NovelToon NovelToon
Demi Semua Yang Bernafas

Demi Semua Yang Bernafas

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Babah Elfathar

Kisah Seorang Buruh kasar yang ternyata lupa ingatan, aslinya dia adalah orang terkuat di sebuah organisasi rahasia penjaga umat manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Bab 23

Selagi berjalan keluar dari lift, Rangga merasa sangat senang. Dia merasa beban di hatinya terangkat dan tubuhnya terasa ringan, bahkan udara yang dia hirup terasa lebih baik!

Tiba-tiba, Rangga terbatuk. “Lupakan, udara masih saja buruk. Banyak polusi,” batinnya.

Dari awal sampai akhir, Rangga tidak pernah menyebutkan dari mana uangnya berasal. Dia sama sekali tidak peduli mengenai apa yang dipikirkan keluarga Liana. Selagi Rangga punya uang, keluarga wanita itu hanya bisa menyesalinya!

Seperti yang dipikirkan Rangga, saat ini di rumah Liana, semua orang sedang terdiam. Terlihat sosok Miriam memegangi wajahnya, ekspresinya sangat jelek.

“Dia benar-benar berani memukulku! Aku tak akan melupakan dendam ini!” Miriam memaki di dalam hatinya. Kalau tidak bisa menguliti Rangga, dia tidak akan puas!

“Kak, kita mengundang Rangga kemari untuk minta pertolongan. Sikapmu tadi memang keterlaluan! Lagi pula, dia memang bukan suami Liana lagi!” Heru Zeta sedikit mengeluh.

Karena sikap Miriam, Heru jelas sekali kalau Rangga tak akan membantunya. Sekarang, yang menerima akibat buruknya adalah perusahaan malangnya.

Miriam mengertakkan gigi dan melotot ke arah Heru. “Apanya yang keterlaluan?! Kenapa kamu jadi menyalahkanku!?” Dia mendengus, “Aku benar-benar tidak habis pikir wanita kaya mana yang menerimanya naik ke ranjang! Wanita itu akan sial tujuh turunan!”

Pada saat ini, Liana yang berada di sisi Miriam sedang berpikir. Dia teringat bagaimana dia tanpa sengaja bertemu dengan Rangga di Astra Bank. Lalu, karyawan Astra Bank bahkan mengizinkannya duduk di kursi VIP bank.

Tak lama kemudian, muncullah Rangga dan Selena di Hotel Marquess. Hal itu diikuti dengan kemunculan Rangga sebagai bos PT. Luminex Corp.

Sebelumnya, Liana selalu mengira semua itu hanya kebetulan. Namun sekarang, dia pikir itu mungkin tidak terjadi. Bagaimanapun, perubahan temperamen Rangga terlalu terlihat jelas.

Jika Rangga masih Rangga yang sama, pria itu tidak akan bisa mengangkat kepalanya di depan Liana dan keluarganya. Tak perlu bicarakan apakah pria itu berani berteriak di hadapan mereka, apa lagi menampar Miriam!

Liana menggelengkan kepalanya. Untuk apa memikirkan hal ini sekarang? Lagi pula, mereka sudah bercerai, dan apa yang Rangga katakan benar adanya.

Mereka sudah tak lagi ada hubungan.

Saat ini, Rangga keluar dari gedung selagi bersenandung. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Rangga mengambilnya dan melihat layarnya sekilas. Sederetan nomor tidak dikenal muncul di sana.

Rangga mengangkat panggilan. Di ujung telepon, suara yang agak familier berkata, “Tebak siapa saya?”

Rangga berkata dengan terkejut, “Windy, ya?”

“Membosankan. Bagaimana kau bisa langsung menebaknya?” Windy berkata dengan nada manja membuat Rangga tertawa pahit. “Sebentar lagi kita jalan-jalan, yuk!”

Rangga mengerjapkan mata. “Jalan-jalan?” batinnya. Dia menghela napas dalam hati.

Rangga tahu pikiran Windy. Wanita ini terlalu penasaran dengan jati dirinya. Rangga yakin kalau Windy sangat penasaran dengan alasan Barney sangat mematuhinya.

Setelah mengenal Windy lebih jauh, Rangga menyadari sifat wanita itu sangat berbeda terhadap orang dekat dan orang yang baru dikenal. Saat baru kenal, Windy bak seorang dewi di mata Rangga, bersikap begitu anggun dan dingin. Namun, setelah mereka jadi lebih dekat, Windy begitu terus-terang, terutama ketika mabuk …

Baik, jangan pikirkan itu lagi.

“Nona Besar, kamu tidak bekerja?” Rangga berkata dengan nada bercanda. “Ayahmu hanya ada satu anak, kamu seorang. Kamu harus belajar manajemen dengan baik. Jika tidak, tidak ada yang akan mengambil alih perusahaannya di masa depan!”

“Tidak perlu kamu pikirkan! Yang penting, sekarang aku ingin membawamu menemui seorang wanita cantik!” Windy berkata sambil menyeringai.

“Cantik?” Mata Rangga berbinar, dia terkekeh, “Cantik atau tidak itu bukan masalah, alasan utama aku bersedia ikut itu karena aku tak ada kerjaan, mengerti?” pria itu berkata dengan santai.

“Bah!” Bisa dibayangkan bagaimana Windy memutar bola matanya. Wanita itu pun mematikan panggilan dan segera mengirimkan alamat kepada Rangga.

Ketika panggilan dimatikan, ekspresi Rangga sekejap berubah dingin. Walau nada bicaranya membuatnya menunjukkan ketertarikan mengenai pertemuan dengan wanita cantik, tapi sebenarnya dia memiliki alasan lain untuk ikut dengan Windy.

Memastikan keselamatan Windy.

Organisasi Red Lotus sedang menargetkan Windy, dan itu sangat mengkhawatirkan. Sebuah organisasi pembunuh yang memiliki tiga dari sepuluh besar pembunuh ternama adalah ancaman yang besar!

Aneh bagaimana Red Lotus tak pernah menerima permintaan untuk membunuh seseorang. Namun, mereka akan melakukan segala cara untuk memaksa deretan orang terkaya di dunia untuk bergabung dengan organisasi mereka.

Akhirnya, Rangga pun berjalan keluar dari perumahan tersebut. Dia berjalan ke halte bus untuk pergi ke tujuan.

Saat dirinya mencapai halte, Rangga menyadari bahwa ada yang mengikuti dirinya. Dengan berpura-pura tak sengaja, Rangga berbalik dan mengecek keadaan. Terlihat dua pemuda mengikuti dirinya.

Ada dua orang yang mungkin mengutus pemuda-pemuda itu. Kalau bukan Rafael Voss, maka dalangnya Zachry Shah. Dua orang itu adalah dua orang yang belum lama Rangga singgung dan paling mungkin melakukan hal rendahan semacam ini.

Rangga lanjut berbaris menunggu busnya datang. Dia tidak terlalu peduli. Kalau kedua orang itu berani macam-macam, tidak sulit baginya untuk menangani keduanya.

Sampai di tujuannya, Rangga sedikit terkejut. Sebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi berdiri di hadapannya. Di depan gedung tersebut, terlihat palang yang menunjukkan nama perusahaan itu.

“Grup Landscape,” ucap Rangga sembari membaca. “Hah ….” Rangga menghela napas.

Grup Landscape adalah salah satu perusahaan Barney. Ternyata, Windy, gadis kecil itu, menyuruhnya bermain ke perusahaan mereka!

“Apa aku boleh membatalkan pertemuan ini?” gumam Rangga dalam hati.

Pada akhirnya, Rangga melangkahkan kakinya maju untuk menghampiri pintu masuk kantor. Tak berapa lama, dia sadar bahwa di depan pintu masuk gedung, terdapat sekelompok orang yang sedang menyiapkan sesuatu. Di luar area perusahaan, ada begitu banyak orang yang juga menonton.

“Oh?! Pengakuan cinta?!” Rangga menyeringai, sedikit tertawa.

Terlihat di depan lobi terdapat sebuah mobil sport yang mewah dan berkilau. Mobil sport tersebut diikat dengan pita berwarna merah. Ada karangan bunga mawar besar di depan kap mobil.

Dua orang terlihat berdiri di samping mobil sport itu. Mereka memegang balon di tangan mereka dan meletakkan lilin berbentuk hati di depan mereka. Selain itu, ada pengeras suara besar!

Semakin dirinya mendekat, Rangga mulai diselimuti rasa ingin tahu. Orang gila mana yang ingin melamar seseorang dengan cara ini?

Tiba-tiba, ponsel Rangga berdering. Dia melihat di layar, nama Windy tertera jelas di sana.

“Halo!” terdengar suara Windy sedikit kesal dan panik. “Kamu masih belum sampai?!”

“Sudah,” jawab Rangga. “Kamu bercanda, ya? Bisa-bisanya mengundangku ke perusahaanmu untuk jalan-jalan,” gerutunya. Lalu, dia terkekeh sembari menatap penampilan konyol dua orang yang sedang memegang lilin hati itu. “Namun, ada pertunjukan seru di bawah. Ada yang ingin mengakui cintanya kepada pasangannya.”

Windy tidak menghiraukan kalimat terakhir Rangga, dia buru-buru berkata, “Aku akan segera turun untuk menjemputmu!”

Setelah menutup telepon, Rangga mencoba untuk melalui kerumunan untuk tiba di pintu kantor. Sekitar dua atau tiga menit berusaha lewat, Rangga masih belum menembus kerumunan. Namun, terdengar suara musik dari pengeras suara yang ada di dekat mobil sport.

Iringan lagu romantis membuat semua orang mulai bersemangat. Sepertinya, wanita yang telah ditunggu oleh pria yang ingin mengaku cinta itu akan keluar.

“Ya ampun, pria yang ingin mengakui cintanya pada wanita ini pasti memiliki uang yang begitu banyak!” para gadis berkata dengan wajah kagum sekaligus iri, mungkin berangan-angan dirinya bisa dilamar sedemikian rupa.

Tak lama, muncul seorang gadis dari pintu perusahaan. Rangga juga ikut bersemangat dan berkata, “Itu pasti gadisnya!”

Ketika Rangga memperhatikan wajah gadis itu, dia langsung membeku. Orang yang keluar itu tak lain adalah Windy!

“Hah?!” Rangga melongo.

Terlihat wajah Windy sedikit merah saat ini. Terlihat sekali bahwa gadis itu malu diperhatikan begitu banyak orang.

Ekspresi di wajah Windy begitu dingin, tidak ramah seperti ketika dirinya bertemu dengan Rangga. Ini jelas adalah Windy yang dulu pertama kali Rangga lihat di Hotel Marquess, angkuh dan dingin.

Terlihat Windy melirik ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang.

Alih-alih tersadar bahwa orang yang Windy cari adalah dirinya, Rangga malah terkekeh. “Wah, menarik, menarik! Aku bantu rekam video untuknya saja!” batin Rangga sembari mengeluarkan ponselnya.

Rangga kemudian berusaha untuk maju ke barisan paling depan. Lalu, dia ikut berseru mengikuti orang-orang lainnya sembari merekam video.

Karena dirinya sekarang di barisan depan, Rangga dapat dengan mudah terlihat oleh Windy. Gadis itu segera memutar bola matanya ketika dia melihat wajah antusias Rangga saat merekam dengan ponselnya.

Pada saat ini, pintu mobil tiba-tiba terbuka. Seorang pemuda tampan dengan kacamata hitam keluar dari sana. Pemuda itu memegang seikat mawar yang terlihat mahal di tangannya, senyuman lembut terpampang di wajahnya.

Setelah pemuda tampan itu keluar dari mobil, di belakangnya, tujuh atau delapan pemuda berjas segera mengikutinya. Orang-orang tersebut berdiri di kedua sisi mobil sembari mengangkat balon di tangan mereka pada saat yang bersamaan.

Rangga mengakui kalau adegan ini terlihat sangat romantis, terlihat kalau pemuda itu bekerja keras untuk mengesankan wanitanya. Tak hanya kaya, pria itu juga tampan. Sungguh sebuah paket lengkap!

Pemuda itu berjalan mendekati Windy. Terlihat wajah Windy begitu merah dengan adegan ini.

Windy menatap pemuda itu dan berkata, “Elang, apa yang akan kamu lakukan?! Tidakkah kamu malu?!”

Elang mengabaikan Windy. Dengan mawar di tangannya, pria itu berlutut dengan satu kaki. Lalu, dia mengangkat mawar di tangannya sembari berkata, “Windy, jadilah pacarku!”

Saat Elang berlutut, semua orang terkesiap dan menutup mulut mereka dengan tangan. Sungguh itu adalah detik-detik menegangkan bagi semuanya.

Di sisi lain, Rangga sedang sibuk memperhatikan adegan itu ketika dia menyadari ada satu hal yang aneh. Sosok yang familier ternyata berada di antara kerumunan orang yang mengikuti Elang.

Zachry Shah.

Wajah Zachry terlihat kacau. Walau penampilannya rapi, tapi wajahnya bengkak dan hidungnya biru.

“Terima dia! Terima dia!”

Begitu banyak orang meraung mendukung Elang. Rangga juga ikut mendukung dengan semangat.

“Tidak!” suara penolakan Windy terdengar di tengah-tengah seruan semua orang.

Semua orang sekejap terdiam.

“Hah?” Bahkan Rangga tercengang mendengar penolakan wanita itu.

Semua orang dengan canggung menatap ke arah Elang. Wajah pria itu terlihat kecewa dan buruk.

“Kenapa?” Elang mengerutkan kening dan berkata, “Aku telah mengejarmu selama lima tahun!”

Windy berkata dengan enteng, “Aku punya pacar, jadi jangan mengganggu aku lagi ke depannya.”

“Aku tidak percaya!” Elang membalas. “Aku selalu membereskan pria-pria yang mencoba mendekatimu! Tak mungkin ada yang berani mendekatimu selain diriku!”

Rangga terkejut mendengar hal ini. “Wah, pria ini tidak waras,” batinnya. Sedikit menyesal dirinya mendukung pria ini beberapa saat yang lalu.

Windy menatap Elang dengan dingin dan berkata, “Dia ada di sana!” Jarinya menunjuk ke satu arah.

“Apa?” Ada pancaran dingin dari mata Elang, lalu dia tersenyum. “Windy, kamu ingin membohongi siapa?”

Pada saat ini, Windy berjalan ke satu arah. Langkah demi langkah gadis itu ambil, mendekatkan dirinya ke arah Rangga.

Melihat hal ini, Rangga membeku di tempat dan memaki dalam hati, “Apa dia gila?!” Dia sangat menyesal telah datang ke tempat itu.

Windy segera menarik tangan Rangga yang tadi sibuk mengarahkan ponselnya untuk merekam. Dia sedikit kehilangan keseimbangan saat gadis itu menariknya dengan kasar keluar dari kerumunan.

“Ini dia!”

Bersambung

1
・゚・ Mitchi ・゚・
mampir thor..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!