NovelToon NovelToon
Ikhlasku Mencintaimu

Ikhlasku Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:55.7k
Nilai: 5
Nama Author: fieThaa

Ketika di bangku SMA, Gaffi Anggasta Wiguna dan Bulan Noora selalu berjalan berdampingan layaknya sepasang kekasih yang penuh dengan keserasian. Di balik kedekatan yang mengatasnamakan pertemanan, tersembunyi rasa yang tak pernah terungkapkan. Bukan tak memiliki keberanian, melainkan Bulan Tengah mengejar seseorang. Anggasta memilih jalan sunyi, memendam dan mencoba tetap setia mendampingi sampai kebahagiaan itu benar-benar datang menghampiri perempuan yang sudah membuatnya jatuh hati. Barulah dirinya mundur pelan-pelan sambil mencoba untuk mengikhlaskan seseorang yang tak bisa dia genggam.

Lima tahun berlalu, takdir seakan sengaja mempertemukan mereka kembali. Masihkah cinta itu di hati Anggasta? Atau hanya bayang-bayang yang pernah tinggal dalam diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Raga dan Hati

Kepala sudah disandarkan di jok mobil. Mata pun sudah dipejamkan. Perlahan mengatur napas bukan karena Haidar, melainkan karena rasa sakit yang kembali menghampiri tubuh.

"Al!"

Sang empunya nama pun mulai membuka mata. Menatap lelaki yang tengah memandangnya di balik kursi kemudi.

"I'm okay, Gas." Jawaban atas tatapan yang mengandung pertanyaan tentang keadaanya.

"Makan dulu. Baru aku antar pulang." Anggukan kecil Alma berikan.

Setelah urusannya dengan Haidar selesai, dia memilih pergi dari restoran tersebut. Bukan menghindar, tapi dia tak ingin semakin menyakiti Haidar dengan perkataan kejam.

Mobil sudah berhenti, dan rasa sakit pun tak kunjung reda. Bersikap biasa saja agar Anggasta tak curiga. Dengan sangat pelan sambil kakinya mulai diturunkan. Sungguh Alma ingin menangis. Namun, dia harus melawan rasa sakit tanpa meringis.

"Are you okay?"

Tangan Anggasta terulur dan seulas senyum Alma berikan disertai anggukan. Lagi dan lagi dia berdusta. Dia pun menerima bantuan dari mantannya tersebut.

Makanan sudah terhidang, tapi Alma masih terus memandang tanpa menyentuh.

"Kenapa?"

Atensi pun beralih. Kini, tatapan nanar hadir. Kedua alis Anggasta pun menukik cukup tajam.

"Apa ucapanku tadi terlalu jahat, ya?" Siluet penyesalan hadir di wajah sendu Alma. Anggasta malah tersenyum mendengarnya.

Ditatapnya Alma dengan cukup dalam. Sedari dulu sikap baik Alma tak berubah. Tangan yang ada di atas meja Anggasta raih.

"Jangan terlalu jadi orang baik dan tak enakan, Al. Ada kalanya kamu harus menjadi orang yang kejam biar tak selalu direndahkan."

Perempuan itu terdiam. Masih menatap Anggasta dengan begitu lamat.

"Mulai sekarang, jangan selalu utamakan perasaan orang lain. Mulailah utamakan diri kamu sendiri karena diri kamu juga berhak bahagia."

Mata Alma sudah mengembun serta perih. Sekuat tenaga dia tahan bulir bening agar tak jatuh di depan Anggasta.

"Makan, yuk! Aku lapar."

Anggasta yang sangat peka memilih mengalihkan pembicaraan agar Alma tak menangis.

Obrolan kecil dan receh disela makan malam membuat tawa mereka sesekali hadir. Rasa sakit di tubuh Alma perlahan menghilang selepas mengobrol bersama Anggasta. Lelaki itu memberikan sebuah kenyamanan serta ketulusan sehingga beban yang Alma pikul mampu diletakkan walau hanya sesaat.

.

Nama Bulan benar-benar Anggasta letakkan dengan baik. Tak pernah terlintas bayang wajah Bulan sekarang ini. Apalagi pekerjaan yang begitu banyak membuatnya harus terfokus pada lembar kerja di laptop maupun yang sudah berbentuk kertas.

"Gua sibuk, Lan."

Tangan memegang ponsel yang menempel di telinga, tapi mata masih fokus pada lembaran kerja yang tak ada habisnya.

"Gua cuma ingin ngobrol sama lu. Kenapa lu berubah banget, Fi? Lu enggak seperti Gaffi teman gua dulu."

Sambungan pun diakhiri sepihak oleh Bulan. Lelaki itu menghembuskan napas kasar. Dan kembali memfokuskan pandangan pada pekerjaan. Tak dihiraukan seseorang yang tengah merajuk di sana.

Di kantor pun sama sekali Alma tak menyapa Anggasta. Merajuknya masih berlanjut. Namun, Anggasta tak ambil pusing. Tak ada bujuk rayu yang seperti Bulan harapkan. Anggasta malah melenggang dengan langkah lebar ke ruangan.

Bulan merasa Anggasta semakin menjaga jarak terhadapnya. Setiap kali ada pekerjaan bersama, hanya pekerjaan yang Anggasta bahas. Kehangatan yang biasa lelaki itu berikan terasa sudah menghilang.

"Dulu, ketika aku merajuk, pasti kamu akan berusaha membujuk. Tapi, sekarang?"

Tak ada angin dan tak ada hujan. Sang sahabat yang berada di luar kota mengatakan jika dia sedang berada di kota yang sama dengannya. Mengajak bertemu di sebuah tempat malam nanti.

Anggasta pikir akan ada Jeno, ternyata hanya dirinya saja. Tatapan penuh telisik ditunjukkan oleh Anggasta kepada lelaki yang sudah menatapnya dengan serius. Tak biasanya seperti itu.

"Bulan ngadu ke lu, Bang?"

Terkadang Anggasta seperti cenayang. Mampu menebak yang belum orang lain katakan.

"Gas, adik gua cuma hanya ingin menjalin pertemanan sama lu. Jangan terus menghindar."

Senyum tipis keluar dari bibir Anggasta. Dia sudah menyandarkan tubuh di sandaran sofa. Masih dengan menatap Sekai dengan sorot mata sulit diartikan.

"Gua enggak menghindar. Emang lagi banyak kerjaan," balasnya dengan santai.

"Jangan beri alasan yang klise, Gas."

"Klise gimana maksud lu, Bang?" Suaranya sedikit meninggi.

Anggasta tak suka banyak bicara dan keributan. Akhirnya, dia menunjukkan layar ponsel berisi semua agendanya sampai satu bulan ke depan.

"Gua bukan bocah. Gua tahu mana yang harus diprioritaskan mana yang harus gua abaikan." Sekai pun terdiam.

"Semakin dewasa logika yang gua pakai. Karena terlalu banyak memakai hati bisa buat gua jadi orang tolol." Letak kesal seorang soft spoken adalah pada perkataannya. Bukan tak bisa berkata kasar, tapi slalu ditahan agar tak menjadi kebiasaan.

"Lu udah banyak berubah, Fi."

Suara yang masih familiar di telinga Anggasta membuatnya menghela napas kasar. Sekai sudah meminta Bulan untuk mendekat. Terduduklah dia tepat di samping Sekai. Sedangkan, lelaki itu mulai berdiri karena tugasnya sudah selesai.

"Bicarakan! Mumpung orangnya udah ada di sini."

Kakak yang seayah dengannya akhirnya meninggalkan tempat itu. Dan menyisakan Bulan serta Anggasta yang sudah saling duduk berhadapan untuk berbicara berdua. Itulah yang diminta Bulan kepadanya.

"Apa yang lu mau, Lan? Sampai Abang lu turun tangan."

Sedari dulu Anggasta tak suka berbasa-basi. Langsung ke inti. Matanya menatap Bulan dengan sorot mata cukup tajam.

"Gua ingin kita berteman kayak dulu, Fi. Jangan jauhi gua kayak gini." Mata Bulan sudah nanar. Suaranya sedikit bergetar.

"Tidak ada pertemanan yang murni antara lelaki dan perempuan, Lan. Gua pernah berada di posisi itu." Mulut Bulan seketika membisu.

"Lu juga harus ingat satu hal. Lu udah punya tunangan. Jaga perasaannya karena tidak ada lelaki yang suka melihat perempuannya dekat dengan lelaki lain." Fakta yang Anggasta katakan.

"Jangan khawatir, Lan. Lu masih teman gua, tapi untuk dekat seperti dulu gua enggak bisa." Tegas tanpa ada keraguan yang Anggasta utarakan.

"Kenapa enggak bisa? Ke Alma aja lu bisa sedekat itu? Padahal dia mantan lu." Memberanikan diri untuk membalas ucapan lelaki di hadapannya dengan mata yang kembali nanar karena sedikit tak terima.

"Karena gua udah meletakkan nama lu, Lan." Kembali Bulan tak bisa berkata dengan hati yang tetiba perih.

"Tolong jangan egois,. Bukan cuma lu yang ingin mendapatkan kebahagiaan. Gua juga ingin bahagia, Lan."

Menusuk sampai ke ulu hati. Bibir Bulan semakin terkatup rapat dengan dada yang sangat sesak.

"Raga lu yang butuh gua, tapi tidak untuk hati lu yang nyatanya membutuhkan sosok lain." Dijeda untuk beberapa detik barulah dilanjutkan lagi. "Mulai sekarang, ajarkan raga lu untuk butuh pada sosok yang sama dengan yang hati lu butuhkan. Supaya tidak merepotkan."

Jleb!

...**** Bersambung ****...

Kangen gak nih? Coba atuh dikomen

1
Rahmawati
skrg udah yakin kan? jenooo pinter bgt mancing🤣
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
nah kan kan selir nya jadi mewek loh.
Saadah Rangkuti
aaaaaahhhhh...jadi baper aku thor 🥰🥰🥰🥰
suryani duriah
hadeeh jadi meleyot🤭kalian tuh ya manis bgt😊lanjuuut💪
Amidah Anhar
Masih aja Sik Haidar gangguin Alma, awas ya Thor jangan belok belok 🤣🤣🤣
Sri Lestari
Bang Jeno mah ada aja proyeknya untuk nyatuin duo bucin yang gengsi ,,, semangat selir
Lusi Hariyani
alma cm membentengi diri agar g terluka lg
N I A 🌺🌻🌹
cus lah langsung ijab aja biar haidar sama bulan shak shek shok😂😂😂😂😂
Lusia
hayo lo, gara gara istri tua, si selir nangis dehh... pokoknya istri tua harus tanggu jawab... 🤣🤣🤣🤣🤣
Nurminah
ah akhirnya
mewek
Salim S
kondangan lagi ini mah...makasih istri tua udah membuka mata dan hati alma atas ketulusan gagas...
Ida Lestari
ah.....akhirnya Uda Sling sayang.....momen2 bucin bentar lgi brmunculan nie hehehehehee
lnjut trus Thor
semangat
Tanti Retno Wati
lanjut
Irma Minul
cpet2 kondangan ni🤭🤭🤭🤭
Kasih Sklhqu
yuuuhhh akhirnya si angsa dan Alma saking cinta 😍😍😍
Wiwin Winarsih
gagas adalah obat segala penyakit km alma....
Wiwin Winarsih
istri tua ngadi" minta cium 🤣🤣🤣
Wiwin Winarsih
apa yg gagas ga tau tentang km alma.. semua'y tau yaaa
Wiwin Winarsih
haidar, bulan kalian kepooo kaaaan
Riris
baru sayang alma
apalagi cinta....alma
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!