidak bersalah ! Semuanya adalah perbuatan Edi.”
“Om Edi ?” tanya Arumi dengan wajah pura-pura bingung.
Yongki tertawa sinis. “Jangan bilang kalau kamu tidak tahu kalau pria itu bukan hanya korupsi tapi dia ingin menguasai kekayaan orangtua anda Nona Arumi.”
Spontan Roni malah tergelak sambil bertepuk tangan sementara Arumi hanya tersenyum tipis membuat Yongki menautkan kedua alisnya.
“Anggara benar-benar luar biasa ! Akhirnya dia berhasil mengikuti jejak ayahnya, melakukan segala cara untuk mendapatkan keinginannya : Diakui sebagai laki-laki hebat oleh ayahnya sendiri dan menjadi pahlawan untuk adiknya.”
“Jangan sombong kamu Roni !”
“Om Edi hanyah pancingan yang sengaja kami jadikan pion untuk membuat Anggara lengah. Dakwaan om Edi hanya soal penggelapan dan korupsi, itu pun tidak menjadikan perusahaan pak Anggara
pelaku pemyuapan,” ujar Arumi dengan nada kalem dan anggun.
“Anak anda terlalu sombong dan cepat puas Tuan Yongki. Dia pikir dengan meninggalnya Rendi karena bunuh diri dan membuat Edi berada di bawah kekuasaannya dengan jaminan istri dan kedua anaknya, kejadian 8 tahun sudah berakhir,” timpal Roni.
Sekilas emosi Yongki hampir meledak lagi saat mendengar ucapan Arumi dan Roni namun dengan cepat dia berhasil menguasai dirinya kembali.
“Kebusukan bisa ditutupi tapi tidak bisa disembunyikan karena semakin lama baunya akan menyengat. Edi bisa bungkam dan bersedia di penjara seumur hidup tapi anak-anaknya tidak akan diam saja saat tahu pengorbanan ayah mereka.”
Tidak ingin semakin dipojokkan dan terlihat lemah di mata lawannya, Yongki beranjak diikuti asistennya.
“Tujuan saya kemari ingin bicara baik-baik kalau Anggara tidak terlibat sama sekali dalam masalah ini tapi sepertinya anda berdua terlalu angkuh untuk mempertimbangkan permintaan saya.”
“Bukan hanya kami yang menilai tentang benar salahnya Pak Yongki. Hukumlah yang berbicara saat kami menyerahkan bukti-bukti pada pihak berwajib ,” sahut Arumi kembali dengan senyuman.
“Kalau begitu sampai bertemu di pengadilan !”
Yongki bersiap meninggalkan ruang meeting tanpa berpamitan lagi tapi baru sampai di pintu Arumi kembali bicara.
“Tunggu Pak Yongki.”
Yongki sempat menghela nafas sebelum berbalik badan dan kembali berhadapan dengan Arumi.
“Kenapa anda bersikeras hanya ingin membebaskan Anggara ? Thalia putri anda juga bahkan saya tahu bagaimana anda sangat memanjakannya karena terlalu sayang.”
Yongki yang kelihatan kesal hanya menghela nafas lagi sebelum keluar dari ruangan tanpa bicara sepatah kata.
“Nggak usah dipikirkan,” tegur Roni sambil merangkul bahu Arumi.
“Yongki bukan orang bodoh masalah hukum tapi dia sadar tidak mungkin menyelamatkan kedua anaknya. Orang-orang seperti Yongki akan mengutamakan anak laki-lakinya karena bisa dijadikan penerus keluarga.”
Arumi menghela nafas panjang. “Setidaknya ia berusaha meringankan hukuman Thalia bukan hanya fokus pada Anggara.”
“Jangan biarkan hatimu yang lembut jadi kasihan pada Thalia.”
“Siapa juga yang kasihan sama perempuan seperti dia ! Mau sampai kapan pun faktanya dia sudah membuat aku kehilangan orangtua,” protes Arumi dengan wajah cemberut.
“Aku hanya tidak habis pikir ternyata masih ada orangtua yang pilih kasih antara anak perempuan dan laki-laki,” lanjut Arumi.
Roni tertawa sambil mengacak rambut Arumi.
“Roni ! Kebiasaan !” omel Arumi yang beranjak dan menjauh.
“Sepertinya 3 tahun yang lalu kamu tidak sebenci itu pada Thalia meski tahu dia yang menyebabkan orangtuamu meninggal.”
“Maksudmu ?” Arumi berdiri dekat pintu dan menatap Roni dengan dahi berkerut.
“Kamu sangat membencinya saat tahu Raka masih menanggapinya dengan……”
“Cukup !” Arumi mengangkat tangan kanannya. “Masalah yang kita bahas hari ini nggak ada hubungannya dengan Raka !”
Arumi berlalu dan menggerutu saat mendengar suara tawa Roni yang masih duduk di ruang rapat.
raka msih shat tp udh d blng mninggal....mndingn blik lg deh kl msih sling cnta,jgn gngsi yg d gdein...
stlh psah,bru mrsa khilangn....cma bs "s'andainya"....tp ingt,dlu kn raka bnci bgt sm arumi....mlah lbh mlih s ulat bulu drpd istrinya....kl skrng mnysal,nkmti aja....😝😝😝
ga sbr nunggu mreka dpt hkumn stimpal....
Arumi msih pduli trnyta....enth krna msh punya prsaan atw krna hti nurani....
bkannya tnggung jwb,mlah kbur...
enk bgt dia bs bbas skian thn,sdngkn kluarga krban mndrta krna khilngn orng2 yg d cntainya......mga dia jg mrasakn skit yg sma....